Kasus DBD di Tanjabbar Meningkat Signifikan, Wilayah Tungkal Ilir Dominan
Kasus DBD di Kabupaten Tanjung Jabung Barat terhitung sejak awal Januari hingga September ini mengalami peningkatan.
Penulis: Ade Setyawati | Editor: Teguh Suprayitno
TRUBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) terhitung sejak awal Januari hingga September ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibanding tahun 2021 lalu.
Saat ini, mulai memasuki musim penghujan ancaman berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti patut diwaspadai. Untuk itu masyarakat diminta untuk terus menerapkan pola hidup bersih dan memberantas tempat bersarangnya nyamuk.
Dian Saputra Pengelola Program Pemberantadan Penyakit DBD, bahwa di bulan September ini kasus DBD meningkat cukup tinggi tercatat sebanyak 16 kasus jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya di tahun 2022.
Secara keseluruhan di Kabupaten Tanjabbar jumlah pasien yang didiagnosa mengalami DBD sebanyak 78 orang.
Dian melanjutkan, untuk wilayah tingkat DBD-nya tinggi ialah di Tungkal Ilir dimana kondisi air pasang surut, belum lagi kesadaran masyarakat membuang sampah pada tempatnya yang rendah sehingga mudah bersarangnya nyamuk.
Baca juga: Dinas Kesehatan Tebo Catat Sudah Dua Orang Terserang DBD September 2022 Ini
"Memang yang dominan kasus DBD kita temui di wilayah Tungkal Ilir, karena air pasang surut dan juga banyaknya sampah-sampah disekitaran pemukiman warga. Tapi sampai saat ini didata kita belum ada kita temui kasus yang meninggal dunia" jelas Dian. Rabu, (28/9/22).
"Maka dari itu kami selalu mensosialisasikan kepada masyarakat dan berkoordinasi dengan pihak lain nya seperti ditingkat RT, Kelurahan maupun menyurati pihak kecamatan serta dinas terkait lain nya untuk dilakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) jadi jika tidak adanya kesadaran itu maka sampai kapanpun kasus DBD akan tetap ada," tambahnya.
Sementara itu, untuk pemberantasan nyamuk dengan menggunakan asap berbahan pestisida (Fogging) Dinkes Tanjabbar belum melakukannya secara merata.
Menurut Dian, fogging kurang efektif untuk dilakukan dan hanya membunuh nyamuk dewasa, belum lagi asap fogging berbahaya bagi masyarakat.
Baca juga: Waspada! Puluhan Warga Muaro Jambi Terserang Penyakit DBD
"Kalau untuk fogging atau pengasapan jarang kita lakukan karena fogging hanya membunuh nyamuk dewasan bukan nyamuk jentik jentik jadi kurang efektif, tetapi dari kita selalu stanby alatnya jika memang fogging itu diperlukan," lanjutnya.
"Untuk memberantas DBD tidak bisa dilakukan dengan dinkes saja, mengingat jumlah kasus yang mulai meningkat ini ayo kita bersama-sama bergotong royong menciptakan lingkungan bersih disamping itu fogging juga tetap jalan," tutupnya, (tribunjambi.com/adesw).
Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News