Berita Tanjabtim

Tradisi Mandi Safar Air Hitam Laut dan Cerita Dahulu

Masyarakat yang mendekat ke pantai akan disiram oleh masyarakat setempat agar merasakan mandi safar Air Hitam Laut, guna keselamatan negeri.

Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM/RIFANI HALIM
Tradisi mandi safar Air Hitam Laut 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Sorak gembira masyarakat mengangkat menara adat, berwarna hijau berbentuk menara masjid menuju Pantai Babussalam menandakan tradisi tahunan masyarakat Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi dimulai.

Ribuan masyarakat menggarak menara yang digantungi ratusan telur yang akan jadi rebutan masyarakat di bibir Pantai Babussalam.

Sesampainya di bibir pantai, masyarakat dan sejumlah tamu yang datang bersama-sama mendorong menara ke menjauh dari pantai hingga, mandi bersama.

Masyarakat yang datang wajib untuk para basah, bahkan tak boleh hanya sekedar.

Masyarakat yang mendekat ke pantai akan disiram oleh masyarakat setempat agar merasakan mandi safar Air Hitam Laut, guna keselamatan negeri.

Masyarakat bersiap untuk mengikuti tradisi mandi safar di Pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu. Rabu (21/9/2022).
Masyarakat bersiap untuk mengikuti tradisi mandi safar di Pantai Babussalam Desa Air Hitam Laut Kecamatan Sadu. Rabu (21/9/2022). (tribunjambi/Rifani halim)

Sudah dua tahun mandi safar hanya digelar secara sederhana karena terhalang pandemi Covid-19.

Kini masyarakat dari berbagai daerah berdatangan untuk menyaksikan tradisi masyarakat setempat dan ikut mandi bersama di pantai Timur Jambi.

Tradisi mandi safar Air Hitam Laut memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah-daerah lain yang juga memiliki tradisi ini.

Sebelum mandi safar masyarakat Air Hitam Laut melakukan sejumlah kegiatan persiapan munajat dan doa, pembuatan menara, Khatam Quran dan menuliskan doa di daun yang diikat di kepala.

Kegiatan ini, yang membuat mandi safar Air Hitam Laut memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah-daerah lain.

Kiai pondok pesantren Wali Peetu Air Hitam Laut As'ad Arsyad sekaligus ketua lembaga adat masyarakat setempat menceritakan, dahulu mandi safar Air Hitam Laut.

Masyarakat setempat membawa makan ke laut, sehingga para tamu yang datang ikut makan bersama-sama seusai mandi.

"Setelah mandi menyondong udang, ibu-ibu setempat membawa kelapa gonseng dan jeruk. Begitu udah naik dapat, udang masih idup ini di bersihkan lalu langsung di makan (Lawak dalam bahasa Bugis) itu dahulu, kemudian pangan ikan di pantai, di awali dengan siapa yang datang harus mandi yang tidak mau kita angkut," cerita Kiai pondok pesantren Wali Peetu, memimpin tradisi Mandi Safar, Rabu (21/9/2022).

Masyarakat yang ingin mengikuti mandi safar tidak perlu mandi terlebih dahulu setelah bangun pagi.
Seluruh masyarakat yang terlibat mandi Safar langsung ke pantai pada pagi jam 06:00 WIB dan mandi di pantai.
"Tidak perlu mandi karena kita mandinya di pantai," ujar Kiai.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved