Berita Tanjabtim
Tradisi Mandi Safar Air Hitam Laut dan Cerita Dahulu
Masyarakat yang mendekat ke pantai akan disiram oleh masyarakat setempat agar merasakan mandi safar Air Hitam Laut, guna keselamatan negeri.
Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Sorak gembira masyarakat mengangkat menara adat, berwarna hijau berbentuk menara masjid menuju Pantai Babussalam menandakan tradisi tahunan masyarakat Desa Air Hitam Laut, Kecamatan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi dimulai.
Ribuan masyarakat menggarak menara yang digantungi ratusan telur yang akan jadi rebutan masyarakat di bibir Pantai Babussalam.
Sesampainya di bibir pantai, masyarakat dan sejumlah tamu yang datang bersama-sama mendorong menara ke menjauh dari pantai hingga, mandi bersama.
Masyarakat yang datang wajib untuk para basah, bahkan tak boleh hanya sekedar.
Masyarakat yang mendekat ke pantai akan disiram oleh masyarakat setempat agar merasakan mandi safar Air Hitam Laut, guna keselamatan negeri.

Sudah dua tahun mandi safar hanya digelar secara sederhana karena terhalang pandemi Covid-19.
Kini masyarakat dari berbagai daerah berdatangan untuk menyaksikan tradisi masyarakat setempat dan ikut mandi bersama di pantai Timur Jambi.
Tradisi mandi safar Air Hitam Laut memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah-daerah lain yang juga memiliki tradisi ini.
Sebelum mandi safar masyarakat Air Hitam Laut melakukan sejumlah kegiatan persiapan munajat dan doa, pembuatan menara, Khatam Quran dan menuliskan doa di daun yang diikat di kepala.
Kegiatan ini, yang membuat mandi safar Air Hitam Laut memiliki ciri khas yang berbeda dari daerah-daerah lain.
Kiai pondok pesantren Wali Peetu Air Hitam Laut As'ad Arsyad sekaligus ketua lembaga adat masyarakat setempat menceritakan, dahulu mandi safar Air Hitam Laut.
Masyarakat setempat membawa makan ke laut, sehingga para tamu yang datang ikut makan bersama-sama seusai mandi.
"Setelah mandi menyondong udang, ibu-ibu setempat membawa kelapa gonseng dan jeruk. Begitu udah naik dapat, udang masih idup ini di bersihkan lalu langsung di makan (Lawak dalam bahasa Bugis) itu dahulu, kemudian pangan ikan di pantai, di awali dengan siapa yang datang harus mandi yang tidak mau kita angkut," cerita Kiai pondok pesantren Wali Peetu, memimpin tradisi Mandi Safar, Rabu (21/9/2022).
Masyarakat yang ingin mengikuti mandi safar tidak perlu mandi terlebih dahulu setelah bangun pagi.
Seluruh masyarakat yang terlibat mandi Safar langsung ke pantai pada pagi jam 06:00 WIB dan mandi di pantai.
"Tidak perlu mandi karena kita mandinya di pantai," ujar Kiai.
48 Tenaga Kesehatan di Tanjabtim Terima SK PPPK Formasi 2022 |
![]() |
---|
Sabut Kelapa Dianggap Limbah, di Tangan Warga Tanjabtim Diolah Menjadi Cocofiber dan Cocopeat |
![]() |
---|
Kondisi Jalan Terkini di Desa Siau Tanjabtim, Sebagian Ruas Jalan Seperti Genangan Lumpur |
![]() |
---|
Lapas Narkotika Muara Sabak Musnahkan Ratusan Barang Bukti Hasil Razia |
![]() |
---|
2.600 Lebih Honorer Kabupaten Tanjabtim Habis Masa Kontrak November 2023 |
![]() |
---|