Berita Tanjabtim
Nelayan Nipah Panjang Tidak Melaut Selama Sepekan Karena Tidak Ada Solar
Edy Mubarok seorang nelayan di Nipah Panjang, kabupaten Tanjabtim dan puluhan rekan nelayan terpaksa harus bersandar selama satu pekan karena tidak me
Penulis: Rifani Halim | Editor: Rian Aidilfi Afriandi
TRIBUNJAMBI.COM, MUARASABAK - Edy Mubarok seorang nelayan di Nipah Panjang, Tanjabtim dan puluhan rekan nelayan terpaksa harus bersandar selama satu pekan karena tidak mendapatkan BBM jenis solar untuk ngoperasikan pompong (kapal motor) untuk berlayar mencari ikan di perairan Jambi.
Satu pekan waktu yang lama bagi para nelayan untuk beristirahat tidak mencari rezeki untuk kebutuhan rumah tangga dan uang untuk sekolah anak. Kejadian ini bagi Edy Mubarok jarang terjadi sebelumnya, ia mengetahui kelangkaan ini karena para penyedia BBM di Nipah panjang tidak dapat membelikan solar untuk para nelayan karena kebijakan pemerintah.
"Sudah satu pekan pompong kita tidak melaut mencari ikan, ini karena tidak ada solar yang didapatkan di wilayah pesisir Tanjabtim," kata Edy Mubarok, Minggu (4/9/2022).
Pengumuman BBM yang baru diumumkan pemerintah pada Sabtu lalu tidak membuat para nelayan di perairan Tanjabtim kaget. Pasalnya, para nelayan di wilayah pesisir Jambi ini sudah biasa membeli solar dengan harga yang cukup tinggi bagi penguna kendaraan darat.
"Kita tidak jadi masalah harga minyak naik, karena kami memang membeli solar dengan yang cukup tinggi sebelum ada pengumuman ini harga Rp. 10.000- 11.000 per liter," katanya.
Tingginya harga BBM jenis solar di wilayah pesisir Tanjabtim ini sudah dipahami oleh para nelayan. Mahalnya harga BBM jenis solar dikarenakan tidak adanya SPBU di Nipah Panjang, para penyedia solar harus membawa solar dengan waktu 3 jam dari pusat Tanjabtim atau dari SPDN di Kuala Jambi, dengan total waktu 6 jam perjalanan bolak-balik.
Para nelayan dan penyedia BBM sudah berdamai dengan kesulitan yang meraka hadapi sehari-hari. Namun, kesulitan baru kini muncul dengan banyaknya aturan dari pemerintah berefek yang cukup luar biasa bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya di laut.
"Karena beli minyak harus dengan aplikasi sangat berefek dengan ketersediaan solar untuk para nelayan, karena penyedia BBM dan nelayan tidak bisa membeli solar dengan banyak. Dan tidak dimungkinkan juga nelayan beli sendiri ke SPBU yang cukup jauh," kata Edy Mubarok.
Edy menceritakan, para nelayan yang mencari ikan di lautan membutuhkan bahan bakar solar yang cukup banyak. Dalam satu bulan, para nelayan empat kali pergi melaut membawa satu drum solar untuk beberapa hari dilautan.
"Kalau Kapa yang menggunakan mesin mobil PS itu membutuhkan satu drum 200-300 liter untuk satu pompong, kalau untuk kapal mesin kaleng itu 100-150 liter solar satu kali berlayar selama satu minggu," cerita Edy.
Menurutnya, untuk memenuhi kebutuhan solar bagi para nelayan di Nipah Panjang diprediksi dua hingga tiga ton solar agar para nelayan tidak kesulitan dan dapat berlayar mencari ikan. Nah untuk saat ini, penyuplai solar sudah tidak ada lagi karena aturan yang cukup banyak ini.
"Kita jadi bingung kemana lagi mencari minyak, kalau harga kayaknya nelayan tidak jadi masalah," katanya.
Ia sempat berkomunikasi dengan pengelola SPBU dan pemerintah kabupaten untuk mencarikan solusi bagi para nelayan yang kesulitan saat ini. Kabarnya, Edy mendengar bahwa SPBU dan Pemkab akan menemui pihak Pertamina dan meminta untuk melihat kondisi yang dialami oleh para nelayan.
Kini para nelayan di Nipah Panjang berharap besar kepada pemerintah agar secepatnya diberikan solusi agar dapat kembali melaut mencari ikan untuk kebutuhan masyarakat di provinsi Jambi.
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: SPAM Muara Sabak Timur Tak Dapat Alirkan Air Bersih Dikeluhkan Warga
Baca juga: STIKES Baiturrahim Jambi Raih Medali di POMDA 2022
Baca juga: STIKES Baiturrahim Jambi Kirim Tim Fisioterapi Dalam POMDA