Agroeduwisata KTM Geragai Hidup Segan Mati Tak Mau

Dari pantauan Tribun Jambi di agroeduwisata KTM Geragai pada Jumat (12/8) sebagian tanaman buah naga kini hanya tinggal tiang pancang.

Penulis: Rifani Halim | Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUN JAMBI/RIFANI HALIM
Pohon buah naga di kawasan agroeduwisata KTM Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Agustus 2022 yang mati. 

TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK – Cita-cita Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjab Timur) memiliki kawasan  wisata berkonsep agroeduwisata kandas. Proyek yang diinisiasi oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) di Kota Terpadu Mandiri atau KTM Geragai itu hidup segan mati tak mau.

Pengembangan kawasan agroeduwisata yang mulai dilakukan pada tahun 2015 itu kondisinya memprihatinkan. Kondisinya jauh berbeda dengan ketika Tribun menurunkan liputan tetang kawasan tersebut pada Agustus 2017.

KTM Geragai yang berada di Desa Kotabaru, Kecamatan Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini berada di tiga desa, yakni Desa Kotabaru, Suka Karya dan Rantau Karya.

Hamparan luas di kawasan KTM Geragai, Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang dijadikan agroeduwisata empat komoditi itu kurang mendapatkan perawatan dari pemerintah setempat.

Empat komoditi tersebut buah naga, jeruk, kelengkeng dan durian.

Kebun-kebun buah yang terbentang luas itu, tampak hanya sebagian saja yang tumbuh subur dan menghasilkan. Dari pantauan Tribun Jambi pada Jumat (12/8) sebagian tanaman buah naga kini hanya tinggal tiang pancang.

Sebagiannya lagi hanya tanaman buah naga yang hidup segan mati tak mau.

Di kawasan agroeduwisata ini berdiri sejumlah pendopo. Saat Tribun ke sana, tak ada pengunjung juga penjaga. Pohon jeruk tumbuh subur dan sedang dalam proses berbuah. Sebagian pohon kelengkeng, hanya berbuah beberapa butir saja.

Kurangnya perhatian dari pemerintah ini terlihat saat memasuki kawasan. Ada rerumputan yang memang tidak terlalu tinggi memenuhi sekitaran pohon jeruk, kelengkeng dan tanaman buah naga.

Pohon buah naga yang paling memprihatinkan dibandingkan tanaman buah lainnya. Sebab pokok tanaman jenis kaktus itu hanya tinggal pancang saja.

Jarak masuk ke dalam kawasan agrowisata yang disebut luasnya ratusan hektare ini dari jalan lintas Jambi-Sabak, sekitar 1,5 kilometer.

BACA: Pesaing Taman Mekarsari dari Tanjung Jabung Timur

Terdapat empat jembatan di atas parit untuk mengantarkan para pengunjung melihat dari dekat pohon buah-buahan ini.

Ketua DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Timur Mahrup saat diwawancarai melalui sambungan telepon bilang kondisi ini terjadi karena keinginan dan kemampuan belum berbanding lurus.

Kemampuan yang ia maksud utamanya adalah kemampuan keuangan daerah.

Ia mengakui bahwa untuk anggaran dalam porsi besar dan fokus untuk agroeduwisata belum ada di APBD. "Anggaran yang ada itu hanya anggaran di OPD (organisasi perangkat daerah) membuat program, ada di Dinas Perkebunan dan Peternakan, Dinas Nakertrans," ungkap Mahrup, Minggu (14/8).

Dia menegaskan bahwa pengelola agroeduwisata KTM Geragai tersebut hanya berbentuk program dalam kegiatan Dinas Nakertrans. Terlebih saat pandemi Covid-19 yang menyedot anggaran di OPD karena harus melakukan refocusing anggaran.

Baca juga: Target Retribusi Pasar di Tanjung Jabung Timur Naik Jadi Rp 136 Juta

“Lagi-lagi kalau Tanjung Jabung Timur terbentur juga dengan kebutuhan insfratruktur banyak sekali yang mendesak dengan kemampuan keuangan daerah yang segitu-gitu saja," katanya.

Walakin ia tetap menaruh harapan agar kawasan agroeduwisata ini tetap dilanjutkan. Terlebih tanaman buah sudah ditanam dan sejumlah pengunjung pun sudah berdatangan  untuk melihat kawasan tersebut.

"Animo masyarakat bagus itu, terkendala banyak hal membuat kita belum mampu langsung bergerak nian," katanya.

Untuk diketahui Agroeduwisata Kota Terpadu Mandiri Geragai ini memiliki tiga pilar yakni, agro pertanian secara keseluruhan, kawasan pendidikan dan pelatihan berupa balai latihan kerja dan ada wisata.

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Nakertrans) Kabupaten Tanjung Jabung Timur Riqo Yudawira untuk mewujudkan tiga pilar di kawasan agroeduwisata dibuthkan setidaknya tiga hal. Ia menyebutnya dengan diksi 3M.

“M pertama itu man atau manusia. M kedua itu mesin peralatan sarana, prasarana dan ketiga itu money,” sebutnya.

Kata dia, saat ini KTM Geragai baru masuk dalam tahapan pengembangan.

“Dari total luasan KTM 113 hektare, terdapat sekitar 30 hektare yang sudah terisi tanaman buah, terdiri dari 522 batang durian, 1.200 batang jeruk, 40 batang rambutan dan sisanya ada tanaman buah naga.

Namun buah naga kondisinya memprihatinkan karena terkena virus sebanyak dua blok," katanya.

Di sana menurutnya juga terdapat taman teknologi pertanian dengan di areal sekitar 7 hektare dengan wilayah perkantoran.

Teknologi pertanian ini akan mengintegrasikan tanaman perkebunan dengan peternakan sapi dengan pengolahan pupuk kompos.

Baca juga: Wakapolda Jambi Cek Pos Pelayanan Operasi Ketupat Siginjai di Geragai Tanjab Timur

"Beberapa spot memang sudah dipinjam pakai oleh masyarakat sekitar, sekadar untuk pembersihan dan masih ada sebagian besar lagi yang belum diolah," sebut Riqo.

Menurutnya rencana aksi pengembangan yang akan dilakukan adalah penyiapan tata ruang dan tata kelola lahan. Pihaknya akan menyiapkan peta situasi, pengayaan jenis tanaman buah, pembangunan kawasan tanaman holtikultura.

“Selanjutnya penyiapan sarana prasarana pendukung dan terakhir penyediaan informasi layanan publik berbasis media sosial," sambungnya.

Ia bilang saat ini ada 25 orang tenaga kerja untuk mengelola agroeduwisata tersebut. Tapi, sambungnya, peralatan dan keuangan masih kurang atau minim.

Dia menyebutkan, dengan stuktur baru di Dinas Nakertrans saat ini, pihaknya berencana menambah orang-orang untuk mengurus agroeduwisata.

Tenaga tersebut wabilkhusus akan ditempatkan di perkebunan, termasuk bagaimana bisa menambah sarana prasanara penunjang. Lantaran anggaran yang sedikit, ia bilang pihaknya akan melakukan pengajuan anggaran kepada pemerintah pusat.

“Bangunan serta insfratruktur yang ada saat ini masih milik pemerintah pusat, hibahnya belum ada ini, baru mau diambil hibah bangunannya. Kalau sudah diambil hibahnya baru kita bisa lakukan pemeliharaan," sebutnya.

Catatan pemberitaan Tribun yang lalu, kawasan agrowisata di Desa Kotabaru, Kecamatan Geragai ini mirip konsep Taman Mekarsari di Bogor, Jawa Barat. Kawasan ini luasnya mencapai 210 hektare.

Lima tahun lalu, 30 hektare di antaranya sudah ditanami durian, buah naga, jeruk, dan kelengkeng.

Pohon buah naga di kawasan agroeduwisata KTM Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Agustus 2017. Kini tanaman buah naga tersebut mati.
Pohon buah naga di kawasan agroeduwisata KTM Geragai Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Agustus 2017. Kini tanaman buah naga tersebut mati. (TRIBUN JAMBI/ALDINO)

Agroeduwisata di Desa Kotabaru, ini dulunya adalah proyek nasional Kawasan Terpadu Mandiri atau KTM. Karena itu, kawasan ini sudah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tahun 2008.

Di tingkat daerah, kawasan ini didukung oleh Perda Nomor 11 tahun 2008 tentang Penetapan Desa Kotabaru Kecamatan Geragai Sebagai Pusat Pengembangan Kota Terpadu Mandiri Kabupaten Tanjung Jabung Timur.  (can)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved