Perang Rusia Ukraina

Ukraina Kacaukan Pasokan Logistik Rusia, Jembatan di Sungai Dnipro Dihancurkan Paksa

Pasukan Ukraina menyerang jembatan di seberang Sungai Dnipro yang dikuasai pasukan Rusia.

Penulis: Heri Prihartono | Editor: Heri Prihartono
[Stringer/EPA/EFE]
Serangan Rusia telah meninggalkan jejak bangunan dan infrastruktur hancur di Ukraina. Sebagai serangan balik kini Ukraina menyerang jembatan di sungai Dnipro sebagai akses logistik pasukan Rusia. 

TRIBUNJAMBI.COM - Pasukan Ukraina menyerang jembatan di seberang Sungai Dnipro yang dikuasai pasukan Rusia, Rabu 10 Agustus 2022.

Ukraina sengaja menyerang jembatan itu untuk mengacaukan pasokan logistik Rusia.

Ukraina berupaya  melumpuhkan jembatan strategis yang digunakan Rusia agar pasokan logistik musuh kacau balau.

Kantor Berita Reuters masih memverifikasi informasi terkait serangan tersebut.

Serangan ini bukan kali pertama, pada Juli lalu Ukraina juga melakukan hal serupa.

Jembatan yang dihancurkan Ukraina itu digunakan untuk memasok pasukan Rusia di wilayah Kherson yang diduduki Ukraina selatan, kata para pejabat setempat Rabu 27 Juli 2022.

Dikutip dari apnews, Ukraina mengklaim telah  menghancurkan gudang amunisi musuh, artileri dan peralatan militer lainnya di wilayah tersebut, menewaskan 51 anggota tentara Rusia.

Jembatan Antonivskyi di atas Sungai Dnieper diserang, hal ini disampaikan Kirill Stremousov, wakil kepala administrasi yang ditunjuk Moskow untuk wilayah Kherson.

Jembatan dibiarkan berdiri, tetapi lubang di deknya mencegah kendaraan melintasi rentang 1,4 kilometer (0,9 mil).

Setelah serangan Ukraina sebelumnya merusak jembatan minggu lalu, jembatan itu ditutup untuk truk, tetapi tetap terbuka untuk kendaraan penumpang sampai pemogokan terakhir.

Pasukan Rusia menghadapi serangan balik yang meningkat dari Ukraina di wilayah Kherson, yang direbut oleh Moskow di awal perang.


Pasukan Ukraina menggunakan beberapa peluncur roket HIMARS yang dipasok AS untuk menargetkan jembatan, kata Stremousov. Seorang juru bicara militer Ukraina, Nataliya Gumenyuk, mengatakan kepada TV Ukraina bahwa "serangan bedah" dilakukan di jembatan itu.

HIMARS memiliki jangkauan yang lebih jauh, lebih presisi, dan kecepatan tembakan yang lebih cepat daripada peluncur roket Smerch, Uragan, dan Tornado rancangan Soviet yang digunakan oleh Rusia dan Ukraina.

Senjata-senjata itu termasuk di antara miliaran dolar dalam bantuan militer Barat yang telah membantu Ukraina melawan Rusia sejak invasi 24 Februari.

80 Ribu Tentara Rusia Jadi Korban.

Menurut pejabat Pentagon hingga 80 ribu pasukan Rusia jadi korban Invasi yang dilakukan negaranya di Ukraina.

Hal ini disampaikan Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Pentagon, Colin Kahl dikutip dari aljazeera.

Sebelumnya dilaporkan Rusia dilaporkan memilih menggunakan relawan dan tentara bayaran untuk perang di Ukraina.

Dalam berbagai postingan tentara bayaran dari relawan dibutuhkan Rusia.

Bahkan relawan tak perlu banyak pengalaman untuk melawan Ukraina, CNN melaporkan.

Diprediksi ada 30.000 sukarelawan mungkin dimobilisasi untuk melengkapi barisan Rusia yang terkuras oleh pertempuran selama lima bulan.

Tentara bayaran itu kemungkinan akan dirikirm ke wilayah Donbas timur.

Pekan lalu, Richard Moore, kepala MI6, dinas intelijen rahasia Inggris mengatakan, Rusia akan semakin sulit untuk memasok tenaga kerja, bahan selama beberapa minggu ke depan.

Batalyon ini adalah salah satu cara untuk menambah tenaga militer Rusia.

Rusia membidik daerah yang lebih miskin dan lebih terisolasi, menggunakan iming-iming uang cepat.

Kateryna Stepanenko, peneliti Rusia di Institute for the Study of War di Washington, mengatakan beberapa batalyon akan mengambil bagian secara eksklusif dalam dukungan tempur dan operasi dukungan tempur, seperti batalyon logistik atau sinyal.

Sementara yang lain akan memperkuat unit militer yang sudah ada sebelumnya atau membentuk batalyon tempur.

Pelatihan jangka pendek tidak mungkin mengubah sukarelawan tanpa pengalaman sebelumnya menjadi tentara yang efektif di unit mana pun.

"Kremlin dilaporkan memerintahkan semua 85 subjek federal Rusia (wilayah Federasi Rusia ditambah Krimea dan Sevastopol yang diduduki) untuk merekrut batalyon sukarelawan untuk menghindari menyatakan mobilisasi sebagian atau penuh di Rusia," kata Stepanenko.

Tetapi daerah diharapkan untuk membantu mendanai perekrutan, yang katanya menempatkan beban berat pada anggaran daerah.

Krasnoyarsk di Siberia, misalnya, harus menyisihkan sekitar $2 juta (sekitar Rp 29,6 miliar) untuk proyek tersebut, kata Stepanenko.

Baca juga: Musim Panas Pasukan Rusia dan Ukraina Saling Menebak Kekuatan Tempur, Siapa Pemenangnya?

Baca juga: 80 Ribu Pasukan Rusia Jadi Korban Serangan di Ukraina

Baca juga: Lelah Perang, Presiden Ukraina Berharap China Bujuk Rusia Akhiri Invasi

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved