JITAC Komunitas Hobi yang Tak Lekang Oleh Waktu
Berawal dari serial anak asal Jepang Yonkuro Dash Emperor di era 1990an, mobil Tamiya mulai dikenal di Indonesia.
Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Berawal dari serial anak asal Jepang Yonkuro Dash Emperor di era 1990an, mobil Tamiya mulai dikenal di Indonesia.
Anime ini bercerita tentang balapan mobil mini 4 WD, team Dash Warrior yang tak terkalahkan dalam setiap kompetisi.
Pemberani, memiliki mimpi yang besar, mandiri lantaran hidup hanya didampingi oleh neneknya, begitulah gambaran kecil dari pemeran utama film anime Yonkuro Dash Emperor
Bermula dari membentuk tim mini 4 WD dengan nama Dash Warrior, Yonkuro memulai kariernya cukup gemilang.
Dash Warior beranggotakan lima orang, Yonkuro, Tankuro, Shinkuro, Punkuro dan Rinko yang merupakan pemeran wanita satu-satunya.
Saking gemilangnya serial ini, mobil Tamiya yang dimiliki oleh anggota Dash Warrior banyak diperjualbelikan di toko-toko mainan kala itu.
Menariknya peminat mobil Tamiya seolah tak lekang oleh waktu, sampai saat ini masih banyak pecinta mobil yang mesti di rakit dahulu setelah dibeli ini.
Baca juga: Ada Balap Tamiya di Toyota Showroom Event Weekend Sale
Di era 90an, walaupun pencinta anime Yonkuro Dash Emperor dari berbagai kalangan, namun pecinta Tamiya lebih banyak di dominasi oleh anak-anak hingga remaja.
Namun, dewasa ini pencinta mobil Tamiya justru dari kalangan orang dewasa.
Bahkan mereka membantuk komunitas bahkan turnamen yang digarap serius layaknya kejuaraan profesional.
Komunitas Tamiya ini bahkan ada disetiap provinsi di Indonesia, tak terkecuali Provinsi Jambi.
Di Jambi komunitas ini bernama Jambi Tamiya Comunity (JITAC).
Lucky Harianto atau Lucky boset, ketua komunitas JITAC mengatakan komunitas Tamiya di Jambi sudah ada sejak 2010 silam, namun baru di buat struktur sejak 2022 ini.
"Awalnya kita membetuk komunitas hanya untuk menyalurkan hobi dari kecil saja, Namun makin kesini kawan-kawan menyarakan untuk membuat struktur agar lebih terorganisir,' ujarnya
Saat ini JITAC beranggotakan 134 anggota yang biasanya ngumpul di Taniyah Store Jambi (TSJ ) yang lokasinya tidak jauh dari stadion Persijam.
Tidak hanya sekedar menyalurkan hobi saja, komunitas Tamiya di Jambi telah memiliki kompetisi rutin yang di kelolah profesional layaknya MotoGP.
Bernama Grand Prix, kompetisi ini terus bergulir setiap bulanya dengan mempertandingkan dua kelas berbeda, yaitu STB plus dan Look Danper.
Lucky boset mengatakan Grand Prix tidak beda dengan kejuaraan kelas dunia yang mana peserta mengumpulkan poin setiap serinya untuk menentukan juara umum di akhir musim kompetisi.
"Selain mendapatkan poin, pemenang di setiap serinya juga mendapatkan uang tunai," ujarnya.
Baiknya kompetisi Tamiya di Jambi membuat Anggota JITAC mampu berbicara ditingkat nasional. Tidak sedikit member JITAC menjuarai kejuaraan nasional.
Surya Yuda Tama member JITAC mengatakan dia tertarik kembali main Tamiya setelah lama.fakum karena di setiap kompetisi hadianya besar.
"Dulu pas kuliah di 2006 silam sempat fakum karena tidak ada tempat main Tamiya di Jambi, 2010 kembali main kerena sudah ada komunitas dan hadiah setiap serinya lumayan besar,"ungkapnya.
Menurut Yuda, mobil Tamiya saat ini sudah semakin komplek dan tidak sesimpel dulu lagi, itulah kenapa banyak orang dewasa yang menyukai hobi satu ini.
"Kalau dulu kita cuma merakit apa yang di sediakan, kalau sekarang banyak sekali sparepart nya, dan perlu analisa yang baik juga,"ujarnya.
"Jadi saat ini Tamiya sepertinya bukan mainan anak-anak lagi,' tambahnya.
Penghobi Tamiya minimal memiliki dua mobil, bahkan yang sudah sangat suka bisa memiliki puluhan mobil sebagai koleksinya dan sebagai alternatif di setiap kompetisi.
Untuk memodifikasi mobil Tamiya agar layak mengikuti kejuaraan minimal menghabiskan dana sekitar Rp 2 juta untuk satu mobil. ( Tribunjambi.com / M Yon Rinaldi )
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News