Berita Jambi

Berbincang Masalah Hipnoterapi Bersama Ketua Prodi PIAUD FTK UIN STS Jambi

Menurut pakar Hipnoterapi, Ridwan seorang psikolog dan Ketua Prodi PIAUD FTK UIN STS Jambi dalam dialog dan bincangnya di Tribunjambi.com beberapa...

ist
Berbincang Masalah Hipnoterapi Bersama Ketua Prodi PIAUD FTK UIN STS Jambi 

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Pemberitaan mengenai Hipnotis seolah tak ada habisnya menghiasi berbagai media yang ada terutama yang berkaitan dengan perilaku tindak kriminal.

Sudah banyak yang menjadi korban baik itu kehilangan uang maupun barang yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan dalam mempengaruhi pikiran alam bawah sadar seseorang, sehingga kata-kata hipnotis menjadi sesuatu yang menakutkan untuk dibicarakan.

Menurut pakar Hipnoterapi, Ridwan seorang psikolog dan Ketua Prodi PIAUD FTK UIN STS Jambi dalam dialog dan bincangnya di Tribunjambi.com beberapa waktu lalu mengungkapkan makna dari kata Hipnotis berupa kondisi tidur atau penurunan tingkat kesadaran seseorang membuat atau menyebabkan ia berada dalam keadaan hypnosis.

Namun, perlu dipahami bahwa kondisi tertidur apalagi lelap merupakan kondisi yang tidak memungkinkan dilaksanakan Hipnotis.

Dimana seperti kita ketahui ada beberapa ambang batas kesadaran yang terjadi pada tiap manusia sebagai cara kerja gelombang otak, ada yang disebut Betha, Alpha, Theta dan Detha.

Gelombang Delta (di bawah 4 Hz) Gelombang ini memiliki frekuensi yang paling rendah yang munculnya pada saat seseorang dalam kondisi tertidur pulas dan tanpa mimpi. Informasi dari luar pun tidak dapat masuk ke dalam diri individu.

Sementara Gelombang Theta (4 – 8 Hz) Gelombang Theta yang terjadi pada saat meditasi ataupun pada saat seseorang memiliki rasa kantuk yang luar biasa dan hampir tertidur ataupun masa-masa ketika seseorang akan bangun dari tidurnya.

Ada juga Gelombang Alpha (8 – 13 Hz) yang muncul ketika seseorang sedang berada kondisi yang tenang ataupun melamun.

Ada pula Gelombang Beta (13 – 30 Hz) Gelombang Beta diasosiasikan dengan keadaan sadar sepenuhnya. Gelombang ini merupakan gelombang yang sering muncul, yaitu ketika seseorang melakukan kegiatan sehari-hari.

Pada level kesadaran penuh, seseorang memiliki kewaspadaan dan logika berpikir yang baik. Dan yang paling tinggi cara kerja gelombang otak saat ini merupakan temuan baru, yakni Gelombang Betha (di atas 30 Hz)
Gelombang betha atau kemudian ada temuan baru yang menyebutkan gelombang Gamma, sehingga terkadang tidak dibedakan antara gelombang Beta dan Gamma.

Munculnya gelombang ini biasanya muncul ketika seseorang berada dalam kondisi yang sangat aktif, seperti ketika muncul banyak ide-ide dalam pikirannya untuk dituangkan.

Sesungguhnya, hipnotis dapat dilakukan sebagai metode penyembuhan permasalahan psikologis seseorang berkaitan dengan kecemasan-kecemasannya, ketakutan (Phobia), depresi dan beberapa gangguan psikologis lainnya seperti menghilangkan kebiasaan jelek maka muncullah istilah Hipnoterapi karena tujuan hipnotisnya untuk terapi.

Ada juga Hipnotis yang digunakan untuk proses pembelajaran atau Hipnoteaching yang dilakukan oleh guru kepada anak muridnya. Juga pada orangtua yang akan memberi hipnotis agar dapat memotivasi anaknya melakukan tindakan yang positif (Hipno Parenting), untuk melahirkan Hipno Birthing dan lain-lain yang dapat dilakukan untuk tujuan kesembuhan maupun hiburan (entertain).

Hipnotis sendiri dapat dilakukan oleh diri sendiri (self Hipnotis) maupun para professional (psikolog) sehingga nantinya dapat dilanjutkan dengan tindakan konseling untuk memperkuat perilaku positif pada diri klien.

Sayangnya, menurut Ridwan, Hipnotis yang seharusnya berefek positif bagi seseorang justru seringkali disalah gunakan bagi orang yang tidak bertanggung jawab sehingga memposisikan Hipnotis sebagai sesuatu yang menakutkan dan menyeramkan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved