Editorial
Di Balik Dibukanya Kembali Keran Ekspor Minyak Goreng
Dibukanya kembali keran ekspor minyak goreng tak luput dari aksi petani sawit yang hasil komoditasnya dihargai rendah bahkan ditolak pihak pabrik.
NYARIS tak ada lagi riak terkait ketersediaan dan harga minyak goreng di masyarakat, pemerintah kembali mengizinkan ekspor produk turunan dan kelapa sawit ini.
Dibukanya kembali keran ekspor minyak goreng tak luput dari aksi petani sawit yang hasil komoditasnya dihargai rendah bahkan ditolak pihak pabrik. Praktis mereka merugi cukup dalam bahkan ada TBS yang dibiarkan membusuk.
Di pasaran sendiri harga minyak goreng kemasan maupun curah juga sudah mengalami penurunan meski tidak signifikan.
Diharapkan kondisi ini tetap dapat dipertahankan meski keran ekspor minyak goreng yang mulai hari ini, Senin (23/5) kembali diizinkan.
Kebijakan pelarangan ekspor sebelumnya lebih pada persoalan dalam negeri, karena hilangnya minyak goreng di pasaran, dugaan spekulan dan adanya ekspor ilegal.
Padahal sejak pandemi Covid-19, banyak negara membutuhkan CPO sebagai sumber energi.
India sebagai salah satu negara pengimpor CPO dari Indonesia mengalihkan pemenuhan kebutuhan mereka ke Malaysia. Padahal beberapa waktu lalu India memboikot CPO Malaysia karena kasus internal kedua negara.
Pengalihan ke Indonesia kemudian mampu mengangkat harga TBS maupun produk turunannya, dan terus bertahan bahkan terus meningkat hingga saat ini.
Baca juga: Harga TBS dan CPO di Jambi Periode 20-26 Mei 2022 Mulai Naik
Konflik seputar perdagangan antarnegara juga sempat dialami Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa yang menolak sawit dari Indonesia.
Namun bargaining penghentian ekspor nikel hingga bauksit membuat mereka bergeming, hingga ekspor sawit Indonesia pun kembali diizinkan.
Jika India kelabakan dengan penyetopan produk turunan sawit ke negaranya, Indonesia pun berada pada posisi cukup terancam.
Baca juga: Daftar Harga Minyak Goreng Hari Ini - Bimoli, Tropicl, SunCo Sudah Mulai Turun
Pasalnya, sejak 13 Mei India juga melakukan penyetopan ekspor gandum. Alasannya sama, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu.
Sepertiga impor gandum Indonesia bersumber dari India, dan kebutuhan gandum dalam negeri juga cukup tinggi. Sebagai bahan penganan hingga mie instan yang sangat akrab dengan budaya konsumsi orang Indonesia.
Indonesia berharap penyetopan itu juga tidak berlangsung lama, karena dapat mendongkrak harga-harga penganan di Indonesia.
Baca juga: Jokowi Cabut Larangan Ekspor Minyak Goreng, Mulai 23 Mei 2022. Klaim Harga Migor Mulai Turun
Setiap negara punya sumber daya alam yang berbeda, satu sama lain saling bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan penduduknya masing-masing.
Intervensi pelarangan ekspor-impor sejatinya dipertimbangkan secara matang, karena pada dasarnya kita saling isi dan membutuhkan.(*)