Menkes Minta Masyarakat Tak Perlu Khawatir Soal Hepatitis Akut: Ini Tidak Seperti yang Dibayangkan

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa masyarakat tidak khawatir berlebihan dalam menghadapi kasus hepatitis akut.

Sumber: Tribun Jogja/Memorial Regional Health
lustrasi anak-anak yang menjadi paling rentan terinfeksi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dalam menghadapi kasus hepatitis akut.

Menurutnya hepatitis akut saat ini tidak sampai ditemukan klusterisasi kasus.

”Kita sudah ngomong dengan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) Amerika, kita sudah ngomong dengan CDC Inggris, klusterisasi itu tidak terjadi. Itu nomor satu. Jadi ini tidak semenular yang dibayangkan banyak orang,” katanya saat menemui wartawan usai menghadiri Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Pusat di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (11/5/2022), dilansir dari Kompas.id.

Dengan tingkat penularannya yang rendah itu, masyarakat diminta tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi hepatitis akut.

”Ini hepatitis akut di kita 15 (kasus) dari 270 juta (penduduk), beda dengan Covid yang seharinya sekarang 200 (kasus). Jadi sekarang ini ada balancing juga, ini jauh di bawah Covid penularannya, mungkin, even di bawah cacar, di bawah kolera, TBC,” ujarnya.

Meski demikian, masyarakat tetap diminta waspada karena hepatitis akut menular melalui asupan makanan sehingga harus rajin cuci tangan sebelum makan. Makanan juga disarankan dimasak dengan baik.

”Dua (pencegahan) itu saja, sih, khususnya untuk anak-anak, ya,” katanya.

Baca juga: IDAI Tegaskan Hepatitis Akut yang Menyerang Anak-anak Tak Ada Kaitannya dengan Vaksin Covid-19

Menkes Budi pun menegaskan, ketika ada gejala hepatitis akut agar pasien segera menjalani tes SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) dan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase).

”Yang penting adalah kita sudah mempersiapkan protokol untuk surveilansnya, yang penting adalah dites SGPT-SGOT. Kalau sudah di atas 100, karena normalnya 30, itu yang harus benar-benar dirujuk ke faskes (fasilitas kesehatan),” ujar Budi.

Sampai saat ini, CDC atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Inggris dan Amerika Serikat juga masih terus mencari penyebab dari hepatitis akut ini.

”Masih belum tentu adenovirus karena ada juga anak balita yang kena, tetapi tidak ada adenovirusnya. Kalau ini benar adenovirus, pasti seharusnya akan ada. Jadi memang lagi dicari apakah benar ini karena virusnya atau karena kombinasi-kombinasi kesehatan lingkungannya yang kurang atau juga genetiknya. Jadi, untuk sementara masih belum bisa diambil kesimpulan,” kata Budi.

Baca juga: Diduga Kena Hepatitis Misterirus, Bayi Umur 2 Bulan di Sumatera Barat Meninggal Dunia

Berita ini telah tayang di Kompas.tv

Baca berita terbaru Tribunjambi.com di Google News

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved