Wawancara Eksklusif

Blak-blakan dengan Keturunan Sultan Thaha, Raden Wawan Ingin Kembalikan Pulau Berhala

Raden Wawan Fitrah Nugraha sudah mendeklarasikan diri sebagai Sultan Jambo. Lalu siapakah dari mereka yang layak menyandang gelar sultan?

Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
TRIBUN JAMBI/IST
Raden Wawan Fitrah Nugraha bergelar Sultan Mudo Mangkunegoro (kanan) 

Pahlawan Nasional dari Jambi, Sultan Thaha memiliki banyak anak keturunan. Tribun Jambi mewawancarai dua orang keturunan Sultan Thaha, yakni Raden Wawan Fitrah Nugraha dan Sayid Fuad Rahman Albaraqbah.

Raden Wawan Fitrah Nugraha sudah mendeklarasikan diri sebagai Sultan Jambo. Lalu siapakah dari mereka yang layak menyandang gelar sultan?

Tulisan ini akan diturunkan secara berseri. Berikut petikan wawancara dengan mereka, secara terpisah. Anda juga bisa menyaksikan videonya di Youtube dan Facebook Tribun Jambi.

Apa rasanya menjadi sultan?

Yang jelas pribadi sih suatu kebanggaan, tapi kebanggan ini dicampur dengan beban berat dari keluarga besar Kesultanan Melayu Jambi, ini adalah beban saya memikul amanah dari keluarga ingin memajukan nama dan trah Sultan Thaha. Jadi bercampurlah Bang.

Bagaimana, Sultan  bisa meringankan beban itu, mewujudkan harapan tadi?

Jadi sebenarnya beban saya ini 60 persen sudah diambil oleh almarhum ayahanda saya. Ayahanda yang dinobatkan di 2012 Sultan Abdurrahman Thaha Syaifuddin. Itu orang tua saya, adalah anak dari Raden Inu Kertopati. Beliau telah meluruskan apa sih sebenarnya sultan, tapi mungkin masyarakat Jambi belum mengenal sosok dia terlalu dalam. Tapi di luar almarhum papa sudah terkenal, jadi  malah beliau sebagai pencetus atau penasehat di berbagai forum kesultanan. Jadi saya hanya melanjutkan.

Kalau kita lihat susur galur dari Sultan Thaha sampai ke abang, bagaimana?

Kalau kita posisinya jantan turun jantan, kita dari Sultan Thaha punya istri keempat itu Nyimas Pipit posisinya punya anak Inu Kertopati (Residen pertama Jambi), Raden Inu Kertopati menurunkan anak pertama dia itu Raden Ja'far. Raden Ja'far menurunkan anak tunggal bernama Raden Abdurrahman, lalu  Raden Abdurrahman menurunkan saya Raden Wawan Fitrah Nugraha. Jadi turunan kelima kalau dihitung dari Sultan Thaha.

Dari pihak pangeran ratu kita dapat juga, dari istri pertama Siti Kholijah (permaisuri) melahirkan anak empat, satu cowok dan tiga cewek.  Satu cowok itu adalah namanya RA Rahman juga, pangeran ratu. Anak kedua Nyimas Intan, lalu Nyimas Nunit dan Nyimas Pipit. Nyimas Nunit meninggal waktu kecil dan Nyimas Pipit tidak punya keturunan. Sementara Nyimas Intan nikah sama Said jadi banyak turunannya ke bawah itu.

Baca juga: Wajah Jambi Tempo Dulu, Terpampang di Bandara Sulthan Thaha,Pameran Foto di HUT Provinsi Jambi ke 63

Kalau kita bicara penabalan, ada yang ditabalkan dan ada yang menabalkan. Abang yang ditabalkan, dan siapa yang menabalkan?

Jadi dalam sejarah penabalan sebenarnya kemarin itu bukan penabalan, kita luruskan lagi. Sebenarnya itu acara turun keris. Jadi penabalan itu adalah acara diwaktu ayahanda menjadi sultan di tahun 2012. Berhubung wafat orang tua saya Raden Abdurrahman maka kita wajib untuk meneruskan apa perjuangan yang telah almarhum berikan, jadi untuk meluruskan sejarah ini tetap ada harus pewarisnya yaitu saya.

Siapa yang menurunkan keris itu sebenarnya ya itu tadi ibunda saya, atau permasuri kemarin, kalau sekarang udah jadi ibu suri. Jadi yang menurunkan keris yang wajibnya adalah ibu suri. Dan kemarin juga  ada perwakilan tiga pihak dari ketua lembaga nusantara, seperti pak ketua FSKN (Forum Silaturahmi Keraton Nusantara), lalu Ketua Matra (Masyarakat Adat Nusantara), Majelis Adat Kesultanan Nusantara.

Sultan Taha memiliki beberapa istri dan banyak keturunannya. Bagaiman sultan menyikapi perbedaan pendapat di dalam keluarga?

Sebelum papa meninggal tahun kemarin, papa sudah mewasiatkan ke  keluarga bahwa nanti pengganti dia adalah saya yang bergelar Sultan Mudo Mangkunegoro. Jadi saya sudah pangeran ratu dan didaftarkan sejak 2016. Kita udah berkomitmen untuk menyatukan semua keluarga kita dari turunan istri pertama sampai sembilan.

Baca juga: WIKIJAMBI Museum Siginjei Jambi Miliki 7.800 Koleksi Benda Bersejarah

Apa yang ingin diberikan Sultan Jambi kepada Jambi?

Kemarin kita sudah sowan ke Pak Al Haris (Gubernur Jambi). Kita sudah ketemu, banyak visi dan misi yang sudah saya bagi ke Pak Haris. Contoh bagaimana merebut kembali Pulau Berhala. Memang jalur pemerintahan sudah saklek, tapi kita akan mencoba jalur kesultanan.  Kita juga sudah sowan ke Kesultanan di Riau, mereka mengakui Pulau Berhala itu punya Jambi.

Yang jadi pertanyaan banyak masyarakat itu, di mana dulu letak kerajaan Kesultanan Jambi?

Raja-raja di luar juga menanyakan di mana sih letak bangunannya, letak kerajaannya. Kita ceritakan  kerajaan kita di Tanah Garo. Kerajaan Sultan Thaha dihancurkan oleh Belanda itu saya ceritakan. Salah satu program kita ingin membangun atau membuat lagi replikanya di Kota Jambi dan membuat aslinya di Tanah Garo. Untuk yang di Tanah Garo kalau sejarahnya bukan dihancurin Belanda sih, kita punya sejarah bahwa sebenarnya dari Raden Inu Kertapati dulu sebenarnya posisinya itu memang dihancurkan karena ingin dipindahkan.

Kalau cerita-cerita bahwa Kerajaan Jambi juga berada di tanah yang kini berdiri Masjid Agung Al Falah di Kota Jambi?

Ya berada, bahwa di situ adalah tempat di mana Sultan Thaha dulu berembuk. Sebenarnya dia sekaligus bukan hanya tempat berembuk, di juga musala kecil tempat beribadah berkumpul bareng.

Baca juga: KISAH Orang Kayo Hitam & Keris Siginjai yang Melegenda hingga Terbunuhnya si Pembuat Keris Sakti

Sultan Thaha sudah menjadi pahlawan nasional. Selaku anak keturunan, sejak kapan diceritakan mengenai Sultan Thaha?

Kalau saya semenjak dari SD papa udah cerita, siapa sebenarnya kami, keturunan siapa. Tapi itu sebatas cerita belaka. Tahunya dulu pas SMP kami dibawa ke museum siapa sih Sultan Thaha ini, saya Tanya orang tua itu datuk mu.

Cerita apa yang diwariskan dari keluarga mengenai sosok Sultan Thaha?

Sultan Thaha itu seseorang yang tidak mau berembuk dengan pemerintah Belanda. Jadi kalau ada di kemudian hari tiba-tiba ada orang atau mengklaim bahwa susur galur Sultan Thaha itu dikeluarkan oleh Belanda tahun berapa pun itu saya sangat tidak setuju, karena dalam sejarah Sultan Thaha tidak mau ketemu Belanda.

Baca juga: Bukan Cuma Eksotis, Ini Keistimewaan Pulau-Pulau Timur di Provinsi Jambi

Kalau kita baca sejarah  Jambi, dalam Kesultanan Jambi ada pepatih dalam, pepatih luar. Bagaimana sekarang?

Kita sudah bikin struktur, tapi kita belum publikasikan. Ada sendiri tata caranya. Kita juga sowan, siapa yang akan kita pilih dari Tanjab Barat, dari Tanjabtim dari Batanghari juga siapa dari Suku Anak Dalam.

Pesan apa yang ingin Anda sampaikan ke masyarakat Jambi?

Oke, jadi pesan saya sekali lagi saya hanya Sultan Kesultanan Melayu Pelestarian jadi di sini saya bertujuan untuk mengangkat adat istiadat Jambi. Jadi tidak lain tidak bukan ingin jadi Raja Jambi. Tapi saya ingin kita menyatu untuk membangkitkan kembali adat istiadat Jambi. (deddy rachmawan)

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved