Editorial
Dagelan Minyak Goreng dan Solar
Sulit untuk tidak mengatakan, tidak ada apa-apa dengan keberadaan minyak goreng dan minyak solar yang langka.
Minyak goreng masih saja menyisakan persoalan. Sekalipun pemerintah bahkan aparat melakukan sidak, peninjauan dan sebagainya.
Di tempat lain, di SPBU antrean truk mengular. Di sini solar yang langka. Sopir truk mengantre berjam-jam. Kelangkaan berlarut-larut yang tak kunjung teratasi.
Sulit untuk tidak mengatakan, tidak ada apa-apa dengan keberadaan minyak goreng dan minyak solar yang langka.
Disparitas harga antara solar bersubsidi dan nonsubsidi disebut-sebut menjadi biang kerok langkanya bahan bakar tersebut. Mengapa? Sebab ada yang bermain dengan solar subsidi.
Lalu bagaimana dengan minyak goreng?
Kabar terbaru, Tim Investigasi Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan satu barang bukti terkait laporan dugaan kartel, penetapan harga, dan penguasaan pasar minyak goreng.
Dengan temuan itu, KPPU menaikkan proses penegakan hukum kasus tersebut dari tahap pra-penyelidikan ke level penyelidikan.
Tapi, butuh waktu untuk proses penyelidikan itu. Setidaknya hingga 60 hari ke depan.
Begitulah, faktanya ada karut marut dalam distribusi kedua produk tersebut.
Baca juga: KPPU Temukan Bukti Dugaan Kartel Minyak Goreng
Terlebih setelah pemerintah menyerahkan harga minyak goreng kemasan dengan skema pasar dan memberi subsidi untuk minyak goreng curah. Harga minyak goreng curah di banyak daerah justru lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET).
Masyarakat bisa apa? Di tengah karut marut dan kelangkaan itu masyarakat justru disuguhi dagelan.
Menteri Perdagangan (mendag) Muhammad Lutfi yang sesumbar akan mengungkap mafia minyak goreng pada Senin (21/3) tak bisa memenuhi ucapannya sendiri.
Baca juga: Antrean Panjang Masih Berlanjut, Kendaraan Truk dan Mobil Diesel Saling Cepat Dapatkan Solar SPBU
Baca juga: Posisi Menteri Perdagangan Terancam, Pengamat Sebut Jokowi Pertimbangkan Menteri dari PAN
Senin ke Senin tak juga diungkap mafia minyak goreng yang dimaksud. Lalu, masyarakat bisa apa, selain menikmati dagelan minyak yang tak lucu. (*)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News