Pahit Manis Kisah Soliha Penjual Batu Koral Karungan di Sarolangun
Soliha (56) warga Muara Danau, Kecamatan Pelawan, Kabupaten Sarolangun tetap menggeluti usahanya menjual batu koral yang dia mulai sejak 2007.
Penulis: Rifani Halim | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Meski usianya tak muda lagi, Soliha (56) warga Muara Danau, Kecamatan Pelawan, Kabupaten Sarolangun tetap menggeluti usahanya menjual batu koral yang dia mulai sejak 2007.
Hasil jualan batu itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Sejak matahari terbit, hingga matahari terbenam Soliha duduk di pondok depan rumahnya menjaga barang dagangannya. Batu koral atau yang disebut warga sekitar batu putih, didapatkan dari para pencari batu sungai di sepanjang aliran Sungai Batang Asai yang terletak di Kecamatan Pelawan.
Soliha dapat dikatakan sebagai perajin, sebab ia membersihkan sendiri batu dari tanah dan pasir hingga menjadi bersih.
Mengolah batu tersebut hingga layak dijual, menurut Soliha membutuhkan tenaga dan waktu yang lumayan. Namun untunya juga lumayan.
Sekarang di usianya yang tak muda, ia hanya membeli batu yang telah bersih dari perajarin sekitar Kecamatan Pelawan. Dan tinggal memasukannya dalam karung berukuran 20 kilogram.
Dua desa di Kecamatan Pelawan yakni Desa Muara Danau dan Lubuk Sepuh sudah tidak asing melihat para warga di tepi jalan lintas Sumatera Sarolangun menjual batu koral yang di sebut mereka batu putih.
Cerita Soliha, masyarakat di dua desa tersebut mayoritas berprofesi menjadi penjual maupun pembersih batu putih. Tidak heran jika di depan rumah warga banyak terdapat batu putih menggunung. Batu itulah yang akan dibersihkan lalu dijual di depan pondok depan rumah warga.
"Kalau yang di depan rumahnya ada tumpukan batu dari mobil truk itu dia membersihkan sendiri untuk dijual, sejak beberapa tahun ini saya hanya menjual saja dapat untung Rp.1.000 tau Rp2.000 saja per karung," kata Soliha, Minggu (16/1/2022).
Dia menceritakan, para pembeli batu tersebut dari berbagai daerah bahkan ada yang dari pulau Jawa. Sebagian warga dari pulau Jawa yang melintas kerap kali mampir untuk membeli batu itu.
"Dari pulau Jawa ada, dari Padang juga ada dibawa pakai mobil pribadi, ada juga yang pakai bus. Sepat ada hingga ke Hongkong di beli oleh pengepul dia ambil dari saya satu ton batu yang berwarna hitam untuk dibawa keluar negeri sebagai bahan keramik," cerita Soliha.
Tak hanya batu putih, ada pula batu hitam yang sering kali dibeli oleh pengepul untuk dijual kembali ke luar negeri. Namun diakui oleh Soliha lebih laris lagi batu putih dengan ukuran kecil atau sebesar kerikil untuk hiasan rumah dan tempat pemakaman.
"Ada macam-macam tipe, ada yang kecil paling banyak diminati, ada yang sedang, ada sebar ukuran kepalan tangan anak-anak ada yang warna hitam," ungkapnya.
Harganya pun bervariasi, kata Soliha harga satu karung berukuran 20 kilogram dimulai dari harga Rp17- 40 ribu per karung.
Dia cerita pernah ada yang membeli hingga 1.000 karung. Bahkan dia harus memesan kembali dari para warga lain.
"Kadang ada yang beli kadang tidak sama sekali, kalau lagi ramai pernah seribu karung, pernah 400 karung, cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," tuturnya.(Tribun Jambi / Rifani Halim)