Virus Corona

Varian Omicron Diduga Sudah Ada di Indonesia, Ahli Patologi Sebutkan Alasannya

Varian Omicron adalah varian baru Virus Corona. Varian Omicron diduga sudah ada di Indonesia

Editor: Rahimin
The Scotsman
ILUSTRASI varian baru virus corona. Varian Omicron Diduga Sudah Ada di Indonesia, Ahli Patologi Sebutkan Alasannya 

TRIBUNJAMBI.COM - Varian baru Virus Corona yaitu varian Omicron diduga sudah masuk Indonesia.

Hal itu dikatakan ahli patologi klinis Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Tonang Dwi Ardyanto.

Tonang Dwi Ardyanto menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.

"Pendapat saya: sudah. Penyebaran sudah sedemikian luas di banyak negara sejak dari laporan awalnya. Laporan awal itupun sebenarnya kasusnya sudah terjadi setidaknya 2 pekan sebelumnya," katanya kepada Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Diketahui, carian Omicron pertama kali dilaporkan ke WHO dari Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Pada 26 November, WHO menetapkan Omicron sebagai variant of concern (VoC).

Menurut Tonang Dwi Ardyanto, ada beberapa alasan yang membuatnya menduga varian Omicron sudah masuk Indonesia.

Pertama, sebagian besar kasus karena Omicron tanpa atau hanya gejala ringan, seperti juga laporan dari Afrika Selatan dan beberapa negara lain yang sudah melaporkan kasusnya.

Kedua, jumlah tes PCR Indonesia yang masih di bawah ambang, meskipun rata-rata tes dilaporkan antara 180-200 ribu per hari.

"Yang banyak itu tes antigen, sekarang PCR tinggal sekitar 15 persen saja dari total tes. Rata-rata sekitar 30 ribu/hari," kata Tonang Dwi Ardyanto.

Dikatakan Tonang Dwi Ardyanto, tes antigen memang masih bisa mendeteksi Omicron, karena targetnya protein N, bukan protein S.

"Tapi tes antigen itu baru positif bila viral load tinggi. Kalau sudah menurun, PCR yang tepat untuk mendeteksinya," kata Tonang.

Terkait sekuensing untuk mendeteksi varian Omicron, sekuensing hanya dilakukan bila ada indikasi awal.

Indikasi pertama adalah jika ditemukan kasus infeksi dengan ct value sangat rendah, yang berarti viral load tinggi.

"Pertama bila didapatkan kasus dengan ct value rendah sekali yang berarti viral load tinggi. Padahal terdeteksinya kasus perlu PCR dan bila terpaksa dengan tes antigen lebih dulu," ujar Tonang Dwi Ardyanto.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved