Taliban Semakin Terdesak, Kini Mohon-mohon ke Amerika Akibat Keuangan Sekarat

Kondisi keuangan Taliban semakin terdesak setelah Amerika Serikat (AS) menolak mencairkan aset Afghanistan yang dibekukan.

Editor: Teguh Suprayitno
Sumber: AP Photo/Zabi Karimi
  Jajaran komandan kelompok Taliban beserta pengawal tampak di ruang kerja presiden Afghanistan. Kelompok Taliban telah sepenuhnya menguasai Kabul, ibukota Afghanistan, hari Minggu, 15 Agustus 2021. 

TRIBUNJAMBI.COM, WASHINGTON - Posisi Taliban tengah terpuruk akibat keuangan Afganistan sekarat.

Kondisi Taliban semakin terdesak setelah Amerika Serikat (AS) menolak mencairkan aset Afghanistan yang sebelumnya dibekukan.

AS menegaskan jika Taliban ingin aset Afghanistan dicairkan, pemerintahan baru di Kabul harus mendapatkan legitimasi lebih dulu.

Sebelumnya, pada Rabu (17/11/2021), Taliban telah mengirimkan surat terbuka kepada Kongres AS untuk membebaskan aset Afghanistan yang dibekukan AS.

Aset-aset bernilai miliaran dolar itu dibekukan AS, setelah Taliban merebut kembali Afghanistan pada Agustus lalu.

Washington diketahui menyita sekitar 9,5 miliar dolar AS atau setara Rp135 triliun aset yang dimiliki bank sentral Afghanistan.

Hal itu membuat ekonomi Afghanistan yang berpaku pada dana bantuan menjadi runtuh.

Sudah berbulan-bulan gaji para pegawai negeri tak dibayar, dan Kementerian Keuangan tak mampu lagi membayar barang impor.

Perwakilan Khusus AS untuk Afghanistan, Thomas West, melalui cuitannya di Twitter menegaskan penolakan AS terhadap permintaan Taliban.

Baca juga: Taliban Kocar-kacir Diserang ISIS-K, Komandan Senior Taliban Tewas

Ia mengatakan bahwa Washington sebelumnya telah menegaskan jika Taliban mengambilalih kekuasaan dengan kekuatan militer ketimbang negosiasi dengan pemerintahan yang didukung AS, maka dana bantuan akan diputus.

“Itulah yang terjadi,” ujar West dikutip dari Times of India.

“Legitimasi dan dukungan harus didapat melalui tindakan untuk mengatasi terorisme, membangun pemerintahan yang inklusif dan rasa hormat terhadap hak minoritas, perempuian dan para gadis, termasuk akses yang sama untuk pendidikan dan pekerjaan,” tambahnya.

West juga mengatakan Afghanistan telah berada diambang krisis ekonomi dan juga masalah kemanusiaan sebelum Taliban mengambil alih.

Baca juga: Afghanistan Dikuasai Taliban, Pemain Sepak Bola Ini Lari Ingin Pindah ke Inggris

Kondisi itu disebabkan oleh perang yang terjadi bertahun-tahun dan juga pandemi Covid-19.

“AS akan melanjutkan mendukung masyarakat Afghanistan dengan bantuan kemanusiaan,” katanya.

Ia mengatakan bantuan sebesar 474 juta dolar AS atau setara Rp6,7 triliun telah diluncurkan untuk membantu warga Afghanistan tahun ini.

Berita ini telah tayang di Kompas.tv

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved