Ethiopia Memanas hingga Inggris Ikut Cemas, Orang-orang dari Suku Tigray Ditangkap, PBB Tak Berkutik

Sebanyak 16 anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan keluarganya ditahan di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.

Editor: Teguh Suprayitno
Sumber: Ethiopian News Agency via AP
Ilustrasi-Foto yang dirilis oleh Ethiopian News Agency pada 16 November 2020 ini memperlihatkan tentara militer Ethiopia tengah bersorak di dekat perbatasan Tigray dan Amhara di Ethiopia. 

TRIBUNJAMBI.COM, NEW YORK - Situasi di Ethiopia tengah memanas. Sebanyak 16 anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan keluarganya ditahan di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa.

Hal ini diungkapkan juru bicara PBB Stephane Dujarric, Selasa (9/11/2021).

Kabar itu diumumkan di tengah laporan bahwa semakin banyak penangkapan anggota suku Tigray.

"Kami tentu terus bekerja sama dengan pemerintah Ethiopia agar mereka segera dibebaskan," ujar Stephane Dujarric kepada para wartawan di New York.

Namun Dujarric menolak menjawab pertanyaan dari suku mana para staf PBB dan keluarganya yang ditahan polisi itu berasal.

Baca juga: Amerika Peringatkan Turki agar Tak Beli Senjata Canggih Rusia, Rudal S400 Jadi Ancaman

"Orang-orang ini adalah anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa... mereka warga Ethiopia...., dan kami menginginkan mereka dibebaskan, tak peduli nama suku apa pun yang tertera di kartu identitas mereka,” katanya seperti dikutip dari Antara.

Komisi HAM Ethiopia, yang dibentuk negara, mengatakan pada Minggu (7/11/2021) bahwa pihaknya telah menerima banyak laporan adanya penangkapan warga suku Tigray di Addis Ababa, termasuk orang tua dan para ibu.

Sementara pihak Kepolisian Ethiopia membantah melakukan penahanan atas dasar suku tertentu. Polisi mengaku hanya mengincar para pendukung pasukan pemberontak Tigray yang memerangi pemerintah pusat.

Juru bicara kepolisian Addis Ababa Fasika Fanta, maupun juru bicara pemerintah Legesse Tulu mengaku tidak punya informasi soal penahanan para anggota staf PBB.

"Orang-orang yang ditahan adalah para warga Ethiopia yang melanggar hukum," ujar Legesse.

Konflik yang telah berlangsung selama setahun di Ethiopia utara, antara pemerintah dan pasukan Tigray yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), terus memanas beberapa pekan belakangan.

Pasukan Tigray dan sekutunya mengancam akan bergerak menuju ibu kota.

Ethiopia pada 2 November menyatakan negara dalam keadaan darurat.

Baca juga: China Janji Gelontorkan Dana Rp 3,3 Triliun untuk Lindungi Keanekaragaman Hayati

Status tersebut memungkinkan pemerintah menangkap siapa saja, tanpa perintah pengadilan, yang dicurigai bersekongkol dengan kelompok teroris.

Sebelumnya parlemen telah menyatakan TPLF sebagai kelompok teroris.

Inggris juga mengimbau agar para warga negaranya segera meninggalkan Ethiopia saat penerbangan komersial masih tersedia.

Imbauan serupa telah dikeluarkan oleh Amerika Serikat pada 5 November. Zambia pada Selasa telah mengevakuasi para anggota staf nonesensial dari Ethiopia.

Berita ini telah tayang di Kompas.tv

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved