TRIBUN WIKI Riwayat dan Sejarah Singkat Pahlawan Sulthan Thaha Saifuddin di Tebo
Berita Tebo-Sejak kecil, Sultan Thaha sudah terlihat sifat-sifat kepemimpinannya suka bergaul dengan rakyat dan benci dengan Belanda.
Penulis: Sopianto | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA TEBO - Sultan Thaha Saifuddin dilahirkan di Jambi pada pertengahan tahun 1816.
Sultan Thaha merupakan, Putra dari Sultan M Fachrudin, pada waktu itu gelarnya Sultan Kramat.
Sejak kecil, Sultan Thaha sudah terlihat sifat-sifat kepemimpinannya, suka bergaul dengan rakyat dan benci dengan Belanda.
Perjuangan Sultan Thaha dimulai, sejak dia dinobatkan setelah menjadi Raja Jambi pada tahun 1855.
Pada waktu itu, dia mengambil tindakan membatalkan semua persetujuan dengan Belanda yang diadakan sebelumnya.
Kemudian untuk menghadapi Belanda, Sultan Thaha kemudian berusaha mengumpulkan dan menghimpun seluruh kekuatan rakyat.
Pada waktu itu, Pangeran dan Panglima dikumpulkan untuk mengadakan musyawarah di Bukit Serpih Muara Tebo.
Adapun keputusan pada saat itu, antara lain, supaya menyiapkan makanan yang cukup, tindakan menyerah kepada Belanda, tidak akan mengkhianati pada teman seperjuangan, maupun pada negara.
Pada saat itu, serangan kepada Belanda tidak perlu menunggu komando lagi.
Selanjutnya, Belanda terus diserang dan dibuat lobang benteng pertahanan bila perlu.
Pada bulan September 1903, Sultan Thaha pergi ke Sungai Limau untuk bertemu dengan Sisingamangaraja dari Tapanuli.
Pada saat bertemu kedua pemimpin itu bersumpah setia dan tidak akan menyerah pada Belanda.
Kemudian pada saat itu, Sultan Thaha Kembali Ke Muara Tebo dan Ke Kecamatan Tebo Ilir tepatnya di Betung Bedarah untuk melanjutkan perjuangannya.
Dalam perjalanan itu, terjadilah pertempuran dengan pasukan Belanda, yang persenjataannya jauh lebih lengkap dari Pasukan Sultan Thaha.
Pada saat itu korban di pihak Belanda berjumlah 150 orang dan di pihak Sultan Thaha 180 orang.
Kemudian pada saat itu terjadilah politik adu domba yang dijalankan pihak Belanda.
Dan satu persatu benteng perlawanan Rakyat Jambi jatuh ke tangan Belanda.
Demikian juga panglima dan tokoh-tokoh perjuangan rakyat berguguran.
Akhirnya pada kegiatan serbuan pada subuh hari pada tahun 1904, pasukan Belanda dapat menyergap pasukan Sultan Thaha di sebuah talang di Desa Betung Bedarah.
Karena persenjataan tidak seimbang, maka Sulthan Thaha gugur pada usia 88 tahun.
Sultan Thaha sebagai Kesuma Bangsa, yang melawan penjajahan di Daerah Jambi selama 49 tahun.
Jenazahnya dibawah dari Desa Betung Bedarah menuju ke Kota Muara Tebo.
Tribunjambi.com/Sopianto
Baca juga: Sidang Ijazah Palsu Kades Medan Seri Rambahan Tebo, Terdakwa Sampaikan Eksepsi
Baca juga: Jalan Desa Jati Belarik Bakal Terhubung ke Desa Tuo Sumay, Ini Rencana Bupati Tebo Sukandar