Khazanah Islami
Dongeng Malin Kundang dan Perintah Untuk Berbakti Pada Seorang Ibu
Artikel ini tentang Malin Kundang dan kaitannya dengan perintah berbakti pada ibu dalam islam
TRIBUNJAMBI.COM - Dongeng Malin Kundang yang populer di Sumatera Barat memiliki sebuah pesan yang mendalam tentang seorang anak memperlakukan ibunya.
Terlepas cerita Malin Kundang itu mitos atau pernah ada, yang lebih penting adalah meneladani dan mengambil sebuah pelajaran yang ada di dalamnya.
Dalam Islam seorang anak dituntut untuk berbuat baik pada ibunya.
Seorang anak dituntut berbakti pada ibu dan dilarang berperilaku durhaka.
Dalam Al-Quran, Allah SWT menggambarkan dalam surat Luqman ayat 14:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Dalam perjalanan umat manusia, kita telah menyaksikan tiga peristiwa dari sekian banyak peristiwa di masa lalu, yang menunjukkan betapa besar perhatian Islam terhadap ibu.
Yang pertama peristiwa ketika Nabi Isa A.S. berbicara saat masih bayi.
Peristiwa itu sangat besar saat Allah menciptakan Nabi Isa A.S. tanpa seorang ayah, untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT.
Kelahiran Nabi Isa A.S. sempat mendatangkan tuduhan keji kepada sosok Maryam. Digambarkan dalam surat Maryam ayat 27-28, yang artinya:
Kemudian dia (Maryam) membawa dia (bayi itu) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Mereka (kaumnya) berkata, “Wahai Maryam! Sungguh, engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar.
Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”
Lalu apa yang dilakukan oleh siti Maryam? Ia menunjuk Nabi Isa A.S. yang kala itu masih bayi. Lalu Nabi Isa A.S. berkata, yang terekam dalam surat Maryam ayat 30-32
قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ
وَّجَعَلَنِيْ مُبٰرَكًا اَيْنَ مَا كُنْتُۖ وَاَوْصٰنِيْ بِالصَّلٰوةِ وَالزَّكٰوةِ مَا دُمْتُ حَيًّا ۖ
وَّبَرًّاۢ بِوَالِدَتِيْ وَلَمْ يَجْعَلْنِيْ جَبَّارًا شَقِيًّا
Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.
Dalam peristiwa yang luar biasa tersebut, Allah menggerakkan lisan Nabi Isa A.S menerangkan dirinya sebagai orang yang berbakti kepada ibuku. Dan penjelasan ini datang setelah penjelasan bahwa beliau adalah orang yang melaksanakan Sholat dan menunaikan zakat.
Dari peristiwa tersebut, jelas bahwa berbakti kepada ibu sebagai bukti dari kemuliaan seseorang dan keimanannya kepada Allah SWT.
Peristiwa yang kedua; yakni ketika Nabi Ismail A.S. ditinggal bersama ibunya di padang tandus.
Atas perintah Allah SWT, Nabi Ibrahim A.S. meninggalkan Nabi Ismail A.S. yang masih bayi bersama ibunya, siti Hajar di Mekkah yang saat itu begitu tandus.
Siti Hajar kemudian bertanya kepada Nabi Ibrahim, “Apakah ini adalah perintah Allah?” Ketika Nabi Ibrahim A.S. mengiyakan, maka siti Hajar menerima perintah tersebut dengan pasrah.
Dalam suasana haus dan terik, siti Hajar lalu berusaha mendapatkan air dari Shafa ke Marwa, hingga 7 kali ulang-alik. Dan Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah, akhirnya air Zamzam muncul di tanah dekat kaki Nabi Ismail.
Yang luar biasa adalah, perjuangan seorang ibu yang berusaha untuk mendapatkan air untuk putranya, diabadikan oleh Allah SWT sebagai salah satu ritual dalam ibadah Haji yang disebut sa’i.
Maka siapapun yang telah melaksanakan ibadah umrah dan haji selayaknya selalu ingat kebesaran Allah dan kasih sayangnya pada Ibu dan anaknya, serta menghayati betapa besar perjuangan seorang ibu.
Peristiwa yang ketiga adalah: saat Ibu Nabi Musa A.S. mendapat Ilham dari Allah SWT
Saat Fir’aun sedang berencana untuk menghabisi seluruh anak laki-laki di negerinya, ibu Nabi Musa A.S. teramat sedih dan khawatir bahwa putranya akan turut dihabisi.
Namun dengan kekuasaan Allah, Allah memberikan ilham kepada Ibu nabi Musa A.S.
وَاَوْحَيْنَآ اِلٰٓى اُمِّ مُوْسٰٓى اَنْ اَرْضِعِيْهِۚ فَاِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَاَلْقِيْهِ فِى الْيَمِّ وَلَا تَخَافِيْ وَلَا تَحْزَنِيْ ۚاِنَّا رَاۤدُّوْهُ اِلَيْكِ وَجَاعِلُوْهُ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ
Dan Kami ilhamkan kepada ibunya Musa, “Susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul.” (Al-Quran, Surat Al-Qasas ayat 7)
Akhirnya Nabi Musa A.S. dihanyutkan ke sungai Nil, lalu ia ditemukan oleh istri Fira’un. Dan karena bayi tersebut tidak mau menyusui kepada siapapun, akhirnya Allah mengembalikan bayi tersebut ke pangkuan ibunya untuk disusui oleh ibunya.
Kita lihat betapa pentingnya peranan Ibu dari Nabi Musa A.S. dalam peristiwa di atas. Bahkan hingga Allah memberikan ilham padanya.
Semua peristiwa tersebut menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada seorang Ibu.
Ibu, begitu mulia kedudukannya, lebih berharga dari berlian. Dan dalam tingginya derajatnya itu, cinta Ibu pada kita, sungguh tak bertepi.