Tiga Satpam Ditembak di Sarolangun

Konflik Orang Rimba dan Perkebunan sawit, Harus Ada Itikad Baik Akomodir Orang Rimba

Konflik yang terjadi antara Orang Rimba dan perusahaan yang terus terjadi. Setiap konflik ini harus dilihat akar persoalannya.

Editor: Rahimin
istimewa
Robert Aritonang saat berdialog dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim saat berada di Kantor lapangan KKI Warsi. Konflik Orang Rimba dan Perkebunan sawit, Harus Ada Itikad Baik Akomodir Orang Rimba 

TRIBUNJAMBI.COM - Warga Suku Anak Dalam (SAD) di Kabupaten Sarolangun menembak Security perusahaan sawit yang berada di Kecamatan Air Hitam.

Melihat konflik yang terjadi antara Orang Rimba dan perusahaan yang terus terjadi, Robert Aritonang Manager Program Suku-Suku Komunitas Konservasi Indonesia Warsi bilang, setiap konflik ini harus dilihat akar persoalannya. Jangan dilihat secara parsial.

Rentetan kasus yang timbul merupakan akumulasi dari persoalan-persoalan dasar pada komunitas adat marginal dalam hal ini Orang Rimba yang tidak terselesaikan dengan baik.

Perusahaan sawit yang berkonflik dengan Orang Rimba, merupakan wilayah jelajah suku ini sejak sebelum ada perusahaan di wilayah itu. Namun, perusahaan hadir dan membiarkan komunitas itu terlunta-lunta di dalam lahan mereka. Tanpa ada upaya untuk mengakomodir suku ini dan memperlakukan mereka layaknya bagian dari anak bangsa.

Rumah Dijual
Rumah Dijual (TRIBUN JAMBI)

“Ini yang jadi intinya, Orang Rimba kehilangan sumber penghidupan mereka, akibat beralih fungsi menjadi perkebunan sawit,” katanya.

Di sisi lain, bagaimana kebun sawit tidak lagi ada umbi di dalam tanahnya, tidak ada lagi pohon buah untuk konsumsi. sehingga Orang Rimba mengambil brondol yang jatuh untuk ditukarkan dengan beras.

“Kondisi ini yang menjadikannya sumber persoalan. Pembiaran yang terlalu lama pada nasib Orang Rimba telah menyebabkan semakin buruknya kualitas hidup Orang Rimba,” kata Robert.

Ketika Orang Rimba melakukan aktivitas mengambil brondol dianggap sebagai pencuri pelaku kriminal, dan juga dengan sangat mudah mereka diperlakukan sewenang-wenang. “Tidak ada perhitungan dari perusahaan bahwa orang rimba sudah ada di situ jauh sebelum mereka hadir,” ujarnya.

Akibatnya Orang Rimba dianggap pelaku kriminal, sehingga satpam perusahaan yang tentunya atas arahan perusahaan melakukan tindakan yang mereka yakini sebegai bentuk perlindungan tempat usaha.

“Sama sekali perusahaan tidak melihat Orang Rimba bagian yang harusnya dicarikan solusi permanen untuk mereka. Orang Rimba seolah dianggap sebagai penumpang di lahan tersebut. Sehingga semua tindakan mereka dianggap sebagai pelaku kriminal. Kesalahannya disitu, tidak melihat Orang Rimba bagian dari anak bangsa,” kata Robert.

Dikatakannya, harus ada itikad baik perusahaan dan pemerintah untuk mengakomodir Orang Rimba dalam sistem penghidupan yang diakui semua pihak.

Seperti diberitakan Tribunjambi.com, Kapolres Sarolangun AKBP Sugeng Wahyudiono bilang, kejadian yang mengakibatkan luka-luka tiga security tersebut terjadi pada Jumat (29/10/2021).

"Ya, terjadi peristiwa penembakan satpam, pelakunya tiga orang oknum warga Suku Anak Dalam, yang awalnya karena adanya upaya pencurian buah kelapa sawit yang dilarang oleh satpam perusahaan tersebut," katanya, Sabtu (30/10/2021).

AKBP Sugeng Wahyudiono menjelaskan, oknum SAD yang hendak mencuri kepala sawit di area perusahaan, dilarang security. Sebab, security perusahaan tersebut melarang karena sesuai SOP yang telah dimiliki.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved