Berita Selebritis

Enzy Storia Akui Sempat Ingin Mengakhiri Hidupnya: Aku Enggak Pernah Ketemu Papaku Lagi

Enzy sempat memiliki keinginan untuk hidup bersama ayahnya saja. Tapi ucapan ibunya saat itu membuatnya sakit hati.

Editor: Tommy Kurniawan
Ist
Artis Enzy Storia 

TRIBUNJAMBI.COM - Sosok Enzy Storia memang dikenal sebagai presenter dan komedian.

Meski seting terlihat ceria, namun Enzy Storia menyimpan cerita pilu masa kecilnya.

Rupanya Enzy Storia sempat berniat untuk mengakhiri hidupnya ketika masih berusia 9 tahun.

Diungkapkan pada Daniel Mananta, Enzy Storia membeberkan soal kehidupan masa kecilnya yang tak mudah.

Dijelaskan Enzy Storia jika orangtuanya sudah berpisah sejak dia masih usia enam tahun.

"Momennya aku inget banget, aku lagi di rumah, mau tidur, sampai sekarang masih ter-capture di otak aku," kata Enzy mengawali kisahnya dikutip dari YouTube Daniel Mananta Network.

Baca juga: Al Ghazali Singgung Perannya di Little Mom pada Maia Estianty, Peran Natasha Wilona Disindir

Baca juga: Kangen Anak Jadi Alasan Rachel Vennya Kabur dari Karantina, Nikita Mirzani Sebut Soal Kekasih Vennya

Baca juga: Celine Evangelista Nangis saat Ceritakan Rumah Tangga dengan Stefan William, Asisten Sebut Terpukul

Saat itu orang tua Enzy Storia bertengkar hebat, kemudian Enzy digendong oleh asisten rumah tangga dan dibawa ke rumah sang asisten.

"Aku tiba-tiba digendong mbok aku, udah rame mama papaku berantem, aku dibawa ke rumah mbok," tutur Enzy Storia .

"Terakhir aku inget banget, dicium jidatnya sama papaku, terus mamaku masih berantem, aku dibawa kabur sama mbok ke rumahnya," lanjut Enzy Storia dengan mata berkaca-kaca.

Enzy yang saat itu masih berusia 6 tahun, tak pernah menyangka ciuman ayahnya itu sekaligus menjadi pertemuan terakhirnya dengan sang ayah.

"Dari hari itu sampai sekarang, aku enggak pernah ketemu papaku lagi," kata Enzy mengaku merinding ketika menceritakan kisah itu lagi.

Sejak saat itu, Enzy hanya hidup berdua dengan ibunya.

Setahun setelah ibunya berpisah, sang ayah sempat mengirimkan kartu pos dari New York dan juga kembali rutin menghubunginya melalui telepon.

Ketika usianya 10 tahun, sang ibu menikah lagi, dan komunikasi Enzy dengan ayahnya otomatis menjadi semakin sulit.

Sebagai anak kecil, Enzy sempat memiliki keinginan untuk hidup bersama ayahnya saja. Tapi ucapan ibunya saat itu membuatnya sakit hati.

"Ya namanya masih anak kecil, 'aku pengin sama papa aja' kayak gitu, ada penjelasan-penjelasan dari mama yang bikin aku sakit hati banget semasa kecil, keinget terus, tapi aku masih percaya ya udah nanti kalau misal aku gede, aku akan cari papa, aku akan ketemu sama dia," tutur Enzy.

Kemudian tahun 2005 ketika terjadi tsunami di Aceh, besarnya pemberitaan saat itu membuat ayahnya tiba-tiba kembali menghubungi sang ibu.

Saat itu Enzy menduga ayahnya akhirnya tahu ibunya sudah menikah lagi, dan itu membuat kedua orang tuanya kembali terlibat konflik.

"Enggak lama dari itu, mamaku bilang ke aku kayak 'stop cari papa kamu, papa kamu sudah meninggal,'" kenang Enzy.

"Aku sebenarnya enggak tahu, papaku udah meninggal apa enggak sih, karena semenjak itu, semua akses, semua berkas, semua info tentang dia udah enggak ada," kata Enzy berurai air mata.

Enzy merasa hatinya hancur saat mendengar hal itu, tapi mau tak mau dia mempercayai ucapan ibunya.

Cerita pilu Enzy tak sampai di situ saja.

Terlahir dari ayah Polandia, wajah bule Enzy membuatnya sering diolok-olok teman bermain, tapi tak ada yang bisa dilakukan Enzy.

"Ya kan aku enggak tahu kenapa aku di sini juga, kenapa aku dikata-katain, diiseng-isengin, dilempar, ya terus gimana," ucapnya.

"Aku orang Indonesia kok, emang salah ya aku look-nya kayak gini?" lanjut Enzy.

Berbagai tekanan yang dialami di usia muda itu sempat membuat Enzy berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

"Tadinya aku kayak udah apa mati aja, ngapain ya aku di dunia. Bayangin anak umur 9 tahun aku bisa mikir 'kayaknya aku mati aja deh Tuhan,' kayak  'aku kenapa dilahirin kalau kayak gini keadaannya,'" kata Enzy sambil mengusap air matanya.

Namun Enzy bersyukur, kehadiran sang adik telah membuatnya dia lebih kuat dan menjadi harapannya untuk hidup.

"Aku beruntung punya adek aku, adek aku kayak penyelamat hidup aku, dengan adanya dia aku jadi punya hope," kata Enzy.

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini: https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved