Militer Indonesia
Kisah Ilmu Kanuragan Kopassus yang Buat Tentara Asing Berdecak Kagum
Artikel ini membahas ilmu kanuragan Kopassus yang menjadi pembeda dengan tentara asing, begini kisahnya
Di antaranya kemampuan melaksanakan misinya hingga tuntas meski hanya bermodal peralatan dan persenjataan yang sangat terbatas.
Kehebatan pasukan khusus tidak ditentukan oleh teknologi yang digunakan dalam pertempuran.
Namun kemampuan personel dalam penguasaan ilmu beladiri, penggunaan senjata tajam.

Namun juga ketrampilan penggunaan senjata api yang tidak dilengkapi teknologi serba canggih.
Demi mencetak pasukan khusus yang dalam misi tempurnya tidak terlalu tergantung pada teknologi, Letjen LB Moerdani melarang pasukan-pasukan khusus AS untuk dipergunakan sebagai referensi.
Pasukan-pasukan khusus AS seperti Green Berets, Navy Seal, Delta Force, SWAT, dan lainnya memang selalu tergantung kepada teknologi militer untuk mendukung operasi tempurnya.
Untuk melakukan pertempuran malam hari, semua pasukan khusus AS sangat tergantung kepada teropong pelihat malam (Night Vision Google/NVG).
Menggunakan teropong seperti ini tentara Amerika Serikat bisa melihat targetnya dalam gelap.
Berbeda dengan Kopassus, untuk melihat dalam gelap tidak perlu NVG.
Pasukan khusus TNI AD juga telah dibekali ilmu beladiri pernapasan Merpati Putih sehingga bisa ‘melihat’ dalam gelap.
Prajurit Kopassus juga mampu menembak tepat layaknya sniper tanpa dibantu oleh teropong dalam jarak minimal 300 meter.
Pasukan khusus AS yang umumnya berbadan besar dibandingkan pasukan khusus TNI yang berbadan lebih kecil.
Tapi para pasukan khusus AS itu menjadi kagum ketika ilmu kanuragan pasukan khusus TNI mulai dikeluarkan.
Ketika pasukan khusus AS itu disuruh berdiri di atas selembar kertas koran dan kemudian diangkat oleh dua pasukan khusus TNI sambil mengerahkan negara dalamnya, dia bisa terangkat dengan mudah.
(*)