Kisah Raja Copet Terminal Jabodetabek, Ternyata Punya 'Jimat' Dipasang di Bagian Terlarang

Tomo mengaku memasang benda asing itu saat berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP) Salemba saat ditahan tahun 1998 sampai 2000.

Editor: Duanto AS
twitter chirpstory
Arsip harian Kompas 

PERNAH menonton film Raja Copet? Di sana Benyamin S menjadi copet lihai.

Meski lihai, si raja copet ini punya pantangan. Dia tidak boleh mencopet wadam dan wanita hamil.

Sebenarnya, asal kata copet dari bahasa Jawa "copèt" yang lalu terserap ke dalam bahasa Indonesia.

Seorang copet melakukan pencurian berupa uang maupun barang berharga lainnya dari korban tanpa diketahui.

Ketangkasan ini butuh keberanian dan bakat.

Dalam dunia nyata, James Freedman dikenal memiliki keterampilan pencopetan. Dia merupakan pesulap yang mampu mengambil barang dari penonton dan mengembalikannya tanpa disadari.

James Freedman dikenal sebagai "The Man of Steal".

Ada juga ilusionis professional David Avadon yang tampil dalam aksi pencopetan khasnya selama lebih dari 30 tahun.

Dia disebut-sebut sebgai "pencopet paling antar negara".

Tapi di dunia nyata, kisah raja copet di Jabodetabek ini beda lagi.

Ini merupakan kisah Tomo 'raja copet' di Jakarta.

Selama 25 tahun mencopet, Tomo tak pernah tertangkap.

Nama Tomo mulai tenar sejak lama.

Dia menyandang gelar raja copet karena sudah 25 tahun menjadi copet di Jakarta.

Pada 2015, meskipun sudah berusia, perawakannya cukup menakutkan.
Dia punya tato di sekujur tubuh.

Jimat di kelamin

Bukan cuma badan yang dihiasi tato, tetapi alat kelamin Tomo juga dipasangi benda asing seperti "jimat".

Tomo juga memasang benda asing di alat kelaminnya.Benda asing itu dipasang agar Tomo jago bersetubuh.

Tomo mengaku memasang benda asing itu saat berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP) Salemba saat ditahan tahun 1998 sampai tahun 2000.

Sementara, tato yang melingkar dari bahu kanan ke bahu kirinya, menambah kesan seram.

Di bagian perutnya juga masih ada tato lagi.

Pokoknya, seluruhnya tato bunga yang ada di sekujur badan Tomo.

"Ah, ini tato biasa saja," ucap Tomo yang berbadan pendek dan gempal ini kepada Wartakotalive.com saat jumpa pers, Jumat (28/8/2015).
Wilayah kerja Tomo Cs

Saat tertangkap, Tomo berusia 56 tahun.

Tomo tidak bekerja sendiri, melainkan berkomplot dengan tiga orang anak buah.

Anak buahnya bernama Yanto Gondrong, Heri dan Yanto Botak.
Wilayah kerja copet Tomo dkk di terminal di Jabodetabek.

Cara kerjanya cukup standar.

Pencopet ini berpura-pura menjadi penumpang bus kota dan duduk menyebar.

Mereka berbagi peran, ada yang mencari target, mengalihkan perhatian calon korban, ada yang mengambil dompet dan ponsel korban.

Pencopet menempel korban, tangannya menyelinap ke saku celana korban.

Setelah mendapat barang, dia mengopernya ke temannya sesama pencopet yang ada di belakang, lalu turun dari bus.

Tomo Cs mengaku beraksi sejak pagi hingga sore hari, pindah antar bus dan jurusan.

Tomo berkisah, mulai jadi copet sejak 1990, saat berusia 31 tahun.

"Ikut-ikutan saja. Semua copet begitu awalnya. Belajar dari ikut-ikutan," ucap Tomo.

Biasanya seorang pencopet ada yang bertugas sebagai 'pengerem'.
Tugasnya adalah memperlambat jalan korbannya.

Setelah itu, baru jadi pendesak atau yang bertugas memepet korbannya di kiri dan kanan.

Selanjutnya baru jadi eksekutor atau yang bertugas mengambili barang korban, menyobet tas korban dan sebagainya.

Tomo menuturkan biasanya setelah copet menjadi senior dan mulai membentuk kelompok sendiri, maka copet senior akan menyerahkan tugas pendesak dan eksekutor ke anak buahnya.

"Saya juga sekarang jadi pengerem saja," ucap Tomo.

Sebab, kelompoknya sekarang berisi copet-copet yang pengalamannya di bawah Tomo.

Tomo mengakui kerap berpindah-pindah kelompok copet selama 25 tahun.

Dia kerap pula membentuk kelompok baru.

Kini bekas anak buahnya adapula yang sudah membentuk kelompok baru.

"Makanya, ada banyak copet yang mangkal di Terminal Pulo Gadung itu dan saling kenal," ucap Tomo.

Menurutnya, copet sama saja seperti karyawan.

Terutama, copet-copet yang sudah bekerja lebih dari lima tahun secara konsisten sebagai copet.

Pencopet punya jam kerja dan keteraturan, serta banyak orang di tempat nongkrong, mereka juga sudah tahu siapa dirinya.

Sama seperti Tomo, selama 25 tahun jadi copet, punya keteraturan.

Tomo datang pukul 05.00 WIB di Terminal Pulo Gadung.

Di sanalah semuanya berawal.

Sejak pagi buta, dia bertemu sesama pencopet lainnya di Terminal Pulo Gadung.

Pencopet nongkrong bersama, tertawa bersama, lalu mengatur jalur masing-masing sebelum berangkat.

Biasanya, dalam satu bus saat awal pagi bus-bus keluar di jam padat, maka hanya ada 1 kelompok copet di dalam bus.

"Kenek atau sopir bus atau Kopaja dan Metromini itu tahu kalau ada copet atau tidak di dalam bus mereka. Orang kenal semua kok, setiap hari ketemu," ucap Tomo.

Setahun belakangan, Tomo mengaku bergabung dengan kelompok barunya.

Sesama pencopet tua yang sudah di atas 10 tahun jadi copet.

Tapi, tetap saja, lantaran Tomo paling tua dan paling lama jadi copet.
Kini si raja copet itu hanya jadi pengerem. (*)

Baca juga: Isi Perut Candi Borobudur Jika Dibongkar, Begini Cara Pembangunan Hingga Sangat Kokoh

Baca juga: Teka-teki Jam Raksasa Candi Borobudur yang Bisa Dicek Pakai Pakai Google Maps

Baca juga: Misteri Pria Baju Putih di Foto Lawas Candi Borobudur Tahun 1907, Stupa Kondisi Miring

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved