Militer Indonesia

Kisah Pilot Helikopter Dijebak Kelompok Bersenjata yang Bunuh 4 Prajurit Kopassus

Artikel ini berkisah tentang pilot helokopter yang terjebak di antara kelompok bersenjata yang menyebabkan 4 prajurit kopassus

Editor: Heri Prihartono
Tribun Jateng
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang kerap meresahkan masyarakat setempat. 

TRIBUNJAMBI.COM - Berikut sebuah kisah  pilot helikopter yang terjebak di antara  kelompok bersenjata yang membunuh 4 anggota Kopassus.

Kisah ini diungkap pilot helikopter peninggalan Perang Vietnam, Sikorsky S-58 Twin Pac.

Helikopter angkut ini sudah kenyang dalam berbagai operasi militer, seperti di Timor-Timur (Timor Leste), Aceh dan Papua.

Berbagi kisah heroik pernah dialami oleh Twin Pac, khususnya ketika digunakan dalam operasi militer di Papua.

Satu di antara kisah mencekam itu dikutip Tribunjambi.com dari Intisari.

Pada 22 Januari 2001, Heli Twin Pac dengan nomor registrasi H 3406 ditugaskan menjemput  wakil Panglima TPN (Tentara Pembebasan Nasional) Papua, Mark Rumbiak di Betaf, pantai timur Papua.

TPN saat itu kerap  menimbulkan keresahan masyarakat.

TPN berani secara terbuka menyerang pos polisi sektor setempat, bahkan sampai merampas senjata di pos polisi tersebut.

Dalam perjalanannya,  heli Twin Pac saat itu diawaki pilot Kapten Pnb Pandu bersama kopilot Lettu Pnb Agus.

Heli itu membawa  sejumlah anggota Kopassus, dua awak televisi serta Danramil Betaf Kapten Inf Djoni.

Heli take-off dari Sentani Jayapura pukul 08.05 WIT dan sesuai rencana semula, pesawat tak mematikan mesin ( cut engine), saat tiba di titik penjemputan Rumbiak.

Pasalnya Rumbiak  sudah menunggu bersama sejumlah senjata rampasan dan akan langsung dinaikkan ke helikopter.

Penerbangan heli yang melintasi pegunungan dan hutan lebat ditempuh dalam  waktu sekitar 45 menit.

Tapi saat  heli mendarat di Betaf yang terjadi justru di luar dugaan para awak pesawat.

Rumbiak ternyata tidak ada di lokasi penjemputan.

Termasuk senjata rampasannya yang direncanakan juga akan diangkut ke Jayapura, ternyata nihil.

Kapten Inf Djoni meminta pesawat untuk cut engine dengan alasan Rumbiak baru saja melarikan diri beserta barang rampasannya.

Kapten Pandu yang berpikir mission-oriented AKHIRNYA  mengikuti permintaan Danramil.

Meskipun diliputi hal menegangkan karena pesawat dan awaknya tengah berada di daerah yang dikuasai oleh TPN.

 Rumbiak ternyata minta dijemput di tengah hutan (markas TPN) oleh Kopassus dengan perysratan  menyertakan pilot helikopter .

Kapten Pandu sempat kaget  oleh permintaan Rumbiak yang ‘cukup cerdas’ itu karena berusaha memisahkan antara pilot dan heli.

Kondisi itu cukup  berbahaya sekali karena seorang pilot yang jauh dari pesawatnya sama saja telah dilumpuhkan alutsistanya.

Kapten Pandu merasa ragu.

Namun, sekali lagi Danramil berhasil meyakinkannya dan  mengatakan bahwa daerah itu adalah kekuasaannya dan ia hafal betul situasi di sana.

Kapten Pandu akhirnya menurut. Markas Rumbiak  berjarak sekitar 2 km dari pesawat dan mereka (rombongan Kopassus, pilot heli ditambah 2 kru televisi ) terus berjalan kemudian  disambut oleh barisan anggota TPN.

Mereka (TPN) bertelanjang dada atapi bersenjata lengkap dengan  tombak, panah, kapak dan lainnya.

Kapten Pandu merasa cemas  karena posisi para rekannya kini seperti terkepung oleh TPN dan dalam kondisi mudah sekali diserang.

Di lokasi para prajurit TPN yang siap tempur itu rombongan Kapten Pandu ternyata belum menemukan  tanda-tanda keberadaan Rumbiak .

Sejumlah prajurit Rumbiak yang tampaknya ‘perwira’-nya menyebut  bahwa Panglima Rumbiak sedang bersembunyi dari kejaran Brimob di tempat yang hanya mereka yang tahu.

Mendengar keterangan itu Kapten Pandu menjadi semakin cemas.

Dia seperti masuk jebakan karena jauh dari heli yang seharusnya selalu berada dalam jangkaunnya.

Meskipun para anggota Kopassus dalam rombongan itu meyakinkan bahwa wilayah setempat sudah mereka kuasai betul, Kapten Pandu tetap cemas,

Tapi di tengah rasa khawatir  itu Kapten Pandu masih terhibur karena semua kejadian yang sedang berlangsung justru diliput oleh kamerawan TV dengan tenangnya.

Saat itu posisi persembunyian Rumbiak yang berupa sebuah gubug berhasil ditemukan sekitar 1 kilometer dari markas TPN .

Setelah negosiasi, Rumbiak berhasil dibawa ke heli yang langsung start engine dan mengudara pada ketinggian 1.000 kaki menuju Jayapura.

Sekitar tiga bulan kemudian saat Kapten Pandu kembali ditugaskan ke Papua, ternyata terdengar berita tak mengenakan.

Empat anggota Kopassus bersamanya saat menjemput Rumbiak gugur setelah diserang TPN menggunakan tombak dan panah beracun di daerah Betaf itu.

Sebuah berita duka yang telah menjawab ketakutan Kapten Pandu.

Pasalnya saat itu nalurinya sebagai pilot heli memberitahu bahwa sangat beresiko jika pilot sampai meninggalkan pesawatnya dalam kondisi mati mesin.

Resikonya jika pilotnya sampai gugur, misi penjemputan Panglima Rumbiak bisa gagal total dan heli Twin Pac bisa saja disandera oleh TPN. (Tribunjambi.com/Intisari)

Berita lainnya seputar Kopassus

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved