Kemarau Tiba, Upaya Perlindungan Ekosistem Gambut di Sumatera Diperkuat

Dari total 14,9 juta hektare (ha) gambut di Indonesia, 43,2 persennya terdapat di Pulau Sumatera.

Editor: Teguh Suprayitno
istimewa
Pembangunan Sekat Kanal Canvas Beton dilahan Gambut oleh masyarakat 

TRIBUNJAMBI.COM-Pulau Sumatera memiliki sebaran lahan gambut yang luas. Dari total 14,9 juta hektare (ha) gambut di Indonesia, 43,2 persennya terdapat di Pulau Sumatera. Luas lahan gambut di Pulau Sumatera sekitar 6,4 juta hektare.

Kepala Kelompok Kerja (Kapokja) Restorasi Gambut Wilayah Sumatera, Soesilo Indrarto mengatakan pada masa kemarau ini, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) beserta tim di lapangan terus memantau fungsi dari Infrastruktur Pembasahan Gambut (IPG) berupa sekat kanal dan sumur bor.

Lokasi pemantauan itu berada di tiga provinsi yang memiliki lahan target restorasi, yaitu Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Pemantauan juga melibatkan kelompok masyarakat (Pokmas) yang didirikan BRGM.

“Kita lebih banyak menggunakan pokmas, yang nyata-nyata tinggal paling dekat dengan IPG,” kata Soesilo, dalam webinar bertajuk Dialog Bernas Pengelolaan Lahan Gambut Wilayah Sumatera, Jumat (6/8).

Berjalannya fungsi IPG, kata Soesilo, begitu penting. Sebab, IPG bermanfaat untuk Operasi Pembasahan Gambut Rawan Kekeringan (OPGRK) dan Operasi Pembasahan Cepat Lahan Gambut Terbakar (OPCLGT). Operasi pembasahan sudah dilakukan sejak Maret 2021. Riau menjadi lokasi awalnya.

“Kita menggerakkan pokmas sebagai kekuatan dan ujung tombak ketika dalam kondisi darurat,” ucap dia.

Kepala Kelompok Kerja Teknik Restorasi, Agus Yasin menambahkan Pokmas juga diberikan pendampingan dan bantuan alat. “Kita juga adakan pelatihan, kemudian diberikan juga alat berupa pompa untuk pembasahan gambut agar gambut tetap basah dimusim kemarau,” ujar Agus.

Kegiatan pembasahan gambut kerap kali memanfaatkan sumber air dari sumur bor dan sekat kanal.

Sekat kanal, menurut Agus, tidak hanya berfungsi sebagai sumber air untuk pembasahan gambut, tapi dapat juga meningkatkan produktivitas masyarakat. “Digunakan untuk jalur transportasi dan sarana untuk membawa hasil panen, kelapa contohnya,” ucap dia.

Pemanfaatan sekat kanal untuk aktivitas masyarakat ini dapat juga mengurangi resiko terjadinya kebakaran, “karena berfungsi, warga pasti jaga gambut”, tuturnya.

Upaya pembasahan gambut ini, sebut Agus juga termasuk kontribusi BRGM untuk kegiatan antisipasi kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan KLHK, BNPB, Pemda dan TNI/Polri.

Kebakaran hutan dan lahan, terutama gambut, menurut Guru Besar IPB University, Bambang Hero Saharjo, sangat berbahaya. Dampak kebakaran gambut di Indonesia bisa menjadi perhatian internasional.

Mengingat, kebakaran gambut tidak hanya merusak alam dan kesehatan, melainkan juga meningkatkan emisi karbon dunia. Hakikatnya, perlindungan dan pengelolaan gambut yang berkelanjutan perlu ditingkatkan. “Lebih baik menjaga gambut, mengingat pemulihannya perlu waktu lama,” ucap dia.

Untuk itu, Bambang menyarankan perlu dikembangkan Early Warning System kebakaran lahan dan penegakan hukum yang ketat.

Dia juga mengajak sistem dan infrastruktur yang dibangun juga diikuti kerja cepat di lapangan, “Mulai memasuki kemarau harus ada orang yang menjaga, alat tersedia dan berfungsi, tim siap bekerja,” kata dia.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved