Kopassus

KALA 30 Prajurit Kopassus Jalankan Tugas Perdamaian dari PBB di Kongo, Hadapi 2.000 Pemberontak

Ya, kali ini pembahasan kisah Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) jalan menjalankan misi menegangkan melawan 3.000 pemberontak.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Tribunnews
Kopassus 

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah ini pernah mengharumkan Indonesia, bahkan bila dijalani pasukan militer negara lain, belum tentu bisa dijalani. 

Ya, kali ini pembahasan kisah Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) jalan menjalankan misi menegangkan melawan 3.000 pemberontak.

Bagaimana tidak, dalam cerita itu 30 prajurit Kopassus melawan sekira 3.000 pemberontak Kongo.

Kalau bicara tentang tentara pastilah yang terbayang di benak kita adalah seseorang yang mengenakan baju loreng dan menenteng senjata.

Banyak film-film yang mengisahkan tentang cerita peperangan produksi negeri Paman Sam yang mengambil latar belakang kisah nyata yang dialami oleh veteran prajurit perang seperti Saving Private Ryan, Band of Brothers, Dunkirk dan tentunya sang pahlawan layar kaca Rambo yang bisa menghadapi puluhan musuh hanya seorang diri.

Tapi banyak yang tahu bahwa ternyata TNI ad pernah membuat dunia kagum sekaligus tercengang dengan apa yang dilakukan.

Dilansir dari Artileri.org, Koppasus sebagai unsur TNI pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.

Pasukan Kopassus
Pasukan Kopassus (kolase/tribunjambi.com)

Kejadiannya berawal pada tahun 1962 di negara Kongo yang waktu itu sedang bergejolak, TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk kembali mengirim pasukan perdamaian ke Kongo.

Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III) yang anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).

Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).

Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya karena di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha untuk merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.

Kisah heroik pasukan Kopassus saat menjadi pasukan perdamaian PBB di Kongo.

Kopassus Garuda 3 di tahun 1961 sebelum melakukan aksi heroik di Kongo.

Baca juga: Soeharto Pernah Rasakan Tamparan Keras Sosok Pendiri Kopassus, Dialaminya Kala Belum Jadi Presiden

Baca juga: INILAH Sosok Preman Terminal yang Sukses Jadi Prajurit Kopassus, 17 Kali Naik Pangkat hingga Perwira

Baca juga: SYARAT Jadi Prajurit Kopassus TNI AD? Ujian di Cilacap Jadi Beban Berat Para Calon Komando

Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat, mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia yang pada tahun 1962 Indonesia sedang gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan, tapi di bawah bendera PBB sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.

Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik, sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved