Berjualan Saat PPKM

Jumaina dan Gino Meraup Untung Dari Berjualan Rujak Ulek Mak All di Saat PPKM

Berita Kota Jambi - Jumaina dan Gino mencoba bertahan hidup dengan berjualan rujak ulek di pinggir jalan

Penulis: M Yon Rinaldi | Editor: Rahimin
tribunjambi/yon rinaldi
Jumaina dan Gino mencoba bertahan hidup dengan berjualan rujak ulek di pinggir jalan yang berlokasi di Telanaipura. 

Jumaina dan Gino Meraup Untung Dari Berjualan Rujak Ulek Mak All di Saat PPKM

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI – Di tengah berlakunya peraturan PPKM, sepasang suami istri Jumaina dan Gino mencoba bertahan hidup dengan berjualan rujak ulek di pinggir jalan yang berlokasi di Telanaipura, Kota Jambi.

Di jalan yang menuju Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher tersebut, selain Jumaina dan suaminya juga terdapat beberapa penjual buah-buahan seperti jeruk dan pisang.

Mereka berjualan menggunakan kendaraan, seperti penjual jeruk yang berjualan menggunakan mobil pikap, penjual pisang yang menggunakan motor, juminah sendiri menggunakan gerobak motor dengan merk nozomi.

Jumaina mengaku penjualanya jauh menurun saat terjadi pandemi corona awal tahun 2020 kemarin.

“Sekarang paling banyak hanya  bisa jualan 50 porsi,” ujarnya, Kamis (23/7/2021).

Menariknya walaupun sedang di berlakukanya PPKM, penjualan Juminah justru malah stabil di angka tersebut setiap harinya.

Jumaina mengaku saat ini penjualanya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan  sehari-hari.

“Saat ini, cukup untuk lepas makan saja sudah alhamdulillah,” katanya.

Jumaina dan suaminya memang tidak mematok harga yang tinggi untuk satu porsi rujak uleknya, hanya Rp 10 ribu per porsi. Itupun sudah menggunakan kemasan styrofoam plus dengan sendok dan lidi.

Penggunaan styrofoam ini digunakan Jumaina untuk mendukung program pemerintah agar tidak ada yang makan di tempat.

Untuk itu selain kemasan yang memang harus untuk take away, sepasang suami istri ini juga tidak meyediakan tempat untuk makan di tempat.

Tidak seperti pedang kali lima di CFD yang menggelar tikar atau kursi untuk pelanggan makan di tempat, sepasang suami istri warga penyengat rendah ini malah tidak menyediakan sama sekali. Termasuk untuk tempat duduk mereka.

Setiap hari, jumaina dan suaminya mulai mengais rejeki sejak pukul 11.30 wib, baru pulang ketika menjelang magrib.

Mereka berdua berharap, kondisi ini segera berakhir, agar usahanya kembali lancar dan bisa sedikit bernafas.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved