Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Harap Tenang, Ada Ujian Bagi Kehidupan

Bacaan ayat: Mazmur 62:6-7 (TB) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatan

Editor: Suci Rahayu PK
Tribun Palu/Ist
Ilustrasi isolasi mandiri 

Harap Tenang, Ada Ujian Bagi Kehidupan

Bacaan ayat: Mazmur 62:6-7 (TB) Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.
Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.

Oleh Pdt Feri Nugroho

Seorang anak menjadi murid baru di Sekolah TK. Pulang sekolah menjadi murung.

Ternyata ia kesulitan beradaptasi secara sosial dengan teman barunya.

Di tempat lain para remaja dan pemuda galau dengan jerawat yang tumbuh di wajah.

Beberapa bingung untuk memilih jurusan yang akan ditempuh ketika naik ke kelas yang lebih tinggi. Sebagian galau ketika lulus hendak kemana: bekerja atau melanjutkan ke perguruan tinggi.

Memilih pasangan hidup pun diwarnai dengan dinamika, membangun keluarga ternyata tidak semudah yang dibayangkan.

Sementara Rumah sakit penuh sesak dengan orang sakit dan keluhannya masing-masing.

Berjalan di pinggir jalan, seakan semua baik-baik saja, ternyata tidak fokus karena baru saja mengalami PHK.

Ilustrasi
Ilustrasi (ist)

Inilah sekelumit gambaran kehidupan yang penuh dengan kegalauan. Masing-masing seakan memikul beban berat di pundak. Setiap orang mempunyai pergumulan.

Entah karena mengalami krisis identitas diri, menjadi korban kejahatan, berhadapan dengan keadaan apapun, alam yang tidak bersahabat, bahkan cuaca mendungpun dapat menjadi sumber kegalauan bagi seorang petani yang berharap ada panas terik untuk mengeringkan gabah yang baru dipanennya.

Tahun lalu kita berharap pandemi covid 19 akan berlalu.

Namun tahun ini rasanya kita harus berani berfikir dengan cara baru, dengan melihat fakta duka dan ketakutan semakin memperngaruhi kehidupan banyak orang.

Apa yang kita perlukan? Upaya menghentikan laju penularan melalui prokes terasa maksimal dilakukan, meskipun kesadaran perlu proses untuk memahamkan.

Vaksin ditemukan dan berharap dapat mengurangi dampak.

Dalam suasana yang tidak pasti, muncul banyak klaim teori konspirasi bahwa kondisi ini sengaja dibuat untuk tujuan tertentu.

Bahkan ada juga yang beropini bahwa virus itu tidak ada dan mengabaikan duka yang dialami banyak orang.

Berbagai teori dan klaim tidak pernah menyelesaikan masalah, sebaliknya menambah beban pikiran semakin berat dengan berfikir negatif tentang banyak hal. Padahal belum tentu itu kebenarannya.

Apakah yang harus kita lakukan? Berupaya sehat, sudah. Menghambat laju penularan, juga sudah. Vaksin, juga sudah meskipun belum semua.

Berabad-abad lalu, pemazmur menulis kesaksian syair yang dapat menginspirasi kita: "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku."

Sebuah pilihan bijak, berangkat dari kesadaran akan ketidakberdayaan sebagai manusia yang fana.

Upaya apapun yang manusia lakukan untuk menata kehidupan, pada akhirnya harus kembali kepada tujuan semula dari Sang Khalik ketika menciptakan kehidupan. Kesadaran ini mendasari kita untuk bersikap bijak dalam segala keadaan.

Kita sedang diajak berfikir besar dan global dalam menghadapi segala sesuatu.

Ketika kehidupan modern mengkondisikan setiap pribadi mengatasnamakan semua harta milik atas nama pribadi, sadar atau tidak, telah membangun pola pikir egois secara terselubung.

Bukti hitam diatas putih berupa sertifikat dan yang lainnya, mempunyai kekuatan hukum untuk dimiliki secara pribadi; pada akhirnya tidak bisa dinikmati ketika Sang Pemilik kehidupan memanggil.

Ditinggalkan sebagai secarik kertas sebagai warisanpun dalam banyak kasus tidak mendatangkan damai sejahtera.

Sebaliknya menjadi sumber pertikaian dan pertengkaran antar anggota keluarga, yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Mari kembali berpaling kepada Allah yang Mahakudus. Hanya dekat Dia kita akan kembali tenang.

Allah adalah tempat perlindungan yang kokoh bagai gunung batu dan kota berbenteng, demikian kesaksian pemazmur.

Bagi Allah, menghentikan pandemi bukan hal yang sulit untuk Dia lakukan. Bukankah Dia Allah, pasti mampu melakukan segala-galanya.

Namun ketika Allah ijinkan pandemi ada, pasti Dia akan beri kita kekuatan untuk menanggungnya.

Bukan hanya kemampuan untuk menanggung; Dia akan memberikan hikmat kepada kita untuk memahami perkerjaan Allah yang sedang dinyatakan melalui pandemi.

Banyak orang akan bertanya: Mengapa harus pandemi, yang membuat banyak duka dan ketakutan?

Dia adalah Allah, maka biarlah Dia melakukan apa yang dipandang-Nya baik untuk dilakukan. Dia mempunyai otoritas mutlak atas kehidupan yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.

Yang perlu kita lakukan adalah tetap tenang. Dekatkan diri pada Allah dengan tetap memakai akal budi untuk berbuat sesuatu.

Tetap tenang, kita bersama sedang menghadapi ujian kehidupan.

Tetap tenang maka kita akan mampu berfikir jernih dalam hikmat Tuhan.

Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved