Berita Internasional
Natuna Mau Diserobot China, TNI Sampai Sepakati Kerjasama Sama Negara Ini Demi Gebuk Kapal Tiongkok
Indonesia pun ternyata tidak tinggal diam dengan gangguan China, salah satunya dengan mengembangkan teknologi tempur.
TRIBUNJAMBI.COM - Di daerah perbatasan laut Indonesia situasinya kembali memanas. Ya wilayah itu tepatnya berada di Natuna.
Wilayah itu beberapa waktu lalu memang sempat jadi sengketa.
Jadi bisa dikatakan bukan rahasia lagi, bahwa ambisi Tiongkok untuk bisa menguasai Laut China Selatan memang tak pernah akan berhenti.
Bahkan di dikala pandemi covid-19 seperti saat ini, ambisi Negeri Panda untuk menguasai beberapa wilayah sengketa masih di lancarkan.
Termasuk yang berselisih dengan Indonesia di kawasan Natuna Utara.

Indonesia pun ternyata tidak tinggal diam dengan gangguan China, salah satunya dengan mengembangkan teknologi tempur.
Memperbarui kapal-kapal perang menjadi pilihan saat ini untuk bisa tetap menjaga keamanan perbatasan negara.
Minggu lalu, pembuat kapal Italia Fincantieri juga mengumumkan bahwa mereka sudah bersepakat dengan Kementerian Pertahanan Indonesia untuk memasok delapan fregat.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di situs webnya pada 10 Juni, Fincantieri pun menyatakan bahwa Indonesia akan segera membeli enam frigat multiguna FREMM baru dan dua frigat kelas Maestrale bekas.
Dilansir dari The Diplomat, Rabu (16/6/2021), dua kapal terakhir akan tersedia setelah dipensiunkan oleh Angkatan Laut Italia.
Pembelian itu seiring dengan kekhawatiran negara yang meningkat untuk mempertahankan jangkauan lautnya yang luas.
Baca juga: Indonesia Wajib Waspada, Pesawat Pembom Nuklir Xian H-6 China Sudah Nongkrong di Dekat Natuna
Baca juga: Natuna Masih Tak Aman dari China Bila TNI AL Cuma Punya 2 Fregat, Wajib Punya Kapal Perang Besar
Baca juga: Awak KRI Sultan Thaha Syaifudin Berhasil Selamatkan 27 ABK KM Sinar Mas Yang Terbakar di Laut Natuna
Angkatan Laut Indonesia itu secara tragis berkurang ketika tenggelamnya kapal selam Indonesia KRI Nanggala pada 21 April, dengan hilangnya semua 53 awaknya.
KRI Nanggala sendiri merupakan kapal selam yang dibuat pada tahun 1977 di Jerman, diakuisisi oleh Indonesia pada tahun 1981, dan diperbaharui oleh Korea Selatan pada tahun 2012.
Kondisi Angkatan Laut Indonesia disebut makin buruk telah mengkompromikan kemampuannya untuk menghadapi tantangan maritim yang semakin meningkat.
Sementara Indonesia bukan aktor utama penentang di Laut China Selatan, wilayah perairannya bertepatan dengan klaim China dan memicu perselisihan.
Diketahui selama beberapa tahun terakhir, Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga telah memperkuat kehadiran mereka di Natuna Besar dan mengadakan latihan militer di perairan sekitarnya.
Indonesia juga telah menghadapi semakin banyak tantangan akibat operasi penangkapan ikan ilegal oleh kapal-kapal dari China, Vietnam, Malaysia, dan negara-negara tetangga lainnya.

Kesepakatan dengan Italia itu setelah penandatanganan perjanjian Indonesia dengan Jepang yang memungkinkan transfer peralatan dan teknologi militer Jepang.
Indonesia juga telah bersiap untuk menghabiskan Rp 52 triliun untuk pengadaan hingga delapan fregat siluman kelas Mogami Jepang yang baru.
Angkatan Laut Indonesia juga sedang berupaya untuk bisa memperluas armada kapal selamnya sebanyak tiga kali lipat, dari empat menjadi 12 kapal saat ini.
Secara khusus, Indonesia juga sedang mengejar perjanjian produksi bersama dengan Korea Selatan, sementara kesepakatan potensial lainnya sedang berlangsung dengan Prancis, Rusia, dan Turki.
Semua akuisisi ini merupakan bagian dari rencana untuk peningkatan anggaran pertahanan Indonesia yang signifikan.
Baca juga: Kasus Pemalsuan KTP di Kantor Dukcapil Kota Jambi Terbongkar, Pelaku Dua Orang
Baca juga: Lowongan Kerja BUMN di PT Angkasa Pura Hotels yang Mencari Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya
Baca juga: Gebrakan HUT Bhayangkara ke 75 Polres Kerinci Gratiskan Pembuatan SIM
(*)
Berita lainnya seputar militer Indonesia
SUMBER: SOSOK.ID