Berita Nasional

Kesaksian Mengerikan Pekerja Proyek Jembatan di Papua, Dihadang KKB dan Ditembaki Jarak 20 Meter

Disampaikan Kepala Divisi Humas dan Pers Polda Papua, Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, serangan dari KKB Papua itu terjadi pada Kamis, 24 Juni

Editor: Andreas Eko Prasetyo
ist
Siapa Sosok Pimpinan KKB Ditakuti di Segitiga Hitam Papua 

TRIBUNJAMBI.COM - Serangan secara membabi buta dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua pada Kamis, 24 Juni 2021.

Seperti yang dikutip Gridhot dari Tribrata, KKB Papua pun menyerang warga sipil yang merupakan tukang bangunan yang dipimpin KKB di Desa Bingky, Kabupaten Yahukimo, Papua. Dalam peristiwa itu, tiga orang tewas.

Disampaikan Kepala Divisi Humas dan Pers Polda Papua, Komisaris Besar Ahmad Musthofa Kamal, serangan dari KKB Papua itu terjadi pada Kamis, 24 Juni 2021, pukul 11.05 WIB.

"Pelaku diduga berasal dari KKB pimpinan Tendius Gwijangge alias Tendinus Murib", pungkas Kepala Divisi Humas dan Pers Polda Papua, Jumat (25/6/2021).

Dikutip Tribunjambi.com dari Kompas via GridHot.id, seorang pekerja di Yahukimo itu berinisial K sudah menceritakan kronologi lengkap KKB Papua pimpinan Tendius Gwijangge yang beraksi dengan membabi buta.

Anggota KKB Papua (istimewa)
Anggota KKB Papua (istimewa) (tribunnews)

Pekerja PT Papua Cremona itu diketahui berhasil selamat dari serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua dengan cara melarikan diri.

Ia pun menceritakan, kronologinya dari berawal saat perusahaan tempatnya bekerja sedang mengerjakan pembangunan Jembatan Kali Kupa di Kampung Musumbua.

Pada Kamis (24/6/2021) pagi, rombongan pekerja datang dengan menggunakan tiga unit truk sedang menuju lokasi pengambilan ciping di Brantas.

Akan tetapi, sebelum tiba di lokasi, dari kejauhan terlihat pula tiga orang dengan memegang senjata tajam dan panah sudah berdiri di tengah jalan.

Merasa situasi kala itu tidak aman, K yang berada di truk pertama memerintahkan sopir untuk segera memutar kendaraannya dan melarikan diri.

Firasatnya ternyata benar, tiba-tiba muncul pula beberapa orang ke tengah jalan dan melepaskan tembakan.

"Jadi, sekitar jam 9 pagi, kami tiga mobil dari lokasi proyek mau ke Brantas ambil material ciping. Sampai di kali kami dihadang sama OTK, mereka pegang parang sama panah, karena kami tahu orang ini pakai arang hitam dimuka, kami langsung putar mobil dengan jarak mobil dari mereka sekitar 20 meter," ujar K, saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (24/6/2021) malam.

Beberapa kali suara tembakan pun terdengar dari para pelaku.

Peluru sempat pula mengenai truk ketiga, namun tidak berakibat fatal karena kendaraan tersebut masih tetap bisa berjalan.

Baca juga: Kelakuan KKB Papua Makin Brutal, Setengah Tahun Sudah 22 Orang Tewas Ditembak Termasuk TNI-Polri

Baca juga: SOSOK Bos KKB Papua yang Diduga Tembaki 5 Warga Sipil, Ternyata Pernah Jadi Anggota TNI Tapi Dipecat

Baca juga: Dua Anggota KKB Papua Menyerah Karena Capek dan Sering Kelaparan, Serahkan Senjata Api ke Polisi

"Begitu kami putar mobil langsung dia nembak, (ada) bunyi senapan, tang tang tang tang tang, kurang lebih sembilan kali, nah mobil kantor yang paling belakang kena peluru di roda dan dekat spion," ujar dia.

Rombongan tiga truk itu kemudian menuju ke lokasi pembangunan Jembatan Kali Kupa untuk menjemput pekerja lainnya agar mereka ikut melarikan diri.

Kala itu, tidak cuma pekerja dari PT Papua Cremona yang melarikan diri, tetapi ada pekerja dari dua perusahaan lain yang ikut kabur dari KKB Papua.

Sehingga total ada 50 pekerja jembatan yang berusaha untuk kabur dari aksi kejam KKB.

"Kami lari terus dan ambil anak-anak yang di (lokasi) proyek, kami kabur lewat Kali Kapur sampai di Seradala. Di situ kami kumpul lagi, tapi karena jaringan tidak ada, enam orang pergi ke Kampung Bingky untuk cari jaringan.

Ternyata kami sudah nunggu sekitar tiga jam, enam orang itu tidak kembali dan yang lari ini malah masyarakat Kampung Bingky yang kasih tahu kami 'ayo lari, di sana sudah ada penyerangan', di situ sudah kami lari sampai di Kali Silet, di situ ada 50 orang," tutur K.

Di lokasi itu, terdapat pula beberapa perahu kecil yang terbuat dari kayu, masyarakat setempat menyebutnya katinting.

Saat itu, waktu sudah mulai gelap dan baru K dan enam dari anak buahnya yang berani naik ke Katinting untuk kabur dengan menyusuri sungai.

"Di Kali Silet itu ada banyak kendaraan (perahu kecil), karena sudah malam pada takut, akhirnya cuma satu yang berani, itu isinya tujuh orang," kata dia.

Saat di Kabupaten Asmat, mereka menumpang istirahat di rumah warga.

K yang mengaku saat itu ia baru melaporkan keberadaan dirinya kepada atasannya yang berada di Jayapura melalui telepon.

Karena hingga Jumat (25/6/2021) pagi, belum ada satu aparat keamanan terlihat.

Baca juga: Manfaat Oatmeal untuk Menurunkan Kolesterol Sekaligus Menstabilkan Gula Darah

Baca juga: SOSOK BEM UI yang Kritik Presiden Jokowi, Bernama Leon Alvinda Putra dan Berprestasi Debat Marketing

Baca juga: Festival Eco-enzyme, ke Depan UIN akan Produksi Massal

K bersama enam anak buahnya memilih untuk meneruskan perjalanan menuju Dekai dengan menggunakan perahu sewaan yang berukuran lebih besar dan telah menggunakan motor.

Jumat malam, K memastikan juga seluruh anak buahnya yang berjumlah 16 orang sudah berada di Dekai setelah ikut menyusuri sungai dengan Katinting dan Speedboat.

Tetapi, baginya masih ada satu pengawas PT Papua Cremona yang menurutnya tidak terlihat dan tidak dapat dihubungi.

"Sekarang kami sudah aman, kami sudah 16 orang dari satu perusahaan, ada satu pengawas yang belum ada kabar," ujar K.

(*)

Berita lainnya seputar KKB Papua

SUMBER: SOSOK.ID

Sumber: GridHot.id
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved