Kisah Bu Tien Ramalan Rp 40 Ribu yang Menjadi Kenyataan, Berdiri Sama Tinggi Duduk Sama Rendah
Tanpa pikir panjang, peramal itu langsung beberkan nasib mujur sang suami, Soeharto. Saat itu sang suami belum menjadi presiden.
TRIBUNJAMBI.COM - Ada sebuah dari sang istri Soeharto yaitu Bu Tien ketika didatangi peramal keturunan India.
Tanpa pikir panjang, peramal itu langsung beberkan nasib mujur sang suami, Soeharto.
Saat itu sang suami belum menjadi presiden.
Awalnya ucapan peramal itu tak dihiraukan Bu Tien Soehart.
Berikut ini cerita lengkapnya.
Peramal India yang berjualan batu-batuan itu tubuhnya tak terlalu tinggi.
Umur peramal itu sekitar 50an tahun saat itu.
Unutk penggunaan bahasa, peramal tersebut bisa gunakan bahasa Inggris dan Indonesia.
Suatu hari, ia mampir ke rumah Soeharto di Jl Agus Salim, Jakarta.
Ketika kunjungan peramal itu, Soeharto masih berpangkat mayor jenderal dan menduduki posisi cukup penting Pangkostrad.
Entah siapa yang mengajak pria itu mampir ke rumah Pangkostrad.
Dilansir dari buku "Siti Hartinah Soeharto Ibu Utama Indonesia", yang jelas, pria itu diterima Bu Tien Soeharto, sang pemilik rumah.
Pria India itu langsung menawarkan barang dagangannya sesaat setelah duduk, yaitu berupa batu-batu permata yang berwarna-warni.
Sayangnya ketika berbagai jenis permata itu ditunjukkan, Bu Tien tidak begitu tertarik.
Pria itu tak habis akal sejurus langsung mengeluarkan trik baru, mengaku bisa meramal nasib seseorang.
Sontak Bu Tien menjadi tertarik dan ingin mendengarkan ceritanya.
"Sekedar mengisi keisengan saya setuju saja. Setelah orang itu melakukan cara-cara sesuai 'ilmunya', ia lalu menceritakan keadaan masa lalu saya. Banyak yang cocok. Saya jadi penasaran sehingga ingin tahu lebih lanjut apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang," kenang Bu Tien dalam bukunya.
Dilansir dari Intisari (grup TribunJatim.com), dialog pun berlanjut, hingga akhirnya mengarah kepada nasib Soeharto.
Lagi-lagi pria itu mempertontokan 'jurus’-nya.
Baca juga: Sejak Mei Hingga Juni Dua Titik Api Terpantau di Muarojambi di Dua Kecamatan
Bu Tien terpana.
"Madam.. Suami Madam akan berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan presiden yang sekarang, Soekarno," kata pria itu.
Mendengar penjelasan itu, Bu Tien hanya tersenyum dan mengaku tidak percaya dengan sang peramal.
"Ah, tak mungkin…. Suami saya hanya seorang perwira tinggi TNI AD. Sebagai Panglima Kostrad. Sesekali hanya mewakili Menteri/Panglima AD. Itupun sudah berat sekali. Saya tidak percaya," katanya.
Sang peramal mengaku tak akan memaksakan Bu Tien untuk mempercayai ramalannya.
Justru yang ia perlukan adalah imbalan jasa ramalannya.
Bu Tien kemudian bertanya, berapa bayarannya.
Sang pria itu menjawab, "Forty thousand (empat puluh ribu rupiah)."
Akan tetapi Bu Tien menangkapnya lain.
Bu Tien juga mengira sang peramal itu minta imbalan forteen thousand (empat belas ribu).
Gara-gara itu, Bu Tien masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mengambil uang.
"Madam, not forteen but forty."
Sebenarnya Bu Tien sendiri merasa sangat menyesal.
Sebab, biaya atau ongkos meramalnya terlalu tinggi pada masa itu
"Mengapa untuk hal begini saja, cuma sekedar iseng-iseng kok harus merogoh saku empat puluh ribu yang pada waktu itu tergolong jumlah yang banyak. Padahal gaji suami pas-pasan saja," kenang Bu Tien.
Setelah uang diberikan, sang peramal itu lalu pergi.
Sejak itu Bu Tien mengaku tak pernah lagi bertemu dengan sang peramal itu, meski Soeharto pada akhirnya menjadi seorang tokoh bangsa yang tampil pada 1 Oktober 1965, menghadapi kudeta PKI, lalu dipercaya menjadi presiden menggantikan Soekarno.
Baca juga: Inilah Daftar HP Vivo yang Sudah Bisa Gunakan Jaringan 5G Indosat di Indonesia
Baca juga: Bupati Mukomuko Surati Menteri Komifo agar Game Online Seperti PUBG Mobile Legends Diblokir