Sahabat Rasulullah
Karomah Sahabat Nabi Khubaib bin Adi Saat Ditawan Kaum Quraisy
Saat perang Badar, Khubaib bin Adi berhasil membunuh Al Harits bin Amir bin Naufal. Dari sanalah dendam bermula.
Penulis: Deddy Rachmawan | Editor: Deddy Rachmawan
Dalam banyak riwayat, di banyak peristiwa kebesaran dan pertolongan Allah itu kerap dialami kaum muslimin. Kisah sahabat Nabi Khubaib bin Adi saat menjadi tawanan kaum Quraisy salah satunya.
TRIBUNJAMBI.COM – Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya kepada sahabat Nabi.
Dalam banyak riwayat, di banyak peristiwa kebesaran dan pertolongan Allah itu kerap dialami kaum muslimin.
Kisah sahabat Nabi Khubaib bin Adi saat menjadi tawanan kaum Quraisy salah satunya.
Ketika itu Khubaib bin Adi ditawan Bani Harits.
Saat Khubaib ra diikat di ruangan, anak dari Bani Harits melihat Khubaib bin Adi sedang memanggul tandan kurma.
Khalid Muhammad Khalid dalam bukunya mengisahkan, Khubaib terlihat membawa satu tandan kurma yang besar untuk ia makan, padahal ia masih terikat pada besi.
Sontak saja, anak Bani Harits berteriak memberi tahu keluarganya atas apa yang dia lihat.
“Benar, itu adalah rezeki yang dikirimkan oleh Allah kepada hamba-Nya yang saleh sebagaimana yang pernah Dia turunkan kepada Maryam binti 'Imran” Demikian tulis Khalid Muhammad Khalid. Ya kisah ini mengingatkan kita pada kisah dalam Al-Qur’an yakni surah Ali-Imrån ayat 37.
Lalu siapakah Khubaib bin Adi?
Ia rela berkorban demi Islam dan tak mau menggadaikan keimanananya untuk keselamatan dirinya sendiri.
Ia menemui Tuhannya dengan tragis karena siksaan kaum kafir.
Ia gugur sebagai syuhada di tiang salib.
Diceritakan dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulullah karya Khalid Muhammad Khalid, saat perang Badar, Khubaib bin Adi berhasil membunuh Al Harits bin Amir bin Naufal.
Dari sanalah dendam bermula.
Saat Rasulullah saw menugaskan 10 orang sahabat untuk memata-matai kaum Quraisy tak dinyana, keberadaan sahabat Nabi tersebut diketahui oleh kaum Quraisy Bani Hayyan.
Mereka menjadikan kesempatan itu untuk memburu Khubaib bin Adi.
Pendek cerita, Khubaib bin Adi dan sahabat Nabi lainnya terkepung di lereng gunung.
Tidak tanggung-tanggung ada seratus pemanah mengepung mereka.
Delapan dari 10 sahabat Nabi akahirnya gugur. Tinggallah Khubaib bin Adi dan Zaid bin Datsinah ra.
Bani Hayyan menjual dua sahabat Nabi yang mulia itu ke Bani Harits bin Amir. Mereka dendam karena keluarganya mati saat perang Badar.
Penyiksaan pun dimulai.
Setelah putus asa dengan berbagai upaya yang mereka lakukan, kaum musyrikin itu membawa sang pahlawan ke tiang gantungan. Mereka membawanya ke sebuah tempat yang bernama at-Tan'im, tempat gugurnya Khubaib sebagai syahid.
Dikisahkan begitu mereka sampai di tempat penyiksaan, Khubaib bin Adi meminta izin kepada mereka untuk menunaikan shalat dua rakaat.
Mereka pun mengizinkan.
Khubaib telah menunaikan shalat dua rakaat dengan khusyuk, damai.
Lalu dia mengatakan “Demi Allah, kalau bukan karena nanti kalian mengira bahwa aku takut pada kematian niscaya aku akan menambah shalatku”.
Baca juga: Kenal di Game FF Siswi SMA di Jambi Nekat Jual Motor Orangtua dan Pergi ke Jakarta Temui Pujaan Hati
Baca juga: Khubaib bin Adi Sahabat Nabi yang Syahid di Tiang Salib, Dikepung Ratusan Pemanah
Baca juga: Saat Umar bin Khattab Ingin Mencabut Gigi Suhail bin Amr, Sahabat Nabi yang Juga Orator
Khubaib memandangi wajah mereka dengan tajam kemudian melantunkan bait syair berikut:
Aku tidak peduli selama terbunuh sebagai seorang muslim
Mati seperti apa pun, kematianku itu di jalan Allah
Sungguh tempat kembaliku hanya Allah
Jika Dia menghendaki. Dia berkahi setiap sendi-sendi tubuhku yang terpotong.
Ketenangan yang menakjubkan dan terang tidak pemah hilang dari wajahnya. Tombak-tombak mulal menembus tubuhnya dan pedang pedang pun menggores dagingnya.
Disebutkan dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasulu pada saat itu salah seorang pemimpin Quraisy mendekat dan berkata kepadanya, "Apakah engkau senang jika Muhammad menggantikanmu, sedangkan kamu sendiri selamat dan aman bersama keluargamu?
Khubaib menggelengkan kepalanya. Dengan lantang, ia berkata kepada para algojo.
"Demi Allah, aku tidak ingin hidup dalam kesenangan dan keselamatan dunia bersama istri dan anakku, sedangkan Rasulullah mendapat bencana walau hanya tertusuk duri sekalipun.”
Sesuatu yang membuat Abu Sufyan, yang ketika itu belum masuk Islam, sangat keheranan dan berkata, "Demi Allah, aku tidak pernah melihat seseorang mencintai orang lain sebagaimana para sahabat Muhammad mencintai Muhammad."
Tidak jauh dari tempat kejadian, burung burung elang berkerumun seolah sedang menanti selesai dan bubarnya para algojo melakukan eksekusi.
Dengan begitu, gerombolan burung pemangsa itu pun bisa mendekat dan menikmati jasad segar itu sebagai hidangan yang lezat.
Namun, burung-burung itu berkumpul dan terbang menjauh. Mereka enggan mengotori dan memakan jasad syuhada bernama Khubaib bin Adi.