Melihat Orang Rimba di Jambi Mengikuti Ujian Keaksaraan Dasar
Kening Sargawi berkerut saat dihadapkan dengan soal-soal ujian keaksaraan dasar pada Selasa (25/5/2021) lalu.
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Rahimin
Melihat Orang Rimba di Jambi Mengikuti Ujian Keaksaraan Dasar
TRIBUNJAMBI.COM, SAROLANGUN - Kening Sargawi berkerut saat dihadapkan dengan soal-soal ujian keaksaraan dasar pada Selasa (25/5/2021) lalu.
Ia berkeringat. Mengenakan kacamata, Sargawi membaca pertanyaan demi pertanyaan dan menuliskan jawabannya di kertas yang telah disediakan dengan pensil.
Hari itu, mereka harus menjawab soal-soal ujian keaksaraan dasar yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan bekerjasama dengan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI Warsi).
Kelompok Sargawi, orang rimba dari Sungai Pelakar, Desa Tanjung, Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, kebagian jadwal ujian saat itu.
Sejak awal Februari 2021 lalu, orang rimba dewasa mengikuti program melek aksara. Kegiatan diikuti oleh 7 rombongan belajar (rombel) di Kabupaten Sarolangun.
Kelompok Sargawi ini menjadi satu di antaranya. Di Kecamatan Bathin VIII, ada tiga rombongan belajar yang mengikuti ini.
Rombel Sargawi yang berasal dari Desa Tanjung, rombel Juray dari Desa Limbur Tembesi, dan rombel Temenggung Lintas dari Desa Sukajadi.
Selain itu, empat kelompok belajar lain berasal dari Kecamatan Air Hitam. Di sana ada rombel Saidun dan Meriau di Sungai Tengkuyung, rombel Nggrib di Sungai Punti Kayu, serta rombel Nangkuy di Air Panas.
Usia mereka tidak lagi muda. Sargawi, misalnya, usianya sudah sekitar 60-an tahun. Namun semangatnya masih kuat.
Demikian yang disampaikan Koordinator Divisi Komunikasi KKI Warsi, Sukmareni, kepada Tribun Jambi dalam wawancara, Jumat (4/6/2021).
Mereka yang mengikuti program ini semuanya berusia di atas 30 tahun.
"Ada yang 30-an tahun, 40-an tahun, sampai 60-an tahun, tapi mereka masih semangat," tuturnya.
Setiap rombongan belajar ada 10 orang, sehingga jumlah keseluruhan mereka yang ikut ada 70 orang.
Sejak awal Februari hingga Mei, mereka mesti mengikuti program pembelajaran selama 114 jam. Dalam sehari, mereka akan belajar keaksaraan dasar selama satu hingga dua jam.
Orang rimba dewasa itu diajari membaca, menulis, serta berhitung. Mereka kini telah membaur dengan masyarakat umum, menyesuaikan diri dengan lingkungan. Tiga hal dasar itu penting bagi mereka.
Kata Sukmareni, orang-orang rimba yang sudah membaur dengan masyarakat umum mesti menguasai tiga hal itu.
Dia ambil contoh, saat orang rimba harus menjual hasil buruannya, menjual hasil hutan seperti jernang dan lainnya, hingga pendataan, mereka mesti bisa membaca, menulis, dan berhitung.
Hasil pembelajaran selama 114 jam itulah yang kemudian diujikan di masing-masing kelompok dengan jadwal yang disepakati bersama.
"Ujian dilakukan terhadap kemampuan membaca, menulis, dan mengerjakan soal matematika sederhana; seperti pertambahan, perkalian dan pengurangan," jelasnya.
Dengan ujian ini, orang rimba akan memperoleh Surat Keterangan Melek Aksara (Sukma). Program Keaksaraan dasar ini setara dengan pendidikan kelas 4 SD.
Jika mereka ingin melanjutkan pendidikan setara dengan kelas 6 SD, tinggal mengikuti program keaksaraan lanjutan.
Belajar di Tengah Aktivitas
Belakangan, anak-anak Suku Rimba mulai mengikuti pendidikan formal seperti anak-anak pada umumnya.
Setelah mereka diajarkan pendidikan dasar di rimba, mereka siap untuk menyesuaikan diri dengan pendidikan formal di sekolah.
Ada juga yang benar-benar memulai pendidikan dari dasar, mulai kelas 1 SD.
Namun, orang-orang dewasa Suku Rimba tidak mengenyam pendidikan formal di sekolah. Dari sinilah mereka belajar.
Mereka akan memulai dari dasar. Ada juga yang mengulang materi yang pernah dipelajari sebelumnya.
Dari cerita yang diperoleh Sukmareni, orang-orang dewasa ini belajar di sela-sela aktivitasnya.
Kadang-kadang, ada yang tidak mengikuti pelajaran karena harus berburu atau mencari hasil hutan. Walakin, saat mereka sedang belajar, mereka akan serius dan penuh semangat.
Ada juga di antara mereka yang sebelumnya sudah pernah mengikuti pendidikan baca tulis hitung dan kembali mengulang pelajaran saat mengikuti program ini.
• BREAKING NEWS Berlangsung Haru Pertemuan Al Haris dan Cek Endra Usai PSU Pilgub Jambi
• Ratusan Begal di Lampung Ditangkap, 41 Orang Ditembak Termasuk Jarwo Buronan Kelas Kakap
Baca juga: Detik-detik Penangkapan 2 Tersangka Pembunuh Tigor Nainggolan, Petugas Harus Jalan Kaki 10 Kilometer
"Yang usia 30-an dan 40-an ini ada juga yang waktu anak-anaknya sudah ikut pendidikan baca tulis hitung bersama tim KKI Warsi di rimba. Tapi menurut adat orang rimba, ketika sdh menikah mereka putus belajarnya dan mulai lupa lagi dengan huruf dan angka. Dengan keaksaraan ini, mereka jadi melek lagi dan sudah mulai bisa baca tulis hitung lagi," demikian Sukmareni menjelaskan.(Tribun Jambi/Mareza Sutan A J)