Antara Radio Prambors 1971 dan Dono Kasino Indro Warkop DKI, Kisa Masa Lalu yang Tak Terungkap
Jika ngaku penggemar Dono Kasiono Indro namun hanya mengetahui film Warkop DKI Reborn, maka tempat bermain Anda kurang jauh.
Akhirnya mereka merakit transmitter sederhana dan segala macam alat pendukungnya di rumah Bambang Wahyudi.
Pada waktu itu turn table dipakai oleh mereka untuk memutar lagu dari piringan hitam.
Pada 1970, melalui PP No. 55 tahun 1970, pemerintah Indonesia mengeluarkan aturan baru, bahwa setiap radio berbadan hukum haruslah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Perkumpulan.
Baca juga: Jejak Karier Komedian Doyok 1989, Ternyata Namanya Berawal dari Tokoh Kartun Nyeleneh di Koran
Prambors pun mematuhi aturan tersebut, sehingga namanya diubah menjadi PT Radio Prambors Broadcasting Service.
Pada era 1980-an, akta tersebut diubah menjadi PT Radio Prambors.
Perlahan-lahan, Prambors memiliki komunitas pendengar yang didominasi anak muda.
Lagu-lagu dan materi siaran pun disesuaikan dengan segmentasinya, yaitu anak muda.
Mulai 1971 hingga 1978, Prambors semakin mantap di jalur anak muda.
Produk Prambors makin beragam, mulai dari kaset kompilasi, sampai acara off air Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) yang sukses.
Di era 1980-an, Prambors mulai berbenah karena di era ini persaingan dengan stasiun radio lain mulai terasa.
Mengapa anak muda suka?
Salah satu usaha mereka untuk tetap menjaga komunitas pendengarnya adalah melalui permainan.
Kuis yang dikembangkan cukup bervariasi, dengan hadiah yang cukup sensasional pada masa itu, misalnya mobil.
Baca juga: Misteri Rudy Badil dan Nanu Mulyono, Anggota Warkop DKI 1970-an yang Jarang Diketahui Orang
Selain kuis, di era 1990-an mulai muncul acara-acara baru, seperti Catatan si Boy, Diary, juga acara off air seperti Tenda Mangkal, Prambors Nite.
Komunitas pendengar Prambors makin besar, terutama didukung oleh pembenahan kualitas audionya dengan pindah dari jalur AM 666 KHz ke jalur FM 102,3 pada tahun 1997.