Keras Kritik Presiden PKS ke KPK, Sebut Pancasila Disalahgunakan untuk Pecah Belah Persatuan Bangsa

Presiden PKS Akhmad Syaikhu menyebut ideologi Pancasila telah disalahgunakan sebagai instrumen kekuasaan memecah persatuan bangsa.

Editor: Teguh Suprayitno
ANTARAFOTO/M Agung Rajasa
Presiden PKS Ahmad Syaikhu 

Keras Kritikan Presiden PKS ke KPK: Pancasila Disalahgunakan untuk Pecah Belah Persatuan Bangsa

TRIBUNJAMBI.COM - Kisruh yang terjadi dalam internal Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus jadi perhatian publik.

Banyak kritikan dilontarkan pada lembaga antirasuah itu, tetapi seakan bergeming. 

Sebanyak 51 pegawai KPK diberhentikan setelah tak lolos tes wawasan kebangsaan sebagai syarat peralihan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).

Namun banyak yang berspekulasi jika puluhan pegawai KPK itu telah lama jadi target untuk disingkirkan.

Presiden PKS Akhmad Syaikhu pun ikut angkat bicara. Ia menyebut ideologi Pancasila telah disalahgunakan sebagai instrumen kekuasaan memecah persatuan bangsa.

"Pancasila telah disalahgunakan sebagai instrumen kekuasaan untuk memecah belah persatuan bangsa," ujar Syaikhu dalam acara Halal Bi Halal dan Puncak Acara HUT ke-19 PKS, Minggu (30/5/2021).

Baca juga: Raja Rote Tiba-tiba Temui Ganjar Pranowo di Tengah Hangat Pilpres 2024, Ternyata Ini Tujuannya

Baca juga: KPK Berada di Titik Nadir, PKS: Orang Berintegritas Dianggap Sebagai Taliban

 

Selain itu, berbagai permasalahan yang terjadi saat ini juga memperlihatkan Pancasila menjadi hegemoni kekuasaan untuk mengadu domba masyarakat.

Akibat penyalahgunaan Pancasila tersebut, masyarakat kini dalam kondisi terpecah belah.

"Atas nama pancasila hegomoni kekuasaan merusak kehangatan percakapan warga negara, mengadu domba sehingga terjadi keterbelahan yang semain menganga," tegas dia.

Menurut dia, masyarakat semakin tercerai-berai lantaran munculnya narasi yang terus membenturkan satu sama lain.

Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers hasil tes wawasan kebangsaan pegawai KPK, Rabu (5/5/2021)
Ketua KPK Firli Bahuri dalam konferensi pers hasil tes wawasan kebangsaan pegawai KPK, Rabu (5/5/2021) (KOMPAS.com / IRFAN KAMIL)

Hal itu juga diperparah dengan munculnya narasi provokatif yang membenturkan sesama putra-putri bangsa. Dampaknya adalah terusiknya kerukunan hidup masyarakat itu sendiri.

Syaikhu juga merasakan bahwa belakangan ini telah terjadi propaganda yang membikin masyarakat kian terusik.

Propaganda itu misalnya, menjadi seorang muslim yang taat itu tidak bisa sekaligus menjadi warga negara yang taat. Kemudian menjadi seorang yang religius tidak bisa menjadi seorang nasionalis.

Propaganda itu tak jarang menghasilkan stigma terhadap seseorang dengan label radikal.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved