Virus Corona Asal India Ditemukan di Jakarta dan Tangerang Selatan, Diketahui Asalnya dari Sini
Kepala Seksi Surveilan dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama mengatakan varian baru Covid-19 asal India ditemukan di DKI.
Lebih lanjut Ati menjelaskan, warga Pondok Jagung tersebut diduga tertular virus varian B.1.6.1.7 dari anak mereka yang tinggal di Jakarta.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak Tinggi di India, Ratusan Mayat Mengambang di Sungai Gangga karena Covid-19
Bahaya virus corona asal India
Masuknya mutasi virus Corona dari India ini sebelumnya juga sudah dilaporkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Selain varian dari India, sudah ditemukan pula varian B.1.1.7 asal Inggris dan B.1.351 dari Afrika Selatan. Secara total, ada 16 kasus infeksi varian baru virus Corona di Indonesia.
Budi menekankan bahwa varian baru tersebut masuk ke dalam kategori varian of concern atau mutasi yang mendapatkan perhatian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Pasalnya, dampak penularan yang diakibatkan ketiga varian baru itu lebih besar. Masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaan.
"Adalah tugas kita bersama untuk segera melakukan isolasi untuk yang terkena. Disiplin melakukan testing, tracing untuk kontak erat dari daerah sekitarnya," ujar Budi.
India dilanda tsunami Covid-19
Melansir data dari laman Worldometers, hingga Rabu (19/5/2021) pagi, total kasus Covid-19 di dunia terkonfirmasi sebanyak 164.873.674 (164 juta) kasus.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 143.800.103 (143 juta) pasien telah sembuh, dan 3.417.709 orang meninggal dunia.
Kasus aktif hingga saat ini tercatat sebanyak 17.655.862 dengan rincian 17.555.008 pasien dengan kondisi ringan dan 100.854 dalam kondisi serius.
India tercatat dengan kasus tertinggi kedua setelah Amerika Serikat dengan total 25.495.144 kasus, 283.276 orang meninggal, total sembuh 21.979.703 orang.
Kenaikan signifikan terjadi pada periode Maret-April lalu yang melonjak drastis akibat adanya perayaan-perayaan keagamaan yang dihadiri ribuan orang. Warga India juga mulai tak disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Akibatnyan, jumlah pasien melonjak melebihi kapasitas rumah sakit. Para pasien terpaksa dirawat di parkiran rumah sakit hingga di dalam bajaj demi mengantre mendapat pasokan oksigen.
Angka kematian juga terus melonjak hingga membuat angka kebutuhan kremasi jenazah melonjak tajam.