SAE Nababan Meninggal Dunia, Saat Memimpin HKBP Digoyang Orde Baru
Pemerintahan Soeharto tidak sejalan dengan SAE Nababan yang saat itu menjadi Ephorus HKBP. Nababan tidak mau menuruti kemauan pemerintahan Soeharto.
Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Suang Sitanggang
TRIBUNJAMBI.COM - Pemerintahan Soeharto tidak sejalan dengan SAE Nababan yang saat itu menjadi Ephorus HKBP.
Ada perbedaan pandangan antara mereka, dan Nababan tidak mau menuruti kemauan pemerintahan Soeharto.
Pemerintahan Orde Baru tidak terima dengan kritisnya Nababan atas isu-isu kemanusiaan dan keadilan.
Hal itu membuat posisi Pendeta SAE Nababan sebagai Ephorus HKBP saat itu berusaha dilengserkan.
Kepemimpinannya diintervensi Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstanas).
Ini merupakan lembaga yang dibentuk Soeharto pada tahun 1988, yang mengangkat Jenderal Try Sutrisno jadi ketuanya.
Tugasnya adalah mengkoordinasi upaya departemen dan instansi lain untuk stabilitas nasional, dan menyelesaikan segala yang dianggap sebaai hambatan, gangguan dan tantangan pemerintahan.
Campur tangan Bakorstanas pada akhirnya menyebabkan kemelut bertahun-tahun di tubuh HKBP, dan dualisme di gereja tersebut, antara Pro Nababan dan Pro Simanjuntak.
Baca juga: Profil SAE Nababan Mantan Ephorus HKBP yang Meninggal Dunia di Jakarta
Baca juga: Mantan Ephorus HKBP SAE Nababan Dikabarkan Meninggal Dunia
Profil Singkat Sang Doktor Teologi
SAE Nababan telah meninggal dunia pada Sabtu 8 Mei 2021 di RS Medistra Jakarta.
Nama lengkapnya adalah Soritua Albert Ernst Nababan tapi lebih dikenal dengan nama SAE Nababan.
Ia lahir di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara 24 Mei 1933.
Ia meraih gelar doktor bidang teologi ia dapatkan dari Universitas Heidelberg Jerman, pada usia 30 tahun.
Catatan perjalanan hidup Pendeta Dr SAE Nababan ini sudah tertuang dalam buku berjudul 'Selagi Masih Siang' yang diluncurkan tahun 2020 lalu.
Di dalam buku itu juga terungkap bagaiman Intervensi rezim orde baru terhadap kepemimpinan Nababan di HKBP.