Pelaku Pengirim Sate Maut Telah Rencanakan Aksinya, Kini Identitasnya Telah Diketahui
Tanpa berpikiran negatif, makanan tersebut diberikan kepada pengemudi ojol yang mengantarkan makanan tersebut.
TRIBUNJAMBI.COM - Dikutip dari tayangan Kompas Tv, Senin (1/5/2021), kasus kiriman paket sate yang berujung maut ini sebelumnya viral di media sosial setelah anak pengemudi ojol meninggal dunia usai menyantap makanan tersebut, Minggu (25/04/2021) lalu.
Makanan beracun tersebut sengaja dititipkan oleh pelaku untuk diberikan kepada orang lain.
Pelaku meminta ojol untuk mengantarkan paket makanan ke sebuah alamat tanpa menggunakan aplikasi.
Saat tiba di alamat yang dituju, si penerima menolak kiriman itu.
Baca juga: Bacaan Doa Jika Ingin Betemu dengan Malam Lailatul Qadar
Baca juga: Minum Segelas Air, Perempuan ini Ditemukan Tak Berbusana di Hotel, Sempat Dikabarkan Hilang
Baca juga: Penjelasan Quraish Shihab Tentang Lailatul Qadar, Disiapkan Segala Kebajikan Sejak Awal Ramadhan
Dirinya tidak mau menerima makanan tersebut karena mengaku tidak mengenal sosok pengirimnya.
Tanpa berpikiran negatif, makanan tersebut diberikan kepada pengemudi ojol yang mengantarkan makanan tersebut.
Makanan tersebut dibawa pulang sang ojol untuk diberikan kepada keluarga, guna dimakan saat berbuka puasa.
Makanan yang dibawa ke rumah justru merenggut nyawa putra pengemudi ojol yang baru berusia 8 tahun.
Setelah dilakukan penyelidikan, pihak kepolisian memastikan kematian anak ojol tersebut karena keracunan.
Hasil uji laboratorium atas sampel makanan menunjukkan, bumbu sate ayam yang sempat dimakan korban mengandung racun jenis C.
Kini, kasus sate pembawa maut ini akhirnya menemukan titik terang.
Dalam waktu dekat, pihak kepolisian akan menemukan dan menyeret si pelaku ke peradilan.
Sebelumnya, polisi telah melakukan penyelidikan kepada para saksi dan bukti rekaman CCTV.
Menurut keterangan dari para saksi, ada dugaan, si pelaku memiliki konflik dengan orang yang menjadi target penerima makanan tersebut.
Polisi merasa sedikit kesulitan mengungkap identitas pelaku, karena terbatasnya ketersediaan CCTV di tempat pelaku melakukan transaksi makanan dengan ojol.