Berita Nasional

Kisah Letda Ajeng Perempuan Penerbang Pesawat Tempur Pertama Sempat Stres Tak Lulus Taruna TNI AD

Letnan Dua (Letda) Ajeng Tresna Dwi Wijayanti merupakan penerbang pesawat tempur. Ajeng dulunya sempat stres karena tidak lulus masuk Taruna

Editor: Rahimin
kompas.com
Ajeng Tresna Dwi Wijayanti. Kisah Letda Ajeng Perempuan Penerbang Pesawat Tempur Pertama Sempat Stres Tak Lulus Taruna TNI AD 

Kisah Letda Ajeng Perempuan Penerbang Pesawat Tempur Pertama Sempat Stres Tak Lulus Taruna TNI AD

TRIBUNJAMBI.COM - Letnan Dua (Letda) Ajeng Tresna Dwi Wijayanti merupakan penerbang pesawat tempur.

Siapa sangka, Ajeng dulunya sempat stres karena tidak lulus masuk tes Akademi Taruna TNI Angkatan Darat (AD).

Kini, Ajeng menjadi satu prajurit TNI Angkatan Udara (AU) yang cukup diperhitungkan.

Masa kedinasannya di TNI AU memang belum lama. Namun, Ajeng membuat masyarakat Indonesia menaruh perhatian besar kepada dirinya.

Perempuan kelahiran Jakarta, 25 September 1995 itu berhasil mencatatkan prestasi bahkan sejarah baru bagi keluarga besar Swa Bhuwana Paksa.

Ajeng berhasil menorehkan tinta emas sebagai perempuan penerbang pesawat tempur pertama di Indonesia.

Prestasi ini belum pernah ditorehkan sama sekali oleh para pendahulunya dalam hal mengawaki pesawat tempur.

Pada 18 Mei 2020, lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 2018 ini dilantik sebagai calon fighter oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI (Purn) Yuyus Sutisna kala itu.

Keberhasilan Ajeng Tresna Dwi Wijayanti meraih prestasi ini tak semudah membalikkan telapak tangan.

Keberhasilan Ajeng Tresna Dwi Wijayanti dilalui dengan penuh perjuangan dan pengorbanan

Menanti Siapa Dua Menteri Yang Dipilih Jokowi Setelah Pembentukan Kementerian Baru Disetujui DPR

PROFIL Munarman Mantan Petinggi FPI Orang Dekat Rizieq Shihab Yang Ditangkap Densus 88 Polri

Rayuan Maut Sule untuk Nathalie Holscher yang Sudah Pulang ke Rumah: Lagi Manja

Perjuangan itu dimulai ketika dia tertarik menggeluti dunia kemiliteran saat menjalani pendidikan semi militer dalam Pasukan Pengibar Bendera (Paskibraka) di SMAN 51 Jakarta.

Ketika menempuh pendidikan, Ajeng Tresna Dwi Wijayanti mewakili sekolahnya dan Provinsi DKI Jakarta sebagai anggota Paskibraka tingkat nasional pada 2011.

Saat itu Ajeng Tresna Dwi Wijayanti bertugas sebagai pengibar dan penurun bendera Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta.

Karena kecimpungannya bersama Paskibraka, Ajeng kian membulatkan tekadnya untuk masuk TNI.

2013, datanglah sebuah tawaran untuk mengikuti tes Akademi Taruna TNI Angkatan Darat (AD) dan TNI AU.

Namun, Ajeng Tresna Dwi Wijayanti lebih memilih TNI AD. Segala proses dilewatinya untuk bisa bergabung dengan TNI AD.

Sayang, nasib berkata lain, ia gagal memenuhi impiannya untuk bisa masuk TNI.

Rupanya, kegagalan ini sempat membuat Ajeng Tresna Dwi Wijayanti merasa down.

"Saya daftar AD duluan. Tapi saya gagal. Jadi tahun 2013 saya pertama kali daftar gagal," katanya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (20/4/2021). "Sempat stres saat itu," sambungnya.

Tak mau bersedu sedan dengan keadaan tersebut, Ajeng bangkit.

Rasa kepercayaan dirinya bisa masuk TNI kembali tumbuh berkat dukungan orangtua hingga sanak saudara.

Pada 2014, tawaran untuk mengikuti tes kembali menghampirinya dari TNI AD dan TNI AU.

Letda Pnb Ajeng Tresna Dwi Wijayanti.
Letda Pnb Ajeng Tresna Dwi Wijayanti. ((DOKUMENTASI TNI AU))

Kali ini, ia mencoba peruntukannya di TNI AU. Berbeda dengan tes pertama, Ajeng mempunyai modal dengan persiapan penuh agar bisa bergabung TNI.

Seleksi dijalaninya. Berkat kesiapannya yang lebih matang, Ajeng dinyatakan lulus.

Keberhasilan ini secara tidak langsung mengikuti jejak sang Ayah, Kolonel Sus Prayitno, yang juga prajurit TNI AU.

Tak seperti yang dibayangkan Ajeng, ternyata perjuangan sesungguhnya adalah ketika diterima sebagai prajurit TNI AU.

Ajeng terus memompa semangat perjuangannya ketika menjalani pendidikan di AAU Yogyakarta selama empat tahun.

Berhasil merampungkan pendidikannya dengan baik, Ajeng kemudian dilantik Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka pada 2018.

Setelah itu, Ajeng melanjutkan pendidikan dengan mengikuti sekolah penerbang di AAU Yogyakarta.

Pengamat Kritik Indonesia Ingin Jadi Produsen Mobil Listrik Kelas Dunia: Mendekati Ngawur Gitu Ya

Emosi Disuruh Ceraikan Istri ke-4 Suami di Lampung Habisi Istri Siri, Mayat Dibuang ke dalam Sumur

Tunjukan Bukti Desiree Pegang Tumpukan Dolar, Hotma Sitompul: Jadi Masih Berani Ngomong Pelit Lagi?

Di sini, ia ditempa mulai dari potensi, akademia, hingga jasmani selama 1,5 tahun.

Ajeng dinyatakan lulus dengan menyandang predikat sebagai perempuan penerbang tempur pertama dalam sejarah TNI AU.

Dari Skadron 15 ke Skadron 17

Petualangan Ajeng dilanjutkan dengan menjalankan tugasnya di Skadron 15 Lanud Iswahjudi Magetan, Jawa Timur.

Skadron ini merupakan Satuan Tempur di bawah Komando Wing Tempur 300.

Di sini, Ajeng ditempa sebagai penerbang tempur. Ajeng melahap segala ilmu pengetahuan mengenai pesawat tempur.

Pengabdiannya di Skadron 15 tak berlangsung lama. Hanya tujuh bulan lamanya.

Pada Desember 2020 Ajeng digeser ke Skadron 17. Skadron 17 merupakan Skadron VIP/VVIP pesawat kepresidenan.

Skadron ini berada di bawah naungan Wing Udara 1 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Di sini, Ajeng ditempa untuk menjadi calon kopilot yang akan membawa pesawat Boeing kepresidenan.

Kesempatan untuk membawa pesawat ini terbuka lebar. Mengingat, ia menjadi satu-satunya perempuan yang diproyeksikan akan menjadi kopilot.

Hal ini seperti yang terjadi ketika dirinya didapuk sebagai perempuan pertama penerbang tempur. "Selama ini belum ada. Saya saja," kata Ajeng.

Namun demikian, untuk bisa menyandang status kopilot, Ajeng harus melewati tahap yang tak boleh dilewatkan.

Yakni menggeluti ilmu pengetahuan mengenai pesawat Boeing.

Menurut Ajeng, pesawat ini mempunyai tipikal yang sangat berbeda dibanding pesawat tempur yang notabene lebih agresif namun mudah dikendalikan.

Saat ini, Ajeng tengah menjalani simulator yang dijadwalkan akan berakhir pada Mei 2021.

Simulator ini penting dilaluinya guna mendapatkan modal transisi dari pesawat tempur ke pesawat Boeing.

"Saya enggak mungkin dong tiba-tiba langsung ke pesawatnya (Boeing). Ada prosesnya. Tapi kelak ke depan semua diproyeksikan untuk menerbangkan pesawat tersebut," ucap Ajeng.

Berbagi pengalaman

Keberhasilannya merealisasikan impiannya ternyata tak membuat Ajeng lupa diri.

Ajeng kerap kali membagikan pengalamannya kepada mereka yang hendak mengikuti jejaknya alias tes bergabung di TNI.

Ajeng mengatakan, tak sedikit orang yang akan masuk TNI tidak mempersiapkan diri dengan matang.

Hal ini juga yang dialaminya ketika gagal mengikuti tes pertama masuk TNI.

Cita Citata Bantah Akan Dilamar Indra Bruggman Setelah Lebaran, Akui Baru Nikmati Pedekate

Karena itu, dia selalu berusaha membagikan pengalaman kepada mereka agar sebisa mungkin pemikiran prematur ketika masuk TNI terkikis.

Sebab, tidak menutup kemungkinan bahwa pemikiran yang tak terbuka justru bisa menjadi penghalang.

"Makanya saya sekarang selalu memberikan masukan supaya mereka benar-benar berjuang. Agar, pemikiran 'oh enak gabung TNI' itu hilang. Tapi yang harus diperhatikan, mau enggak jalani prosesnya, itu yang penting," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved