Liputan Khusus
Pengakuan Ketua RT Setelah Lokalisasi Pucuk Ditutup, Ada yang Cari Tempat Baru
Sejak ditutup, aktivitas di bekas lokalisasi Payosigadung atau Pucuk terlihat sepi dan lengang,
Penulis: Aryo Tondang | Editor: Deddy Rachmawan
Sejak ditutup, aktivitas di bekas lokalisasi Payosigadung atau Pucuk terlihat sepi dan lengang,
TRIBUNJAMBI.COM - WARGA yang tinggal di eks-lokalisasi terbesar dan tertua di Jambi, Pucuk, kini ‘kalang kabut’ secara ekonomi.
Sebagian besar warga yang dulunya hidup mencari rupiah dengan mengandalkan kehidupan lokalisasi, kini berusaha menyambung hidup.
Sejak ditutup, aktivitas di bekas lokalisasi Payosigadung atau Pucuk terlihat sepi dan lengang, seperti pantauan Tribun Jambi pada Jumat (26/3/2021) lalu.
Namun kondisi sepinya kawasan bukan merupakan gambaran warga telah lepas dari dunia prostitusi.
Para pekerja yang dulunya hanya tertumpu hidup di sana, kini justru tersebar ke sejumlah daerah di Provinsi Jambi.
Tribun Jambi mewawancarai langsung Ketua RT 05 Rawasari, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, Muhammad, pada Jumat (27/3).
Dia menuturkan saat ini para PSK dari bekas lokalisasi itu tersebar ke beberapa daerah demi memenuhi kebutuhan hidup.
Semisal di Kabupaten Batanghari, hingga perbatasan Jambi-Palembang, Bayung Lincir.
"Bahkan, ada yang harus angkat kaki hingga ke wilayah Batam, Kepulauan Riau," kata Muhammad.
Baca Berita Jambi lainnya
klik:
Baca juga: Eks Lokalisasi Pucuk Setelah 7 Tahun Ditutup, dari Alih Pekerjaan Sekolah Hingga Rumah Disita Bank
Baca juga: Pemerintah Tidak Akui Pengurus Partai Demokrat Versi Moeldoko
Baca juga: PSU Pilgub Jambi di Tanjabtim, KPU Masih Menunggu Instruksi Pusat Terkait Rekruitmen PPK dan KPPS
Sementara itu, para muncikari kini beralih menjadi kuli bangunan hingga pekerja serabutan, demi memenuhi kebutuhan hidup.
Eks-lokalisasi Pucuk berada di lahan seluas 2 hektare, sebelum ditutup secara permanen. Kata Muhhammad, jumlah kepala keluarga (KK) di RT-nya mencapai 325 KK.
Ternyata setelah penutupan, hanya tersisa 170 KK. Selebihnya sudah keluar dari kawasan itu.
"Kalau sekarang tinggal 170 KK, karena banyak yang pindah ke luar Jambi, seperti ke Batam," kata Muhammad, Jumat (26/3).