Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Berkarya Merencanakan Masa Depan

Bacaan ayat: Amsal 6:9-11 (TB) - "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? "Tidur sebentar lagi, menga

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Berkarya Merencanakan Masa Depan

Bacaan ayat: Amsal 6:9-11 (TB) - "Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu?
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" —
maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata".

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Hal hebat yang telah Allah anugerahkan kepada manusia ketika menciptakannya adalah potensi untuk terlibat dalam karya Allah.

Mandat yang diberikan Allah kepada manusia untuk mengelola, menguasai dan menahlukkan bumi, membuat Allah menciptakan manusia dengan potensi untuk melakukan mandat tersebut.

Manusia mempunyai kemampuan untuk mencipta, merasa dan berkarya.

Dengan kemampuan tersebut, manusia dapat mengenang masa lalu untuk memperoleh pelajaran dan memikirkan masa depan untuk menciptakan pengharapan, serta berkarya hari ini untuk hidup dalam realitas dengan memetik pelajaran masa lalu demi masa depan yang semakin baik.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hidup Dalam Pertobatan

Terciptanya beragam sarana dan prasarana bagi kehidupan, menjadi bukti bahwa manusia belajar memecahkan persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.

Seiring berlalunya waktu, ilmu dan pengetahuan manusia semakin bertambah.

Kreasi dan inovasi dilakukan untuk semakin mengembangkan apa yang dimiliki.

Diwariskan dari generasi ke generasi, dikritisi untuk pengembangan yang lebih besar dan luas.

Tercipta budaya-budaya yang membentuk paradigma atau cara berfikir, terkait dengan konteks yang dihadapi, dan menciptakan budaya baru sebagai hasil pengembangan dan asimilasi antar budaya.

Sampai akhirnya kita nikmati hari ini dan akan terus berkembang dimasa yang akan datang.

Jika mencermati, siapa pelaku inovatifnya, kita dibuat terkejut. Ternyata hanya segelintir orang yang menjadi pionir inovator.

Bahkan pada masanya, harus mengalami banyak tentangan dan penolakan karena dianggap mustahil idenya terjadi.

Hal ini memperlihatkan, meskipun manusia diciptakan dengan perlengkapan potensi untuk mengembangkan segala hal, nampaknya tidak banyak yang peduli untuk mengoptimalkannya.

Lebih banyak orang menjadi pengikut. Fasilitas yang terbatas, seakan menjadi alasan logis untuk tidak berkembang.

Kesempatan yang kurang seakan menghambat yang patut dipersalahkan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Kesombongan Itu Menghancurkan Kehidupan

Memang tidak mudah untuk 'keluar dari kotak kenyaman'.

Keluar dari zona nyaman terasa menemukan banyak ancaman.

Atau, sebenarnya ada persoalan mendasar yang membuat pengembangan terasa lambat atau jalan di tempat.

Apabila kita boleh jujur, malas, nampaknya menjadi persoalan semua orang.

Malas adalah tidak mau melakukan sesuatu atau tidak mau mengerjakan sesuatu.

Benihnya bisa berawal dari rasa tidak suka, enggan, tidak bernafsu untuk berbuat sesuatu.

Seberapa jujur kita, ketika bangun di pagi hari, harus berjuang untuk sekedar membuka mata. Melirik jam dan akhirnya kembali terlelap dalam buaian malam.

Dirasa waktu masih cukup panjang untuk dilewati dengan kembali tidur, dibandingkan harus melakukan segala sesuatu.

Penundaan hal lumrah, yang dipilih oleh banyak orang. Seakan masih ada banyak waktu untuk mengerjakannya dilain hari.

Kita sering tidak sadar, bahwa setiap hari ada kesusahannya sendiri-sendiri.

Sangat wajar, jika pada ahkirnya seseorang seakan kewalahan untuk menyelesaikan segala sesuatu ketika mendapat kesusahan beberapa hari harus dikerjakan pada hari tertentu.

Seakan waktu berjalan terlalu cepat, bahkan seolah dikejar oleh waktu, atau menjadi terlalu sibuk mengerjakan ini dan itu, padahal ketika diteliti lebih jauh ternyata semua hal yang menumpuk adalah buah dari penundaan yang dilakukannya pada hari-hari sebelumnya.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Yesus Dielu-elukan

Yesus memberikan solusi, 'kesusahan sehari cukuplah untuk sehari'.

Malas, ternyata menjadi masalah yang menghancurkan kehidupan.

Yesus sendiri pernah menyatakan bahwa hamba yang tidak mau mengembangkan talenta yang dipercayakan kepadanya disebut sebagai hamba yang jahat dan malas. Apa upahnya bagi hamba tersebut?

Hamba tersebut disebut tidak berguna sehingga dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap.

Dimana disana hanya ada penderitaan yang tiada akhir, hanya ratap dan kertak gigi.

Kemalasan dapat diidentifikasi sebagai pilihan tindakan yang menghina Allah, yang telah menciptakannya dengan potensi untuk melakukan mandat.

Sejak semula kepada Adam dan Hawa, sebelum mereka jatuh dalam dosa, Allah menghendaki agar manusia rajin dalam berkarya.

Allah mengendaki agar manusia itu beranakcucu dan bertambah banyak, menjadikan dirinya sebagai tempat bagi Allah untuk menciptakan manusia generasi berikutnya dengan mendidik dan membesarkannya dengan bertanggung jawab dengan merencanakan masa depan; penuhi bumi, taklukkan dan kuasai.

Bumi dipercayakan kepada manusia untuk dinikmati dan dikembangkan sesuai dengan kehendak Allah.

Bukankah ini berarti manusia sejak semula dikehendaki oleh Allah agar tidak malas?

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Menderita Karena Kebenaran

Penulis Amsal, menuntun kita untuk belajar dari semut. Binatang kecil, namun memberikan teladan yang besar dalam hal bekerja.

Semut hidup dalam sebuah kelompok atau koloni dalam jumlah yang besar.

Masing-masing semut menetas dengan tugas yang sudah ditetapkan. Ada semut perkerjaan, penjaga, pemelihara, perawat, bahkan ratu yang menghasilkan telur dalam jumlah ribuan.

Masing-masing melakukan tugas sebagaimana seharusnya.

Naluri menuntun mereka untuk mengumpulkan makanan pada musim tertentu agar mampu bertahan pada musim tertentu dalam sarang yang dibuat senyaman mungkin.

Bukankah ini teladan yang berharga untuk dilakukan?

Rajin, itu bisa dimulai dari saat bangun dari tempat tidur.

Menunda dengan mengatakan, "Ah, sebentar lagi... ", menjadi pilihan yang akhirnya akan merusak segala hal yang telah dirancang untuk hari itu.

"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring" — demikian tulis Amsal, tidak sadar bahwa kemiskinan bisa datang kapan saja tanpa memberi peringatan.

Bagaimana dengan kehidupan kita hari ini?

Apakah kemalasan juga sedang terjadi?

Bangunlah lebih pagi agar bisa melipat tangan dan berdoa, bersyukur atas kasih karunia Tuhan hari ini.

Bangunlah lebih pagi, agar bisa menikmati keajaiban Tuhan berupa fajar yang menyingsing.

Aroma embun yang memberi kesegaran, atau sekedar menghirup udara pagi yang segar; akan mengingatkan kita berapa Tuhan itu baik bagi kehidupan. Amin

Baca Renungan Harian Kristen Lainnya

Renungan Oleh Pdt Feri Nugroho S.Th, GKSBS Palembang Siloam

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved