Siapa Saefullah Yang Disebut Otak di Balik Kelompok Teroris JAD yang Ledakkan Bom di Gereja Katedral

Bom bunuh diri di Makassar ini disebut berkaitan dengan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Editor: Rahimin
Youtube/KOMPASTV
Sebanyak 19 tersangka teroris JAD Makassar merupakan anggota FPI ditangkap di Sulawesi Selatan. Mereka tiba di Jakarta, Kamis (4/2/2021). Siapa Saefullah Yang Disebut Otak di Balik Kelompok Teroris JAD yang Ledakkan Bom di Gereja Katedral 

Siapa Saefullah Disebut Polri Otak di Balik Kelompok Teroris JAD yang Ledakkan Bom di Gereja Katedral Makassar

TRIBUNJAMBI.COM - Bom bunuh diri yang terhadi di Gereja Katedral Makassar cukup menghentakan banyak pihak.

Bom bunuh diri di Makassar ini disebut berkaitan dengan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat meninjau lokasi kejadian bersama Panglima TNI Hadi Tjahjanto di Jalan Kajaolalido, Kecamatan Ujungpandang, Kota Makassar Minggu malam.

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan jaringan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Kapolri mengatakan, dua pelaku bom bunuh diri tersebut berkaitan dengan 19 teroris JAD yang ditangkap di Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu.

"Pelaku ini merupakan jaringan JAD (berkaitan) dengan 19 anggota JAD yang ditangkap kemarin," kata Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Sosok Saefullah Otak JAD

Diketahui, Jamaah Ansharut Daulah (JAD) adalah organisasi teroris yang berafiliasi ke ISIS.

Di balik organisasi ini, ada seorang yang menjadi mastermind-nya atau dalangnya.

Detik-detik gambar bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar terjadi
Detik-detik gambar bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar terjadi (Kolase/Istimewa)

Saat ini, Mabes Polri masih mengejar seorang terduga teroris bernama Saefullah alias Daniel alias Chaniago.

Penjaga perpustakaan Ponpes Ibnu Mas'ud itu bahkan masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO).

Akhir 2019 lalu, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, Saefullah mengendalikan dan memberi perintah kepada sejumlah terduga teroris jaringan JAD di Indonesia.

Terduga Pelaku Peledakan Bom Gereja Katedral Makassar, Alumnus Filipina Jaringan Ansharud Daulah

Warga Merasa Ada Gempa Ketika Kilang Minyak Pertamina Meledak & Terbakar Hebat, Puluhan Rumah Rusak

Vicky Prasetyo Keceplosan Soal Uang Settingan Hasil Menikah, Kalina Gelagapan: Kita Nikah Bener Kok!

Satu diantaranya kepada terduga teroris N atau Novendri yang ditangkap di Padang, Sumatera Barat beberapa waktu lalu.

Saefullah berperan mengarahkan N untuk mengirim uang kepada Mujahidin Indonesia Timur (MIT).

"N ini ada pengendalinya, mastermind-nya saat ini atas nama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Yang bersangkutan sudah diterbitkan DPO oleh Densus 88 sebagai mastermind," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019).

Saat ini, Saefullah diduga berada di satu wilayah di Khorasan Afghanistan.

"Kenapa ada di situ, (karena) pasca-kekalahan ISIS di Suriah, Al Baghdadi langsung pecah kekuatannya. Saat ini kekuatan ISIS sudah mengarah ke suatu daerah, yaitu di Khorasan Afghanistan. Ini daerah abu-abu, daerah perbatasan yang tidak bisa dikontrol oleh satu pemerintah, itu sebabnya mereka kuat di situ," katanya.

Saefullah disebut mengontrol beberapa pelaku yang ada di Indonesia, seperti tersangka Yoga dari JAD Kalimantan Timur yang ditangkap Juni 2019.

Yoga berperan menggantikan Andi Baso, sebagai jembatan penghubung antara kelompok ISIS atau JAD di Indonesia dan Filipina.

Dikatakan Dedi, Saefullah berencana mengirimkan uang kepada Yoga untuk membeli senjata di Filipina, untuk nantinya dikirim ke Indonesia.

Saefullah juga disebut sebagai orang yang mengatur perjalanan Muhammad Aulia beserta 11 orang Indonesia lain yang berencana berangkat ke Khorasan Afghanistan.

Mereka dideportasi dari Bangkok dan kemudian ditangkap Densus 88 di Bandara Kualanamu, Medan.

Sepeda motor yang hangus terbakar diduga milik pelaku ledakan di depan Gereja Katedral Makassar
Sepeda motor yang hangus terbakar diduga milik pelaku ledakan di depan Gereja Katedral Makassar (IST)

Saefullah alias Daniel alias Chaniago, mastermind kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Indonesia, mendapatkan aliran dana dari luar negeri guna melakukan aksi terorisme.

Dedi Prasetyo mengatakan, Saefullah mendapatkan aliran dana dari 12 oknum berbeda, yang ditransfer dari lima negara berbeda pula.

"Saudara Saeful ini menerima beberapa aliran dana, ini aliran dana dari negara Trinidad Tobago ada tujuh kali, dari Maldives ada satu kali, Venezuela satu kali, Jerman dua kali dan Malaysia sekali," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/7/2019).

Menurutnya, Saefullah mulai mendapatkan aliran dana tersebut dalam kurun waktu Maret 2016 hingga September 2017.

Hasil penyelidikan kepolisian, adapun dana yang terkumpul $ 28.921.89 atau Rp 413.169.857 yang ditransfer melalui Western Union.

"Seluruhnya terkumpul Rp413.169.857,-. Mereka menggunakan sistem aliran dana western union," ucapnya.

Adegan Ciuman Celine Evangelista dengan Stefan William Disorot Usai Aksi Dipangku Jeremiah Lakhwani

Mikhavita Wijaya Sesalkan Bams eks Samson Tak Klarifikasi Soal Orang Ketiga

Sikap Sule pada Kiky Saputri Usai Disindir Netizen Pelawak Baperan Disorot: Aku yang Salah!

Daftar nama oknum yang mengirimkan aliran dana kepada Saefulah :

1.Yahya Abdul Karim dari Trinidad & Tobago (4 kali);
2. Fawaaz Ali dari Trinidad & Tobago;
3. Keberina Deonarine dari Trinidad & Tobago;
4. Ahmed Afrah dari Maldives;
5. Ricky Mohammed dari Trinidad & Tobago (2 kali);
6. Ian Marvin Bailey dari Trinidad & Tobago;
7. Pedro Manuel Morales Mendoza dari Venezuela;
8. Mehboob Suliman dari Jerman;
9. Simouh Ilyas dari Jerman;
10. Muslih Ali dari Maldives;
11. Furkan Cinar dari Trinidad & Tobago;
12. Jonius Ondie Jahali dari Malaysia.

Kata Pengamat Soal Bom Gereja Katedral

Soal bom depan Gereja Katedral Makassar, Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh (Unimal) Aceh, Al Chaidar yakin, pelaku pengeboman bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi ke ISIS.

Analisisnya didasarkan pada sasaran pengeboman yang serupa dengan insiden di Surabaya, Jawa Timur, pada 2018 dan Jolo, Filipina, pada 2019: sama-sama menyasar gereja Katolik.

Al Chaidar menduga, serangan tersebut merupakan balas dendam kelompok JAD atas penangkapan puluhan anggotanya dan tewasnya dua orang dari kelompoknya oleh Densus 88 Antiteror Polri pada awal Januari lalu di Makassar.

"Jadi daripada tertangkap atau tewas maka mereka segera melakukan serangan amaliyah," ujar Al Chaidar kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, hari Minggu (28/03/2021).

"Mereka menyasar gereja karena mereka kelompok Wahabi Takfiri yang christophobia atau tidak menyukai orang-orang non-Muslim," sambungnya.

'Amaliyah jelang bulan Ramadan'

Senada dengan Al Chaidar, pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah, juga menduga pelaku pengeboman di Gereja Katedral Makassar terkait dengan kelompok JAD yang kerap menyasar tempat ibadah.

Namun demikian, aksi itu tidak semata dilakukan atas dasar balas dendam tapi sebagai "amaliyah (aksi) menjelang bulan Ramadan".

"Mereka mengganggap bulan suci Ramadan adalah waktu yang tepat karena di bulan-bulan inilah amal dilipatgandakan," tutur Muhammad Syauqillah kepada BBC News Indonesia.

"Ini bulan yang sakral untuk kelompok itu."

Tindakan pengeboman jelang bulan Ramadan, katanya, juga pernah terjadi pada 2019 lalu di pos pengamanan Tugu Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Persebaran kelompok JAD meluas di 19 provinsi

Muhammad Syauqillah dan Al Chaidar sepakat bahwa jumlah anggota kelompok JAD di Sulawesi Selatan masih banyak kendati puluhan orangnya telah ditangkap Densus 88 Antiteror.

Sehingga tidak menutup kemungkinan akan adanya serangan lanjutan.

"Melihat persebaran jumlah mereka, akan ada serangan lain di pelbagai tempat dan kemungkinan di tempat-tempat yang ada Gereja Katedralnya apakah di Medan, Palembang, dan sebagainya," imbuh Al Chaidar.

Dia juga mengatakan perekrutan kelompok JAD di Indonesia sangat cepat dan jumlahnya berkali lipat.

Dicontohkannya, jika dahulu dalam satu bulan mereka bisa merekrut dua hingga tiga simpatisan baru, maka sekarang mencapai puluhan orang.

Al Chaidar menilai penangkapan besar-besaran yang dilakukan Densus 88 Antiteror Polri hanya merepotkan aparat keamanan tapi tak cukup efektif membendung masifnya apa yang disebut sebagai ideologi trans-nasional Wahabi Takfiri.

Yang harus segera dilakukan pemerintah, katanya, adalah mengintensifkan gerakan kontra wacana ideologi trans-nasional Wahabi di Indonesia.

Caranya melibatkan ahli keagamaan dari pelbagai universitas.

Sebab berdasarkan pengamatannya, sel aktif kelompok JAD saat ini sudah menyebar di 19 provinsi dari sebelumnya hanya di 18 provinsi.

"Pemerintah dalam hal ini sepertinya tidak punya imajinasi untuk membendung ideologi itu. Padahal banyak ahli keagamaan seperti di UIN, UI, UGM yang memiliki kemampuan untuk counter-discourse."

"Kalau penangkapan-penangkapan terus enggak akan habis-habis."

Aktif di media sosial

Mabes Polri mengatakan, kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lebih terstruktur di dunia maya daripada di lapangan.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan hal tersebut berbeda dengan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang lebih terstruktur di lapangan.

Cara Cek Lolos atau Tidak Kartu Prakerja Gelombang 16, Lewat www.prakerja.go.id atau SMS?

PT Indolok Bakti Utama Garap Pasar Keselamatan dan Keamanan Jambi

Billy Syahputra Ajak Nikah Ayu Ting Ting, Ibunda Bilqis Emosi: Ya Allah! Yang Ada Gue Hidupin Laki

"JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan. Mereka terstrukturnya secara virtual," ujar Dedi, di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2019) lalu.

Ia menjelaskan kelompok JAD akan memberi kabar terlebih dahulu apabila hendak melakukan aksi amaliyah.

Kabar itu diberikan melalui media sosial, dimana Telegram menjadi salah satu media sosial yang dimanfaatkan kelompok teroris tersebut.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sosok Daniel, Otak di Balik Kelompok Teroris JAD yang Ledakkan Bom di Depan Gereja Katedral Makassar

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved