Bom di Gereja Katedral Makassar
Telah Amankan 4 Pelaku Terkait, Kapolri Sebut Satu Pelaku Bom Makassar Pernah Beraksi di Filipina
Kepolisian pun sudah mengamankan empat orang terkait bom bunuh diri yang terjadi Minggu (28/3/2021) pagi tersebut.
TRIBUNJAMBI.COM - Seorang pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar diketahui pernah beraksi di Dholo, Filiphina tahun 2018.
Hal tersebut dikatakan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo
Jaringannya terkait dengan 20 tersangka teroris yang diangkut dari Makassar ke Jakarta beberapa waktu lalu.
Baca juga: Kasus Covid-19 di SMA Titian Teras Meledak, Total 55 Siswa dan 1 Guru Positif
Baca juga: Coba 5 Cara Detoks Medsos Agar Hidup Lebih Produktif Lakukan Bersama Sahabat
Baca juga: Aksi Bom Makassar Merupakan Aksi Teror ke 552 di Indonesia
Kepolisian pun sudah mengamankan empat orang terkait bom bunuh diri yang terjadi Minggu (28/3/2021) pagi tersebut.
Diduga keempat orang itu diduga kuat memiliki kaitan dengan pelaku bom bunuh diri.
"Kita juga sudah mengamankan empat pelaku yang berkaitan dengan kejadian ini," kata Jenderal Polisi Listyo saat meninjau lokasi bom bunuh diri di Makassar, Sulawesi Selatan Minggu malam.
Salah satu pelaku diketahui berinisial L.
Pelaku bom bunuh diri berkaitan dengan 19 teroris JAD yang ditangkap di Sulsel belum lama ini.
"Pelaku ini adalah bagian Kelompok beberapa waktu lalu, JAD yang kurang lebih 20 kita amankan, juga pernah beroperasi di Solo," kata Jenderal Listyo.
Pihaknya juga mengaku telah memerintahkan Densus 88 untuk mengusut tuntas kasus itu.
"Saya sudah perintahkan Kadensus untuk mengusut tuntas kasus ini sampai ke akar-akarnya," ujarnya.
Bahkan, orang nomor satu di jajaran Kepolisian Republik Indonesia itu, juga memerintahkan untuk menindak tegas pelaku lainnya.
"Saya sudah perintahkan, lakukan yang bisa dilakukan, berikan tindakan tegas," ucapnya.
Ledakan di Gereja Katedral itu mengakibatkan dua orang meninggal dunia.
Seorang pria dan seorang wanita yang diduga suami istri.
Dua orang itu diduga kuat pelaku utama.
Selain itu, juga terdapat 19 orang luka.
Pola Lama
Guru Besar Ilmu Politik dan Keamanan Universitas Padjajaran Bandung Profesor Muradi menyebut aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan yang terjadi Minggu (28/3/2021) pagi menggunakan pola lama.
Menurut dia, pelaku teror tidak lagi menyasar petugas atau aparat kepolisian lagi.
Namun, aksi teror kembali menyasar simbol-simbol tertentu, misalnya simbol keagamaan.
“Dengan polanya bisa dibilang bagian dari teror, hanya saja kita dalam posisi unik karena ini pertama sejak setahun terakhir dan agak besar. Walaupun korbannya tidak sampai tewas, namun ini cukup mengagetkan karena polanya kembali pada pola lama,” kata Muradi di live talk Kompas TV, Minggu (28/3/2021).
Menurut Muradi pelaku teror bukan orang-orang yang menjadi bidikan Densus 88 Antiteror Polri atau BNPT dalam beberapa waktu belakangan.
Jaringan teror di Gereja Katedral Makassar diduga adalah jaringan lama, karena kecendrungan menggunakan pola lama yang menyasar target-terget yang selama ini dianggap sudah tidak dijadikan target lagi.
“Mereka mengurangi kegiatan di elektronik, seperti di media sosial, mereka kurangi betul. Mereka kembali ke pola lama,” ujarnya.
Jaringan ini, ia sebut kemungkinan terafiliasi dengan kejadian tewasnya petinggi Abu Sayyaf di Filipina atau berkaitan dengan dipindahkannya belasan terduga teroris yang ditangkap di Makassar pada Februari lalu.
Meskipun jaringan ini diduga hampir putus dari jaringan lama, tapi menggunakan pola baru yang identik dengan pola lama.
“Ini seperti New JI (Jamaah Islamiyah), bukan seperti JAD yang disampaikan beberapa analis,” katanya.
Sumber : TRIBUNNEWS