Pabrik China Habis Dibakar hingga 22 Orang Tewas, Myanmar Semakin Memanas Pasca Kudeta Militer
Myanmar kembali mencatat hari paling berdarah pasca kudeta militer 1 Februari terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Kematian terbaru akan menambah jumlah korban dari protes menjadi 126, kata AAPP. Pada Sabtu (14/3/2021), lebih dari 2.150 orang telah ditahan, sementara 300 lainnya dilepaskan.
Baca juga: BREAKING NEWS Warga Paal V Heboh Temukan Warga Tewas di Dalam Rumah
Kecaman China
Kedutaan Besar China menggambarkan situasinya sebagai "sangat parah" setelah serangan terhadap pabrik-pabrik yang didanai China.
Namun pernyataan itu tidak mengonfirmasi adanya pembunuhan itu.
"China mendesak Myanmar untuk mengambil langkah efektif lebih lanjut untuk menghentikan semua tindakan kekerasan, menghukum pelaku sesuai dengan hukum dan menjamin keselamatan jiwa dan properti perusahaan dan personel China di Myanmar," kata pernyataan itu.
Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas pembakaran pabrik.
Halaman Facebook kedutaan China dibombardir dengan komentar negatif dalam bahasa Myanmar.
Lebih dari setengah reaksi (lebih dari 29.000 komentar), menggunakan emoji wajah tertawa.
Sentimen anti-China meningkat sejak kudeta menjerumuskan Myanmar ke dalam kekacauan.
Penentang pengambilalihan militer menyoroti minimnya reaksi Beijing, tidak seperti kecaman keras yang disampaikan Barat.
Hanya dua pabrik yang dibakar untuk saat ini, pemimpin protes Ei Thinzar Maung mengunggah di Facebook.
"Jika Anda ingin berbisnis di Myanmar secara stabil, maka hormati orang Myanmar," katanya.
"Melawan Hlaingthaya, kami bangga padamu !!" Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Myanmar mengutuk aksi ini sebagai "kebrutalan yang terus berlangsung".
Christine Schraner Burgener mengatakan secara pribadi mendengar dari kontak di Myanmar laporan pembunuhan yang memilukan. Penganiayaan terhadap demonstran dan penyiksaan terhadap tahanan juga terjadi selama akhir pekan.
Menurutnya, penindasan merusak prospek perdamaian dan stabilitas. Dia mengimbau masyarakat internasional mendukung rakyat Myanmar dan aspirasi demokrasi mereka.