Jalan Rumah Warga Dibangun Tembok dan Kawat Berduri di Ciledug, Berawal Sengketa hingga Tanah Pemkot

Buntut sengketa tanah, akses rumah warga di Ciledug ditutup dinding. Selain dinding tembok, juga terpasang kawat berduri diatas dinding tembok.

Editor: Suci Rahayu PK
KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL
Dinding yang dibangun di depan gedung milik Asep memaksa keluarganya keluar rumah menggunakan tangga dan kursi. Ada pun lokasi dinding serta gedung tersebut berada di kawasan Tajur, Ciledug, Kota Tangerang, Banten. 

TRIBUNJAMBI.COM - Buntut sengketa tanah, akses rumah warga di Ciledug ditutup dinding.

Akibatnya pemilik rumah di belakang tembok harus menggunakan tangga dan kursi untuk memanjat dinding tembok.

Selain dinding tembok, juga terpasang kawat berduri diatas dinding tembok.

Camat Ciledug, Syarifuddin menyatakan, dinding beton tersebut dibangun secara ilegal di tanah milik pemerintah kota Tangerang.

Dinding yang dibangun di depan gedung milik Asep memaksa keluarganya keluar rumah menggunakan tangga dan kursi. Ada pun lokasi dinding serta gedung tersebut berada di kawasan Tajur, Ciledug, Kota Tangerang, Banten.
Dinding yang dibangun di depan gedung milik Asep memaksa keluarganya keluar rumah menggunakan tangga dan kursi. Ada pun lokasi dinding serta gedung tersebut berada di kawasan Tajur, Ciledug, Kota Tangerang, Banten. (KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL)

Dikutip dari Kompas.com, Camat Ciledug, Syarifuddin menjelaskan, dinding beton sepanjang 300 meter tersebut dibangun di atas tanah selebar 2,5 meter pada Oktober 2019.

Menurutnya, lebar jalan dengan total 4,5 - 5 meter tersebut milik Pemerintah Kota Tangerang.

Baca juga: Taqy Maliq Geluti Bisnis Minuman Herbal Berbahan Dasar Saffron, Hingga Harus Tunda Momongan

Baca juga: Jadwal Lengkap Belajar dari Rumah TVRI hari Ini 15 Maret 2021, dari PAUD hingga Kelas 6 SD

Diketahui, tembok tersebut dibangun oleh salah satu ahli waris mantan pemilik gedung fitness yang berada di belakang dinding itu.

"Jalan yang diakui si ahli waris itu telah terdapat pembangunan berupa pemasangan paving block. Yang membangun Pemerintah Kota Tangerang," urai Syarifuddin kepada awak media, Minggu (14/3/2021) siang.

Syarifuddin turut mengatakan, pembangunan paving block itu juga menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Tangerang.

Bahkan, pembangunan dinding itu juga tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB).

“Pemerintah menggunakan dana APBD di proses pembangunan jalan itu, ya kami anggap itu sudah punya pemerintah,” terang Syarifuddin.

Menurut Syarifuddin, ahli waris belum sempat menunjukkan bukti kepemilikan tanah yang dibangun dinding beton tersebut.

"Dan dia (si ahli waris) belum bisa menunjukkan data apa yang dia punya," ungkap dia.

Pihak Kecamatan Ciledug telah meminta ke Satpol PP Kota Tangerang untuk membongkar kedua dinding itu.

Pada bulan Oktober 2019, Satpol PP telah melakukan persiapan pembongkaran.

Namun, hal tersebut belum sempat terlaksana hingga saat ini.

"Oktober 2019 itu dari Satpol PP sudah melakukan persiapan pembongkaran, tapi kan di Januari 2020 ada banjir nasional. Kami fokus ke banjir nasional itu," papar dia.

Agenda tersebut terhambat, karena Pemerintah Kota Tangerang kemudian fokus melakukan penanganan pandemi Covid-19.

"Jadi, temen-temen di dinas fokus ke kegiatan itu," ucapnya.

Baca juga: Beredar Video Krisdayanti Berdebat dengan Ashanty Saat Lamaran Aurel dan Atta, Bahas Soal Posisi

Baca juga: Naik Lagi, Harga Cabai Merah di Jambi Hari Ini (15/3/2021) Capai Rp 48 Ribu

Dinding yang dibangun di depan gedung milik Asep memaksa keluarganya keluar rumah menggunakan tangga dan kursi. Ada pun lokasi dinding serta gedung tersebut berada di kawasan Tajur, Ciledug, Kota Tangerang, Banten.
Dinding yang dibangun di depan gedung milik Asep memaksa keluarganya keluar rumah menggunakan tangga dan kursi. Ada pun lokasi dinding serta gedung tersebut berada di kawasan Tajur, Ciledug, Kota Tangerang, Banten. (KOMPAS.com/MUHAMMAD NAUFAL)

Awal Mula Pembangunan Tembok

Kasus ini diketahui bermula saat keluarga Munir membeli gedung fitnes dari pelelangan pada tahun 2016.

Kemudian pada 2019, ahli waris dari gedung fitnes tersebut hendak menjual tanah hibah seluas 2,5 meter itu ke pihak keluarga Munir.

Hanya saja karena harga yang ditawarkan terlaku tinggi, keluarga Munir lantas menolak.

"Awalnya, si ahli waris sebenarnya minta dibayar. Munir mau bayar asal harganya cocok," kata Syarifuddin.

"(Namun) harganya dua kali lipat dari harga dia beli di bank, ya, dia (Munir) enggak terima," imbuh dia.

Hal itu lantas membuat sang ahli waris mendirikan dua dinding sepanjang 300 meter dengan tinggi 2 meter di atas tanah hibah tersebut.

Lantaran dinding itu, keluarga Munir diberi akses masuk rumah dan gedung fitness dengan lebar sekitar 2,5 meter sejak 2019 lalu hingga 21 Februari 2021.

"Saat itu, kami masih dikasih akses masuk, cuma bisa (untuk) satu motor kira-kira," ungkap Asep ketika ditemui, Jumat (12/3/2021) malam.

Namun pada 21 Februari 2021 lalu, banjir kemudian merendam pemukiman tersebut hingga dinding yang dibangun jebol.

Dinding yang jebol selebar kurang lebih 3 meter adalah dinding yang terjauh dari rumah Asep.

Namun pihak ahli waris menduga bahwa dinding tersebut sengaja dirobohkan.

"Dia (si ahli waris) mikirnya kalau ibu saya yang ngehancurin dinding itu, padahal itu kan karena banjir," papar dia.

"Ibu saya juga perempuan, enggak mungkin mampu buat ngehancurin dinding itu," imbuhnya.

Sang ahli waris kemudian memaksa menutup total akses satu-satunya yang dimiliki keluarga Asep dan pengunjung tempat fitness tersebut.

Tak hanya itu, ahli waris tersebut juga memasang kawat di bagian atas dinding.

"Ibu saya sampai sekarang masih trauma karena dikalungin golok. Sekarang cuma bisa diam aja kalau keinget itu," sebut dia.

Karena akses keluar masuk rumah ditutup total, Asep dan keluarganya harus naik turun tangga dan kursi untuk memanjat dinding tembok tersebut.

Ahli waris tersebut juga dikatakan melakukan pengancaman.

Keluarganya lantas melaporkan ancaman tersebut kepada aparat kepolisian. Asep berharap permasalahan yang dihadapi keluarganya dapat segera selesai.

"Kami ya ingin lega lah jalannya, masak ditutupin begini," ungkap dia.

Sumber: Kompas

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved