Renungan Kristen

Renungan Harian Kristen - Hidup Dalam Persekutuan

Bacaan ayat: Matius 18:20 (TB) - "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.

Editor: Suci Rahayu PK
ist
Ilustrasi renungan harian 

Hidup Dalam Persekutuan

Bacaan ayat: Matius 18:20 (TB) - "Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."

Oleh Pdt Feri Nugroho

Pdt Feri Nugroho
Pdt Feri Nugroho (Instagram @ferinugroho77)

Persoalan kehidupan beriman dapat dimasukkan dalam kategori urusan personal seseorang dengan Tuhan.

Pilihan seseorang untuk menyembah siapa atau apa, menjadi hak asasi manusia yang tidak bisa diganggu gugat oleh orang lain.

Menyembah sesembahan adalah urusan personal, tidak boleh ada paksakan atau intimidasi dari siapapun.

Berangkat dari pilihan bebas seseorang, mana yang akan dia sembah dan imani dalam kehidupan.

Ketentuan bagaimana ia akan menyembah, juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan.

Kepada siapa seseorang menyembah dan bagaimana cara menyembah, menjadi dua sisi dari satu mata uang yang akan membentuk paradigma seseorang dalam menjalani kehidupan.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Hidup Dalam Ikatan Perjanjian

Meskipun demikian, ada hal yang tidak bisa dihindarkan, bahwa paradigma yang terbentuk akan menciptakan pola perilaku tertentu dalam kehidupan.

Dan dalam perilaku, tidak bisa dihindari seseorang akan mengalami perjumpaan dengan sesamanya.

Dari perilaku bagaimana cara seseorang memperlakukan sesamanya, baru akan kelihatan pengaruh pilihannya dalam beriman terhadap kehidupan bersama sesama.

Perilakunya akan diuji, apakah membangun kehidupan atau justru menghancurkannya.

Sudah seharusnya perilakunya memperlihatkan tindakan untuk membangun kehidupan.

Tuhan yang benar dipastikan akan membangun kehidupan, karena Dia adalah Pencipta kehidupan.

Penghancuran kehidupan dapat mengindikasikan, bukan keinginan Tuhan yang benar melainkan pilihan manusia yang berfokus pada diri sendiri yang egois dan mementingkan diri sendiri.

Sungguh memprihatinkan jika kerinduan untuk menyembah Tuhan yang menciptakan kehidupan, telah disesatkan oleh keinginan manusiawi untuk menjadi berjaya dan dan berpusat pada diri sendiri.

Yesus merangkum pengajaran kekal dalam Hukum Kasih yang menyatakan bahwa (Matius 22:37-39 (TB) ) "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Roh Kudus akan Menolong

Kasih kepada Allah dan sesama adalah dua sisi dari satu mata uang. Diposisikan pada dua hukum yang berurutan namun kedudukannya setara, sama dan sejajar.

Mengasihi Allah akan terlihat dalam kasih kepada sesama, sebab tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak kelihatan sementara kepada sesama yang terlihat tidak mau memperlihatkan kasih.

Mengasihi Allah, menyembah Allah, melakukan ritual bakti kepada Allah akan menuntun seseorang untuk hidup kasih kepada sesama tanpa pandang bulu.

Pengajaran tentang Allah memposisikan seseorang memahami bahwa Allah adalah kasih, dan karena Allah adalah kasih maka sudah seharusnya perilaku hidupnya diwarnai dengan kasih.

Kasih ini menjadi dasar untuk membangun persekutuan. Setiap orang yang percaya kepada Allah dalam Yesus Kristus akan masuk dalam sebuah komunitas yang bersekutu, bukan berseteru.

Melalui persekutuan, iman seseorang semakin di bangun. Pengenalannya akan Allah semakin bertumbuh dari hari ke hari.

Perilaku kehidupannya akan diuji dalam perjumpaan dengan sesama. Perbedaan dalam bentuk apapun akan menjadi batu uji, apakah mampu mewujudkan kasih dalam perilaku kehidupan atau menjadi egois dan mementingkan diri sendiri.

Baca juga: Renungan Harian Kristen - Indah Pada Waktu-Nya

Tuhan Yesus Kristus memberikan pengajaran bahwa cukup dua atau tiga orang bersekutu, disitu Ia ada. Yang hendak dibangun dalam persekutuan adalah hidup dalam perdamaian. Persekutuan terjadi bukan saja antar sesama, namun juga Allah yang hadir.

Bahkan persekutuan diposisikan sebagai penguat untuk meminta segala sesuatu kepada Tuhan. Permintaan yang dibuat bukan egois dan mementingkan diri sendiri.

Permintaan yang dipanjatkan didasarkan pada kepedulian kepada sesama saling bergandengan tangan untuk saling menguatkan dan mendukung.

Bersekutu menjadi ladang yang subur untuk saling membangun kehidupan dan menguatkan ketika ada sesama yang letih dan lelah dalam menjalani kehidupan.

Di masa pandemi, rasanya seperti tercabut dari akar ketika persekutuan dalam bentuk perjumpaan harus terbatas demi mencegah penularan.

Saatnya persekutuan dimaknai ulang. 'Bersekutu tanpa bertemu', menjadi sebuah slogan dan tema menarik dari sebuah gereja untuk direnungkan kembali.

Persekutuan akan tetap terjadi ketika masing-masing merasakan kehadiran tanpa harus ada perjumpaan secara fisik.

Persekutuan virtual menjadi media yang semakin mengokohkan iman, bahwa persekutuan tetap menjadi hakekat kehidupan beriman.

Bangun persekutuan dalam Tuhan, tanpa harus jumpa secara fisik. Dua tiga orang berjumpa secara virtual, Tuhan hadir. Amin

Renungan oleh Pdt Feri Nugroho S.th, GKSBS Palembang Siloam

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved