Berita Kota Jambi
Wawancara Ekslusif dengan Gadis Cantik Tersangka Pemalsu Ijazah: 'Saya Rela Ambil Risiko'
Tribun: Kapan terkahir kali bertemu suami? M: Kemarin, saat proses penangkapan. Dia ada kemarin, hanya sekarang saja...
Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Kondisi hidup memaksa M (24) untuk melakukan perbuatan melawan hukum. Dia mengambil risiko dengan melakukan transaksi ijazah palsu--menerima pesanan, mengerjakannya, dan menjualnya kepada pemesan dengan biaya tertentu.
Tribunjambi.com mewawancarainya secara ekslusif atas izin dan penjagaan kepolisian mengenai perbuatan M. Berikut petikannya.
Tribun: Motif apa yang membuat Anda berani melakukan ini?
M: Ekonomi
Tribun: Anda sudah berkeluarga. Apa yang membuat Anda terdesak untuk bertindak seperti ini?
M: Suami saya tidak bekerja. Saya rela mengambil risiko.
Tribun: Kapan perrtama kali bertransaksi?
M: Akhir 2017, di Kota Jambi.
Tribun: apa sempat khawatir saat awal transaksi?
M: Khawatir atau tertekan itu tetap. Tapi kembali lagi ke kondisi ekonomi.
Tribun: Sebenarnya Anda tahu ini berisiko, melanggar hukum? Kemudian bagaimana Anda menawarkan jasa ini kepada konsumen?
M: Saya tahu. Saya tawarkan lewat media sosial.
Saya pasang iklan di forum-forum jual beli, karena sebelumnya pernah lihat ada satu akun yang pernah menawarkan seperti itu, tapi bukan di daerah kita.
Tribun: Bagaimana respons masyarakat?
M: Banyak yang merespons. Pro-kontra juga. Tapi fokus saya hanya mencukupi kebutuhan.
Tribun: Apa bekal yang dimiliki, sehingga bisa membuat desain ijazah seperti yang dipesan?
M: Tidak ada. Tidak pernah mengenyam kuliah. Saya hanya pernah belajar mengoperasikan komputer, belajar sendiri. Tapi bukan berarti sengaja bikin dengam format begitu. Awal mulanya saya pernah mendesain bingkai, mendesain background. Di situ saya punya skil editing dan komputer.
Tribun: Kertas ijazah, sekali pun palsu, berbeda dengan yang asli. Bagaimana Anda mendapatkannya?
M: Di toko-toko buku.
Tribun: Ketika ada yang order, prosedurnya bagaimana?
M: Transaksi melalui aplikasi whatsapp. Saya hanya memenuhi permintaan, sesuai dengan yang di-request orang.
Tribun: Banyak pesanan ijazah di tingkat apa?
M: Paket C dan setara SMA. Mereka akan kirim contoh begini, nanti tanya bisa tidak bikin yang kayak begini.
Tribun: Apakah tidak ada rasa khawatir menawarkan jasa pembuatan ijazah palsu ini?
M: Khawatir itu ada. Cuma ya, karena tuntutan tadi. Desakan ekonomi.
Tribun: Berapa hari proses pengerjaan hingga transaksi?
M: tiga sampai empat hari, karena saya bukan print sendiri, tapi di rental komputer. Tidak ada alat-alat di rumah. Saya mengerjakannya di rental komputer.
Nanti (setelah selesai) COD (cash on delivery). Ada barang, ada uang.
Tribun: Berapa Anda mematok harga per lembar?
M: Berapa pun saya ambil. Biasanya Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Di bawahnya juga pernah, Rp200 ribu.
Tribun: Sudah berapa banyak pengerjaan yang Anda lakukan, dan dari mana saja?
M: Tidak ingat lagi. Konsumen rata-rata dari sekitaran Jambi. Saya tahunya dari sekitaran Jambi, karena pengantarannya kan saya lakukan sendiri.