Apa Itu Operasi Seroja? Ini Peran Prabowo Dalam Pertempuran Hadapi Fretilin di Timor Timor
Prabowo sukses dalam operasi seroja bersama pasukannya yang kala itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
TRIBUNJAMBI.COM - Prabowo Subianto namanya tak akan terlupakan dalam operasi seroja di Timor Timor (sekarang Timor Leste).
Prabowo sukses dalam operasi seroja bersama pasukannya yang kala itu masih bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Diketahui jika operasi seroja adalah invasi Indonesia ke Timor Timor yang dimulai pada 7 Desember 1975.
Saat itu alasan adanya operasi seroja karena kondisi Timor Timur mencekam karena munculnya banyak kelompok bersenjata yang bermunculan.
Saat Timor Timur masih tergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sejumlah gangguan bermunculan.
Saat itu kelompok yang berusaha mendapatkan kemerdekaan bagi Timor Timur adalah Fretilin.
Dilansir dari buku 'Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo, Prabowo Subianto dan pasukannya diturunkan setelah TNI menerjunkan pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.
Prabowo Subianto beserta pasukannya saat itu membantu misi pasukan gabungan Yon Parikesit yang berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas)
Prabowo Subianto dalam operasi seroja memburu presiden Fretilin, Nicolao Lobato.
"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" ujar panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja.
Konsep perburuan Yon Parikesit cukup modern dengan menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud) dimana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.
Saat itu pertempuran Yon Parikesit terjadi di kawasan Laklobar dan Soibada.
Di sana tim ABRI langsung berhadapan dengan pasukan pengawal Lobato.
Pasukan elit Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto bergabung dengan Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.
30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya mendapat informasi terkait adanya pergerakan sejumlah besar pasukan Fretilin ke arah Selatan.
Momen ini cukup aneh sebenarnya karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.
Laporan ini lantas dilanjutkan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lokasi untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.
Kapten Prabowo diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.
Nanggala-28 pimpinan Prabowo Subianto lalu menuju ke lokasi pengepungan dan langsung menghujani Lobato dan pasukannya dengan timah panas.
Baku tembak silih terjadi antar kedua belah pihak, sengit, semerbak bau mesiu bertebaran di sana.
Sejumlah pengawal Lobato saat itu tewas, saat itu presiden Fretilin itu menolak menyerah.
Fretlin akhirnya berusaha kabur bersama sisa pengawalnnya.
Pelariannya Fretlin akhirnya berhasil dicegat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.
Pertempuran jarak dekat tak dapat dihindari antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.
Dikutip dari buku 'Timor Timur The Untold Story' karya Kiki Syahnakri, dalam pertempuran itu Lobato ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.
Panglima TNI M Jusuf selanjutnya langsung melaporkan ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi usai dipastikan tewas.
artikel ini telah tayang di Intisari.Grid.Id dengan judul Pasukannya Hujani Presiden Fretilin dengan Timah Panas, Ini Kisah 'Harum' Prabowo dalam Operasi Seroja di Timor Leste yang Bikin Bangga Mertuanya https://intisari.grid.id/read/032573510/pasukannya-hujani-presiden-fretilin-dengan-timah-panas-ini-kisah-harum-prabowo-dalam-operasi-seroja-di-timor-leste-yang-bikin-bangga-mertuanya?page=all