Berita Merangin

Salah Jalur, 3 Pendaki Asal UIN STS Jambi Sempat Tersesat di Gunung Masurai, Ini Cerita Lengkapnya

Sehingga mengantisipasi itu, persiapan logistik ditambah dari jadwal pendakian yang ditentukan. Selain itu kemampuan survival pendaki perlu ditingkat

Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Nani Rachmaini
tribunjambi/darwin sijabat
Salah Jalur, Tiga Pendaki Asal UIN STS Jambi Sempat Tersesat di Gunung Masurai Merangin. Ini Cerita Lengkapnya  


TRIBUNJAMBI.COM, BANGKO - Salah jalur, tiga dari delapan pendaki di Gunung Masurai, Kabupaten Merangin berpisah satu malam dengan rombongan dan dapat turun setelah bertemu warga.

Tiga orang mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Thaha Syaifuddin Jambi sempat dikabarkan hilang saat melakukan pendakian di Gunung Masurai, Kabupaten Merangin. 

Mereka mendaki pada Senin (15/2/2021) lalu. Kemudian turun pada Selasa (16/2/2021). Saat turun tersebut ketiganya memutuskan melakukan perjalan untuk turun terlebih dahulu hingga salah arah.

Ketiga mahasiswi tersebut yakni Siti Rahayu asal Batang Asai Kabupaten Sarolangun, Romlah asal Pulau Kijang Provinsi Riau, Nuriani Purba asal Kampung Baru, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 

Informasi hilang tersebut dibantah Siti Rahayu, satu diantaranya yang menegaskan saat perjalan turun mereka salah arah.

"Kami benarkan bahwa kami berpisah sama kawan kawan cuman satu malam," katanya.

Saat betemu dengan Tribunjambi.com, Siti atas nama pribadi dengan tujuan berkemah, bukan atas nama universitas atau komunitas pecinta alam.

Menyadari salah jalur, Siti dan kedua temannya itu pun sempat berteriak dan meminta tolong. Namun tidak mendapatkan tanggapan.

"Sempat teriak, tapi tidak ada respon," bebernya.

Saat turun tersebut, kondisi alam sedang turun gerimis meski tidak begitu lama. Namun suhunya cukup dingin.

Beruntungnya mereka bertemu dengan delapan warga Tanjung Berugo, Kabupaten Merangin yang sedang membuat batas hutan adat. Disana mereka mengeninap satu malam, sebab perjalan masih jauh hingga tujuh jam.

Sedangkan untuk mendapatkan sinyal, mereka harus menempuh perjalanan hingga lima jam. Sehingga berdasarkan saran dari warga tersebut diputuskan untuk tetap bertahan dalam hutan.

Keesokan harinya sekitar pukul 9.00 WIB mereka melanjutkan perjalanan dengan dipandu oleh warga tersebut.

Setelah mendapatkan sinyal, mereka mendapatkan informasi bahwa kabar hilangnya itu telah tersebar luas. Lantas, mereka memberitahukan kondisi yang dalam keadaan baik baik saja.

Keputusan pisah dari rombongan diakui mereka sebuah kesalahan dalam pendakian. Namun yang menjadi alasannya untuk mengejar waktu shalat ashar di selter satu.

"Kami turun mengejar (waktu) shalat," katanya.

Terkait pengalaman pendakian, mereka terbilang sudah cukup berpengalaman. Seperti Siti telah melakukan pendakian gunung sebanyak 10 kali paling tinggi yakni Gunung Kerinci. Sementara Nuri dan Romlah pendakian ke empat dan paling tinggi gunung Talamau, Sumatera Barat. 

Dengan perdana tersesat mengalami pendakian, mereka tidak merasa mempermasalajkannya. Sebab kemungkinan tersesat dalam pendakian itu dapat terjadi.

"Bakal ada kemungkinan tersesat," katanya.

"Tidak terlalu khawatir, cuman ini memang pengalaman, pembelajaran untuk mendewasakan diri," tambahnya. 

Dengan kejadian itu, mereka dapat belajar untuk tidak memisahkan diri dari rombongan dengan alasan apapun, kemudian tenang dalam berpikir dan bertindak. 

Tidak merasa nyerah, karena merasa yakin jika turun akan ketemu desa.

Sehingga mengantisipasi itu, persiapan logistik ditambah dari jadwal pendakian yang ditentukan. Selain itu kemampuan survival pendaki perlu ditingkatkan agar mampu bertahan di tengah hutan. 

Tanggapan orang tua mereka yang mendengar kabar hilangnya mereka sabar dan menunggu kabar langsung dari ketiganya. Sebab sebelum mendaki itu telah mendapatkan restu untuk naik ke Puncak Gunung Masurai. 

"Belum terlu panik, masih menunggu berita (kabar) dari kami," katanya.

Bahkan orang tua Siti sempat mempertanyakan berita yang menyebutkan mereka hilang. Dia menjelaskan tidak dapat memberikan kabar ke temannya karena tidak ada sinyal dan beda jalur turun. (Tribunjambi.com/ Darwin Sijabat)

Baca juga: Catat, Ini Poin Penting Jika Ingin Mendaki Gunung Masurai Merangin

Baca juga: Bawa Keripik Kentang, Jennifer Jill Pilih Bungkam Soal Kasus Narkoba yang Menjeratnya

Baca juga: Ini Kecamatan dan Desa di Muarojambi yang Dilintasi Tol Betung-Jambi

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved