Ini Dia Sosok Warga Indonesia yang Miliki Gedung di Jerman Seharga Rp 6 Triliun

Menurut dokumen OpenLux, gedung bekas istana Raja Ludwig di München itu dibeli Sukanto Tanoto seharga 350 juta euro atau sekitar Rp 6 triliun.

Editor: Muuhammad Ferry Fadly
(Dok. HaloMoney.co.id)
Ilustrasi uang 

Investigasi untuk pelacakan kepemilikan yang dibeli dengan konstruksi perusahaan cangkang dimungkinkan di Uni Eropa, setelah ditetapkan Aturan Transparansi pada 2018 untuk memerangi korupsi, pencucian uang dan pendanaan terorisme.

Aturan ini mewajibkan negara-negara anggota Uni Eropa membuat daftar kepemilikan secara transparan yang memuat nama-nama pemilik properti dan usaha maupun pemegang saham.

Investigasi OpenLux mengungkapkan, di Luxembourg saja ada sekitar 55 ribu perusahaan cangkang yang mengelola dana sampai 5 triliun euro.

Berikut Profil dan Rekam Jejak Sukanto Tanoto:

Sukanto Tanoto atau Tan Kang Hoo lahir di Belawan, Medan, Sumatera Utara, pada 25 Desember 1949.

Pria berumur 71 tahun ini merupakan pengusaha Indonesia yang memulai usaha di industri pengolahan kayu.

Dilansir Wikipedia, Sukanto Tanoto merupakan anak tertua dari tujuh laki-laki bersaudara.

Ayahnya adalah seorang imigran dari kota Putian, provinsi Fujian, daratan Tiongkok.

Pada 1966, Sukanto Tanoto terpaksa berhenti sekolah setelah sekolah Tiongkok pada waktu itu ditutup oleh rezim Orde Baru, Presiden Suharto.

Dia tidak dapat meneruskan sekolah ke sekolah nasional karena ayahnya masih berkewarganegaraan Tiongkok

Namun setelah ayahnya meninggal, ia meneruskan bisnis keluarganya.

Secara bertahap Sukanto Tanoto mengembangkan bisnisnya mulai dari perdagangan umum hingga memenangkan kontrak-kontrak bisnis pembangunan jaringan pipa gas internasional.

Pada saat terjadi krisis minyak tahun 1972, yang menyebabkan harga minyak dunia melambung, Sukanto Tanoto mendapatkan keuntungan dari bisnis kliennya yang berkembang secara pesat.

Dengan tambahan modal usaha, Sukanto Tanoto mengalihkan perhatiannya pada bisnis lain yang berbeda pada tahun 1973.

Pada saat itu Indonesia menjadi pengekspor kayu log ke Jepang dan Taiwan untuk diolah menjadi plywood, sebelum diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang mahal.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved