Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia, Jadi Hari Libur saat Era Gus Dur

Dilansir dari National Geographic, "Imlek" berasal dari kata "Hokkian" atau dalam bahasa Mandarin disebut Yin Li yang artinya kalender bulan.

Editor: Nurlailis
Tribunjambi/Jaka HB
Tahun baru Imlek atau Sin Cia 

TRIBUNJAMBI.COM - Tahun baru Imlek atau Sin Cia tidak berbeda dengan tahun baru lainnya.

Imlek adalah Tahun Baru Cina yang biasanya dirayakan oleh warga Tionghoa.

Dilansir dari National Geographic, "Imlek" berasal dari kata "Hokkian" atau dalam bahasa Mandarin disebut Yin Li yang artinya kalender bulan.

Sejarah Angpau yang Diberikan Saat Imlek, Ketahui Maknanya

Tradisi Khas dalam Perayaan Tahun Baru Imlek, Makna Dekorasi Warna Merah dan Bagi-bagi Angpao

Sin Cia adalah sebuah perayaan yang dirayakan oleh petani Tiongkok pada yanggal satu di bulan pertama awal tahun baru.

Perayaan ini juga berhubungan erat dengan pesta perayaan musim semi.

Perayaan Imlek dimulai pada 30 bulan ke-12 dan pada tanggal 15 bulan pertama atau bisa disebut dengan istilah "Cap Go Meh".

Diambil dari buku Nusa Jawa: Silang Budaya- Warisan Kerajaan-Kerajaan Konsentris (2005) karya Denys Lombart, pada permulaan masehi masyarakat China mulai berimigrasi ke Indonesia, saat itu juga perayaan imlek muncul.

Seorang pendeta yang bernama Fa Hsien kerap kali berlayar dari China menuju India dan sebaliknya. Pada 412, Fa Hsien berlayar dari Sri Lanka tetapi kapalnya diterjang badai.

Lalu Fa Hsien mendarat di Yawadwi yang sekarang bernama Pulau Jawa dalam bahasa Sansekerta.

Swiss-Belhotel Memeriahkan Malam Imlek
Swiss-Belhotel Memeriahkan Malam Imlek (tribunjambi/nurlailis)

Budaya China berpengaruh bagi Masyarakat Asia Tenggara, khususnya masyarakat Jawa. Hal tersebut berpengaruh pada aspek kebudayaan dan juga kehidupan sehari-hari.

Budaya China juga berpengaruh pada perkembangan teknik produksi dan budidaya berbagai macam komoditas seperti, padi, arak, gula, tiram, udang, dan lain sebagainya.

China juga memberikan pengaruh pada kongsi, kemaritiman, perdagangan, dan moneter di Jawa.

Pada masa Orde Baru, warga Tionghoa mengalami kekangan pemerintah.

Presiden Soeharto mengeluarkan sebuah Intruksi Presiden No 14/1967 tentang pembatasan agama, kepercayaan, dan adat istiadat Tiongkok.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved