Femallenials
Kepedulian Kecil yang Konsisten akan Berdampak Besar, Kisah Thrifting dan Mental Healthy Jannah
Tidak sedikit mahasiswa yang peduli dengan lingkungan, dan tidak sedikit pula mahasiswa yang tidak peduli. Mulai dari membuang sampah
Penulis: Ade Setyawati | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Tidak sedikit mahasiswa yang peduli dengan lingkungan, dan tidak sedikit pula mahasiswa yang tidak peduli. Mulai dari membuang sampah sembarangan hingga melakukan perusakan lingkungan secara nyata.
Sebaliknya, mereka yang peduli menjaga lingkungan dengan caranya masing-masing. Meskipun melakukan hal yang dianggap sepele tetapi sangat berdampak bagi lingkungan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk membuat perubahan, hal kecil yang dilakukan terus menerus juga akan membuat perubahan yang besar.
Seperti Jannah Friska S Purba, Mahasiswa Universitas Jambi yang berkuliah Jurusan Fakultas Hukum Universitas Jambi semester 6. Ia mencoba membuat perubahan dengan thrifting.
"Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk membuat perubahan, dan sekarang saya mencoba mengurangi limbah pakaian dengan cara thrifting, menjual pakaian yang masih bagus dan tentu saja saya juga membeli barang-barang bekas yang masih bagus," jelasnya.
Ide thrifting timbul ketika ia mulai terfikir, apa yang bisa ia bantu untuk membuat perubahan, dan Ini cara yang ia bisa untuk membantu mengurangi limbah pakaian, ia juga mengajak teman-temannya untuk menerapkan thrifting.
Tidak hanya menerapkan thrifting, ia juga selalu membawa pipet sendiri, karena ia sadar meskipun terlihat sepele, jika dilakukan terus menerus dan konsisten juga akan membawa dampak bagi lingkungan.
"Tidak hanya itu, saya juga membawa pipet sendiri, untuk mengurangi limbah plastik dan juga membawa tempat belanjaan sendiri jika berbelanja bukan di mal, karena di luar mal masih sering dikasih kantong plastik untuk tempat belanja," ucapnya.
Selain mengurangi limbah pakaian dan plastik, ia juga sangat peduli terhadap mental healthy dan feminisme. Jannah merasa di usia SMA maupun universitas kedua hal tersebut sangat rentan.
Kepeduliannya terhadap mental healthy dan feminisme dituangkan dalam bentuk tulisan di blog yang hingga saat ini masih berjalan dan rutin ia tulis.
"Aku juga masih rutin nulis tentang mental healthy dan faminisme di blog aku http://jannahfriscaprbmonologue.blogspot.com, selain menulis aku juga sering membuat tulisan-tulisan tentang mental health dan feminisme di Instagram," katanya.
"Feminisme penting dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam masyarakat budaya patriarki masih kerap mengakar dan merugikan wanita," lanjutnya.
Selain itu di usia remaja juga mulai mengalami permasalahan, seperti mulai merasa mengalami penolakan baik di dalam lingkungan maupun keluarga, merasa dikucilkan, merasa sendiri, dan mulai mengalami toxic.
"Begitu pula dengan mental healthy yang mana memasuki usia ke 20 tahun juga hampir semua remaja mengalami mental healthy, seperti toxic masculinity, toxic friendship, toxic family dan lainnya yang sudah jelas akan sangat berpengaruh ke kesehatan mentalnya," tambahnya.
Memilih lingkungan yang tepat dan memilih pergaulan yang sehat juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental, selain itu juga jangan pernah takut untuk speak up.